Minggu, 20 November 2016

MUSLIM ROHINGYA DIBANTAI, ANAK-ANAK DIBUNUH, WANITA DIPERKOSA, KENAPA DUNIA DIAM, APAKAH KARENA MEREKA MUSLIM?


Kenapa anak-anak yang tidak berdosa ini harus menanggung 
kebiadaban manusia yang mengaku dirinya suci pemimpin umat budha

ARAKAN (Arrahmah.com) – Militer Myanmar (Burma) mengintensifkan serangan terhadap Muslim Rohingya di Arakan (Rakhine), di barat negara mayoritas penganut Buddha tersebut.

Ratusan rumah warga dibakar, hal tersebut nampak dari citra satelit yang dirilis Human Right Watch (HRW) baru-baru ini.


Arakan Times (AT), media lokal Arakan, merilis bahwa militer Myanmar telah membakar ratusan rumah warga di utara kota Maungdaw pada Rabu (16/11/2016), menangkap puluhan warga sipil dan menewaskan 2 warga sipil.

Menurut laporan koresponden AT, ratusan pasukan Myanmar Tatmadaw telah memasuki Ushey Kya (Buraksider Para), desa Myaw Taung (Saliparang), desa Thu Yu Lar (Kularbil), desa Tha Yet Oke (Mangala), desa Yae Khet Chaung Kwa Sone (Gozibil), utara Maungdaw dan melancarkan serangan, menangkap puluhan warga sipil dan membakar ratusan rumah.

pembakaran desa Rohingya di Maungdaw, Arakan



Sumber lokal mengatakan kepada koresponden AT bahwa militer menggunakan senjata untuk menembaki rumah-rumah warga yang membakarnya hingga hangus. Dua warga dilaporkan tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangan di Ushey Kya (Buraksider Para).

Dua korban luka diketahui bernama Muhammad Hashim bin Muhammad Alam (20) dan Amir Hussain bin Abdurrahman (60) dari desa Ushey Kya (Buraksider Para).

Helikopter-helikopter militer Myanmar juga terlihat di atas kota tersebut saat militer telah melancarkan serangan terhadap rumah-rumah warga.

Sementara itu, para warga yang selamat mengungsi ke desa tetangga, mendirikan tenda-tenda di tempat terpencil sehingga memungkinkan warga asing yang berkunjung ke kota mereka tidak dapat menemukan mereka.

Para korban takut bahwa tentara Myanmar memaksa mereka untuk bersembunyi sehingga orang asing tidak bisa melihat mereka atau memiliki niat jahat pada mereka, kata seorang pengungsi.

Sumber lainnya mengatakan bahwa lebih dari seratus warga Rohingya ditangkap oleh militer, mereka dibawa dengan menggunakan truk-truk ke kota Maungdaw pada Selasa (15/11).

Perang informasi

Penduduk lokal dan kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menuduh pasukan bersenjata Myanmar telah melakukan pembunuhan, pemerkosaan terhadap para wanita, dan membakar rumah-rumah warga Rohingya. Militer Myanmar membantahnya.

Militer Myanmar mengklaim bahwa serangannya adalah bentuk dari pengejaran para “militan” Rohingya yang melakukan penyerangan terhadap kantor penjaga perbatasan pada bulan lalu. Militer juga mengklaim bahwa para korban adalah para “militan”.

Selain itu, militer juga menuding dalam pernyataannya bahwa yang membakar desa-desa adalah “teroris” Rohingya. Sementara, warga Rohingya mengatakan bahwa militer yang melakukan pembakaran.

Militer Myanmar telah melarang para pengamat dan jurnalis independen memasuki daerah Maungdaw. Namun, warga Rohingya berusaha menyebarkan berita mereka melalui media lokal pro-Rohingya agar dunia mengetahui apa yang tengah terjadi pada mereka.

Dunia diam

Dunia seakan buta dan bisu terhadap apa yang terjadi pada Muslim Rohingya di Myanmar. Minimnya informasi beredar di media-media internasional dan belum adanya tindakan signifikan dari komunitas internasional untuk menghentikan penindasan terhadap Muslim Rohingya di negaranya sendiri.

Sebagian penduduk Rohingya yang mencari suaka ke negara-negara tetangga juga menghadapi penolakan kecuali hanya sedikit. Di antara mereka terpaksa mengungsi di kamp-kamp perbatasan dengan kondisi tak layak, di antara mereka harus meregang nyawa di tengah laut. Sedangkan kembali ke Myanmar adalah ancaman besar bagi nyawa mereka.

Pertolongan darurat dari komunitas internasional sangat dibutuhkan oleh Muslim Arakan saat ini. (siraaj/arrahmah.com)

Puluhan Wanita Dan Anak Rohingya Dikurung Dan Dibakar Hidup-Hidup Di Myanmar
Penduduk Rohingya dari Yay Khae Chaung Khwa Sone di kumpulkan di lapangan pada 14 November 2016. [Foto: merhrom]

ARAKAN (Arrahmah.com) – Militer Myanmar telah dilaporkan mengurung warga sipil di rumah mereka dan kemudian membakar mereka hidup-hidup di dusun Yay Khae Chaung Khwa Sone Selatan di Maungdaw Utara.

Pada 14 November 2016 pukul 8:30 AM sekelompok militer dan polisi perbatasann yang berjumlah sekitar 150 personel memasuki desa Yay Dwin Kyun. Mereka mneangkap lebih dari 150 warga desa. Mereka yang ditangkap tersebut berasal dari Yay Khae Chaung Khwa Sone, Yay Khae Chaung Khaw Sone, Dar Gyi Sar, Kyar Gaung Taung dan Myaw Taung.

Militer dan BGP memilih 20 Muslim Rohingya yang kaya di antara mereka yang ditangkap dan membawa mereka ke pos BGP di Nga Ku Ra. Muslim Rohingya yang tersisa dibawa ke pos BGP di Ywat Nyo Taung dan diinterogasi. Para penduduk desa Yay Dwin Kyun dibebaskan kemudian.

Warga Rohingya yang lain yang telah ditahan dibawa ke sebuah desa Rakhine yang disebut Kan Pyin saat matahari terbenam dan dipaksa untuk memegang tongkat, pedang dan senjata dan dipaksa untuk berteriak “Naara e takbir” yang mirip dengan seruan “Allahu Akbar” atau Allah Maha Besar.

Pasukan keamanan merekam peristiwa tersebut untuk disebarkan ke media untuk mengklaim bahwa mereka adalah militan.

Setelah merekam kejadian itu, pasukan keamanan membawa penduduk itu kembali ke desa Ywat Nyo Taung.

Pada 15 November 2016 pukul 14:00, Militer itu mengembalikan sekitar 30 anak-anak dan perempuan ke rumah mereka dan membawa mereka ke dusun Yay Khae Chaung Khwa Sone dan kemudian mengurung mereka di dalam rumah-rumah.

Para tentara kemudian mengepung rumah-rumah tersebut dan membakarnya. Para wanita dan anak-anak berteriak tetapi tidak dapat melarikan diri.

Para tentara dilaporkan telah menembak mereka ketika mereka mencoba melarikan. Mereka semua tewas dalam insiden itu setelah terbakar sampai mati, ungkap warga desa setempat kepada RB News.

Para prajurit telah membakar setidaknya 120 rumah dan api terus berkobar hingga malam. Menurut penduduk setempat, tidak ada rumah yang tersisa di dusun selatan Yay Khae Chaung Khwa Sone.

Sejak 12 November, serangan terhadap enam desa di Utara Maungdaw semakin meningkat. Militer dan BGP telah membakar ratusan rumah, menggunakan peluncur roket untuk membunuh warga sipil tak berdosa, menembaki warga sipil menggunakan helikopter tempur dan membakar manusia sampai mati.
Serangan berlangsung terus menerus dan sulit untuk mengetahui daftar korban saat ini, sebagaimana dilansir Myanmar Ethnic Rohingya Human Right Organization Malaysia (MERHROM)
(ameera/arrahmah.com)

Puluhan Wanita Dan Anak Rohingya Dikurung Dan Dibakar Hidup-Hidup Di Myanmar

 Anak-anak Rohingya [Foto: Al Jazeera]

RAKHINE (Arrahmah.com) – Puluhan Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh karena tindakan keras militer di Myanmar barat, menurut warga dan pejabat militer Bangladesh, sebagaimana dilansir Al Jazeera, Kamis (17/11/2016).

Beberapa Muslim Rohingya ditembak ketika mereka mencoba menyeberangi Sungai Naaf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh.

Sebanyak 130 orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di negara itu, menurut tentara Myanmar.

Pertumpahan darah ini adalah yang paling serius sejak bentrokan komunal yang terjadi di negara bagian Rakhine Myanmar pada tahun 2012 yang telah menewaskan ratusan orang.

Hal ini telah terkena kurangnya pengawasan militer oleh pemerintahan Aung San Suu Kyi, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian.

Tentara telah mengintensifkan operasinya selama tujuh hari terakhir dan telah menggunakan helikopter, dan puluhan orang dilaporkan tewas.

Pekerja bantuan, penghuni kamp dan pihak berwenang di Bangladesh memperkirakan bahwa sedikitnya 500 Muslim Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar sejak serangan yang berlangsung pada Oktober.

(ameera/arrahmah.com)

Muhammadiyah Kecam Tindakan Militer Myanmar Terhadap Muslim Rohingya
Citra satelit menunjukkan desa-desa Muslim di Myanmar yang dibakar dan dihancurkan.

JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas mengecam tindakan militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya beberapa hari terakhir. Tindakan tersebut menyebabkan ratusan umat Muslim wilayah barat negara bagian Rakhine tewas.

“Tindakan ini jelas-jelas tidak bisa ditolerir karena melanggar dan menginjak-nginjak HAM dan anti-kemanusiaan,” ujar Anwar dalam keterangan tertulisnya, sebagaimana dilansir Republika, Kamis (17/11/2016).

Muhammadiyah menghimbau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun menghentikan tindakan militer Myanmar tersebut. PBB juga dihimbau memberikan sanksi kepada pemerintah Myanmar agar tidak terulang lagi.

Disamping itu, lanjut Anwar, negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk bersikap tegas atas hal ini.

Anwar menilai jika tidak segera dihentikan dikhawatirkan mengancam ketentraman dunia.

Militer Myanmar (Burma) telah melancarkan serangan terhadap Muslim Rohingya di Arakan (Rakhine), di barat negara mayoritas penganut Buddha tersebut.

Ratusan rumah warga dibakar, hal tersebut nampak dari citra satelit yang dirilis Human Right Watch (HRW) baru-baru ini.

Arakan Times (AT), media lokal Arakan, merilis bahwa militer Myanmar telah membakar ratusan rumah warga di utara kota Maungdaw pada Rabu (16/11), menangkap puluhan warga sipil dan menewaskan 2 warga sipil.

Pada Selasa (15/11), sekitar 200 Muslim Rohingya terlunta-lunta di perbatasan Bangladesh. Mereka sedang berusaha melarikan diri dari kekerasan yang melanda negara bagian Rakhine, Myanmar yang mulai memanas kembali dalam sebulan terakhir.

Para pemimpin komunitas mengatakan bahwa sebagian besar Muslim rohingya yang terlunta-lunta itu adalah perempuan dan anak-anak. Pasukan Bangladesh mengirim mereka kembali ke Myanmar, dilansir Channel News Asia.

(ameera/arrahmah.com)