Jumat, 01 Januari 2016

AZAN UNTUK NATALAN, PENODAAN AGAMA. ENTAH MANA YANG LEBIH WALAN TARDHO TERHADAP ISLAM


Natal bersama bapak President Jokowi


Umat Islam sedih. Masa’ syiar Islam berupa Azan panggilan shalat dikumandangkan seorang imam masjid Oepura bernama Umarba mendampingi Reny penyanyi gereja yang menyanyikan lagu Ave Maria dalam acara natalan di NTT yang dihadiri Presiden Jokowi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan lainnya di pelataran Rumah Jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur, di Kupang, Senin (28/12/2015).
Perlu diingat, orang Kristen merayakan natal tuhan mereka. Itu telah dinyatakan kekafirannya oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Maaidah: 17.


Perayaan kekafiran itu ditambah dengan menyerobot Islam yaitu menjadikan azan sebagai penyemarak perayaan kekafiran mereka dan dihadiri manusia-manusia yang mengaku muslim.

Penggunaan paksa syiar Islam untuk perayaan kekufuran itu paling kurang mengandung dua kedhaliman: menyerobot  dengan menyalahgunakan agama (Islam) secara sengaja, dan menodai agama. Karena adzan itu khusus milik Islam, dan itupun khusus untuk panggilan shalat wajib 5 waktu sehari semalam. Orang Islam sendiri pun tidak boleh mengumandangkan adzan untuk hari raya Islam. Hingga hari raya Idul Adha dan Idul Fitri tidak boleh shalatnya diserukan dengan panggilan adzan. Lhah, ini hari raya nasrani, natalan malah diiringi azan milik Islam, apakah itu pada tempatnya?

Kasus ini mengandung berbagai persoalan yang dapat digugat.
1.   Menggunakan sesuatu yang bukan haknya, itu satu persoalan yang bisa digugat oleh pemilik hak.
2.   Dan menggunakan sesatu yang bukan haknya untuk kepentingan yang bertentangan dengan kegunaannya, itu persoalan yang dapat digugat pula.
3.   Dan menggunakan sesuatu yang bukan haknya dan bukan pada tempatnya, masih pula untuk kepentingan yang bertentangan dengan keyakinan pemilik hak, itu persoalan lebih prinsip yang sangat pantas digugat sebagai penodaan agama secara sengaja dan beramai-ramai. Karena menyangkut keyakinan agama.

Keyakinan Agama ada pola dan rangkaiannya

Keyakinan agama itu ada pola dan rangkaiannya, di antaranya ada prnsip wala’ (setia, loyal, cinta) dan bara’ (lepas diri, tidak rela, benci). Setiap Muslim wajib wala’ (setia, loyal, cinta) kepada Allah, Rasul-Nya, Islam, Umat slam. Juga wajib bara’ (lepas diri, tidak rela, tidak suka) kepada thaghut (tandingan Allah, sesembahan selain Allah), kekufuran, kemusyrikan dan para penyandang dan pengusungnya.

Bagaimana pelaksanaannya, tinggal megikuti Rasulullah saw. Karena Allah telah menegaskan:

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣١ قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٢ [سورة آل عمران,٣١-٣٢]

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir” [Al ‘Imran,31-32]

Dalam melaksanakan wala’ dan bara’ itu, Islam sangat menjaga, jangan sampai orang kafir mencaci Islam karena terpicu dari ucapan Muslim. Di antaranya Allah berfirman:

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (QS Al-An’am: 108).

Kecintaan kepada Islam itu sifatnya mutlak, hingga walau bapak dan ibu sendiri pun kalau itu cinta kepada kekafiran, maka tidak boleh dicintai keyakinannya, hanya boleh dipergauli secara baik.

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. [Al Mujadilah: 22]

Di samping kecintaan kepada Islam itu mutlak, Allah memberitahu pula bahwa ada ketidak relaan yang senantiasa ditujukan kepada muslimin, disebutkan dalam Al-Qur’an:

وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ ١٢٠ [سورة البقرة,١٢٠]

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu [Al Baqarah120]

Setelah kita tahu bahwa kecintaan kepada Islam itu mutlak, kemudian ketika ada sebagian orang mengaku muslim namun runtang-runtung dengan pembenci Islam, sejatinya telah dijelaskan posisi bagaimana rapuhnya iman mereka yang tersirat dalam ayat Al Mujadilah: 22 tersebut.

Entah lebih dahsyat mana, kaum nasrani yang bencinya terhadap Islam telah ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an QS 2:120 itu dibanding mereka yang mengaku muslim namun syiar Islam (azan) dijadikan penyemarak kekafiran justru mereka amini dalam kehadiran mereka (yang mengaku muslim) di acara kekafiran yang melecehkan Islam dengan menjadikan azan sebagai iringan nyanyian nasrani itu.

Yang jelas, ketika mereka yang mengaku muslim tapi ubyang-ubyung ikut hadir dalam upacara natalan, tidak dapat diingkari, mereka adalah di barisan nasrani yang menurut Al-Qur’an tersebut bahwa mereka tidak akan ridho kepada muslim alias selalu benci. Walaupun mereka mengaku muslim, tetapi kenyataannya, mereka berada di barisan para pembenci selalu terhadap muslimin. Oleh karena itu, Umat Islam perlu kembali merujuk Al-Qur’an yang telah memperingatkan dengan tegas:

هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran) [Al Munafiqun:4]

Berikut ini berita gladi resik dan kemudian natalan yang nyanyian gerejanya diiringi azan oleh seorang imam masjid di NTT.
***
Ketika Azan dan Ave Maria Berpadu…
KUPANG, KOMPAS.com – Reny Gadja dari Gereja Musafir Indonesia dengan khidmat melantunkan lagu Ave Maria karya Schubert.
 
Di samping Reny, berdiri Imam Masjid Oepura, Ustad Umarba, yang tengah mengumandangkan azan, juga dengan khidmat.

Lantunan “Ave Matia” dan kumandang azan itu dibawakan keduanya secara beriringan, hingga terdengar indah.

Pada Minggu (27/12/2015) kemarin, Reny dan Umarba berlatih sebelum tampil pada acara perayaan Natal Nasional, yang akan berlangsung di pelataran Rumah Jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur, di Kupang, Senin (28/12/2015) siang ini. / http://nasional.kompas.com
***
Azan Dikumandangkan Iringi Lagu Rohani ‘Ave Maria’ di Natal Bersama Nasional


Perayaan Natal Bersama Nasional 2015

FORUM KEADILAN, Kupang – Peringatan Natal Bersama Nasional 2015, menimbulkan kontroversial. Pasalnya, Azan dikumandangkan di rumah jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Kupang, pada Senin petang (28/12). Namun, seruan itu bukan untuk panggilan shalat, tetapi buat mengiringi lagu rohani Ave Maria.

Mencampuradukan, lagu Rohani Umat Kristiani dengan Azan untuk panggilan shalat umat Islam, diperdengarkan saat puncak acara, disebut-sebut sebagai simbol kerukunan antar umat beragama di Wilayah NTT.

Sekitar 10.000 umat Kristiani serta lintas agama yang diundang mengikuti perayaan Natal Bersama Nasional 2015 di Kupang, NTT. Acara itu juga dihadiri Presiden Joko Widodo, sejumlah menteri, panglima TNI dan Kapolri.Lagu Ave Maria karya Schubert dinyanyikan Reny Gadja dari Gereja Musafir Indonesia. Sementara azan yang menyertai nyanyian itu dikumandangkan oleh Umarba, imam masjid Oepura yang berdiri di samping Reny.

Pada acara Natal Bersama Nasional 2015 di Kupang, NTT itu tak hanya menampilkan kolaborasi azan dan lagu rohani Kristen. Acara itu juga menampilkan lagu qasidah dari komunitas pengajian ibu-ibu di Kupang. Mereka membawakan lagu yang dipopulerkan oleh grup legendaris Nasida Ria.

Acara perayaan Natal Bersama Nasional 2015 itu di ketuai oleh Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong. (forumkeadilan.co/ diringkas.)

(nahimunkar.com)