Fakta Ilmiah dalam Al Quran telah terbukti
kebenarannya yang banyak ditemukan oleh para ilmuwan. Setiap Rasul yang diutus
Allah SWT kepada manusia dibekali dengan keistimewaan-keistimewaan yang disebut
mukjizat. Mukjizat ini bukanlah kesaktian ataupun tipu muslihat untuk
memperdayai umat manusia, melainkan kelebihan yang Allah SWT berikan untuk
meneguhkan kedudukan para Rasulnya dan mempertegas seruan (dakwah) mereka agar
manusia beriman kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukan-Nya (tauhid).
Para ulama sependapat, di antara sekian
banyak mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad saw, yang terbesar
adalah Alquran. Alquran adalah kitab suci penyempurna kitab-kitab suci para
nabi sebelumnya. Alquran bukan hanya petunjuk untuk mencapai kebahagiaan hidup
bagi umat Muslim, tapi juga seluruh umat manusia.
Salah satu keajaiban Alquran, adalah
terpelihara keasliannya dan tidak berubah sedikitpun sejak pertama kali
diturunkan pada malam 17 Ramadan 14 abad yang lalu hingga kiamat nanti.
Otentisitas Alquran sudah dijamin oleh Allah, seperti dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
Alquran, dan Sesungguhnya Kami pula yang benar-benar memeliharanya.” (QS
Al-Hijr: 9)
Bukti otentisitas ini adalah banyaknya
penghafal Alquran yang terus lahir ke dunia, dan pengkajian ilmiah terhadap
ayat-ayatnya yang tak pernah berhenti. Kejaibannya, meski Alquran diturunkan 14
abad lalu, namun ayat-ayatnya banyak yang menjelaskan tentang masa depan dan
bersifat ilmiah. Bahkan dengan kemajuan ilmu dan teknologi saat ini, banyak
ayat-ayat Alquran yang terbukti kebenarannya. Para ilmuwan telah berhasil
membuktikan kebenaran itu melalui sejumlah ekperimen penelitian ilmiah.
Berikut beberapa fakta ilmiah Alquran yang
dihimpun dari berbagai sumber, di mana berbagai penemuan ilmiah saat ini
ternyata sesuai dengan ayat-ayatnya.
A.
KEBUMIAN
1.
Lapisan-Lapisan Atmosfer
Salah satu fakta tentang alam semesta
sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh
lapisan.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah:29)
“Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu
masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan
Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” (QS. Fussilat:11-12)
Kata “langit”, yang kerap kali muncul di
banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada “langit” bumi dan
juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa
langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.
Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfer
bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih
dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas
tujuh lapisan. Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa
lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti
tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut
TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di
atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer
di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut
MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk
suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer
bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan
EKSOSFER.. (Carolyn Sheets, Robert
Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton,
Massachusetts, 1985, s. 319-322)
Keajaiban penting lain dalam hal ini
disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, “… Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya.” Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini
menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya
masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini
memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh
makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari
pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya;
dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang
berbahaya.
Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan
dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut: Atmosfir bumi memiliki 7
lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfer. Hujan, salju, dan angin hanya
terjadi pada troposfer. (http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html).
Sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa
teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400
tahun yang lalu.
2.
Fungsi Gunung
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini
gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka...”
(QS. Al Anbiya:31)
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat
tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.
Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an
diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan
geologi modern. Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan
dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika
dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah
lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran
tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk
perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang
menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan
bumi.
Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung
digambarkan sebagai berikut: Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada
jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan
magma. (General Science, Carolyn
Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts,
1985, s. 305)
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini
diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai “pasak”: “Bukankah Kami telah
menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An Naba’:6-7)
Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam
lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan
bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini,
mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas
lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat
menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap
menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan
dalam tulisan ilmiah dengan istilah “isostasi”. Isostasi bermakna sebagai
berikut: Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran
materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster’s New Twentieth
Century Dictionary, 2. edition “Isostasy”, New York, s. 975)
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu
geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an
berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.
3.
Pergerakan Gunung
Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa
gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka
terus-menerus bergerak.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu
sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
An Naml:88)
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh
gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di
atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama
kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener
mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal
bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah
ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran
pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya.
Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit
tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di
permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini
terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah
menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah
satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika,
Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang
terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun
setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan
yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul
terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh
beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan
perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah
penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan
peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan
ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan.
Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang
disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi,
membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan
berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut
terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara
perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih
lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General
Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan
di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung
sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga
menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua”
untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature,
Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu
kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh
para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
4.
Dasar Lautan Yang Gelap
Manusia tidak mampu menyelam di laut dengan
kedalaman di bawah 40 meter tanpa peralatan khusus. Dalam sebuah buku berjudul
Oceans juga dijelaskan, pada kedalaman 200 meter hamper tidak dijumpai cahaya,
sedangkan pada kedalaman 1000 meter tidak terdapat cahaya sama
sekali.
Kondisi dasar laut yang gelap baru bisa
diketahui setelah penemuan teknologi canggih. Namun Alquran telah menjelaskan
keadaan dasar lautan semenjak ribuan tahun lalu sebelum teknologi itu
ditemukan. Alquran surat An Nur ayat 40 menjelaskan mengenai fakta ilmiah ini.
“Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah
tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.” (QS An Nuur: 40).
5.
Sungai
di Bawah Laut
Maha Suci Allah yang Maha
Menciptakan Sungai dalam Laut
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada
mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada
diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu
kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ”
(QS Fushshilat : 53)
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan
Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al
Furqan:53)
Jika Anda termasuk orang yang gemar
menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia
seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua
yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera
di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar
laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan
eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air
tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur
dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau
membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan
mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di
tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi
atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian
tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang
fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor
Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat
pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20)
yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal
bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia
biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh
ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang
bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara
sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin
dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat
Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya
“Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an
itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya
di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup
di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk
mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu
mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr.
Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi
firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun
memeluk Islam.
6.
Api
di Dasar Laut
“(1) Demi bukit (Sinai), (2) dan kitab yang
ditulis (3) pada lembaran terbuka, (4) Demi Baitul Ma’mur (ka’bah), (5) atap
yang ditinggikan (langit), (6) dan laut yang di dalam dasarnya ada api.”(QS.
Ath-Thuur [52]: 1-6).
Klausa sajara at-tannur secara bahasa berarti
‘menyalakan api hingga panas’. Sejak diturunkannya Al-Qur’an hingga
berabad-abad setelah itu, orang-orang arab belum mampu menguak fakta bagaimana
di balik dasar laut terdapat api, sedangkan air dan panas adalah sesuatu yang
berlawanan.
Hingga baru-baru ini di temukan bahwa bumi
yang kita huni ini memiliki lapisan batu bagian luar yang terbelah menjadi
beberapa lempengan yang terhampar hingga mencapai ratusan kilometer persegi.
Kedalaman berkisar antara 65 hingga 150 km. yang mengherankan adalah
lempengan-lempengan ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya,
sehingga menjadikannya seolah-olah seperti satu lempengan saja. Allah SWT
pernah bersumpah dalam salah satu ayat berikut:
“Dan
demi bumi yang mempunyai belahan.” (QS. Ath-Thoriq [86]:
12).
Ini adalah ungkapan yang menjelaskan bahwa di
atas permukaan bumi terdapat hamparan lempengan-lempengan yang berhubungan satu
sama lain, sehingga menjadikannya seperti satu lempengan.
Dalam ayat ini, jelas sekali kemukjizatan dan
keistimewaan Al-Qur’an, Allah SWT bersumpah demi belahan (lempengan) –yang
merupakan kesatuan dari beberapa lempengan bumi- para ilmuan menyamakannyu
seperti daging yang berbentuk bola tenis.
Lempengan-lempengan ini terletak di lembah
atau dasar samudra. Ia menahan lelehan bebatuan panas yang dapat membuat laut
meluap-luap. Akan tetapi banyaknya air di lautan dapat meredam panasnya bara
yang memiliki suhu panas tinggi ini lebih dari 10000 C mampu menguapkan air
laut. Ini adalah salah satu di antara banyak fakta-fakta bumi lainnya yang
mengejutkan para ilmuan.
Dua orang ilmuawan Rusia, Anatho Sjabaftisy,
ahli Geologi, dan Yuri Bejdenhov, ahli Biologi dan Geologi, bersama dengan
seorang ilmuwan Amerika, Rona Clant, mengadakan penyelaman di dekat salah satu
lempeng terpenting di dunia. Mereka menyelam dengan menggunakan kapal selam
modern Mira hingga sampai pada titik tujuan berjarak 175 km dari pantai Miami.
Mereka menyelam hingga kedalaman 2 mil dari permukaan air laut, sehingga sampai
pada lahar di dalam laut. Tidak ada yang memisahkan mereka dari lahar tersebut
kecuali sebuah lubang dari Akrelik. Saat itu suhu mencapai 2310C dan mereka
berada pada tepi bebatuan jurang, yang dibawahnya memancar air mata
menyala-nyala. Di sana merupakan pangkal bumi di lembah dalam samudra. Mereka
benar-benar menyaksikan bahwa air dingin yang terdapat di permukaan laut
bergerak menuju ke bawah.
Pada kedalaman satu mil di bawah laut, lahar
letusan gunung berapi semakin dekat dan meleleh keluar dan memanas, hingga
kemudian menyemburkan abu-abu vulkanik dan zat-zat tambang yang amat panas.
Para ilmuan telah menegaskan bahwa hal seperti ini trejadi di seluruh lautan
dan samudra. Kadang sering terjadi di satu tempat, tetapi pada tempat yang
lainnya jarang terjadi. Gunung-gunung berapi di dasar samudra jumlahnya lebih
banyak dan lebih aktif dibandingkan dengan gunung-gunung berapi di atas
daratan. Gunung-gunung berapi tersebut terbentang sepanjang dasar samudra.
Keajaiban yang terdapat pada frasa al-bahru
al-masjur adalah bahwa dengan tidak adanya oksigen di dasar lautan, tidak
memungkinkan bagi lahar vulkanik menyeruak melewati lempengan di dasar samudra
dan mencapai ketinggian garis lempengan tersebut. Selain itu, lahar vulkanik
biasanya berwarna kehitam-hitaman, sangat panas, dan tidak langsung bergejolak.
Lempengan di dasar lautan menyerupai tempat pembakaran roti. Jika dipanaskan di
bawahnya dengan suatu bahan bakar, maka ia akan memanas dengan suhu tinggi,
sehingga roti bisa matang di atasnya. Inilah yang dimaksud secara bahasa pada
kata masjur. Tidak ada satu katapun yang tepat untuk menggantikan makna kata
tersebut secara tepat, agar kita bisa merenungi keagungan ciptaan Allah SWT.
7.
Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama
Lain
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang
baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang
keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui
oleh masing-masing.” (QS.
Ar Rahman:19-20)
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi
tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan
baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air
dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan
masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain,
seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972,
Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s.
92-93.)
Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan
gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki
Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan
kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang
yang memisahkan keduanya.
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada
masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan
permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an.
B.
BIOLOGI
1.
Bagian Otak yang Mengendalikan
Gerak Kita
“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti
(berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang
yang mendustakan lagi durhaka.” (QS.
Al Alaq:15-16)
Ungkapan “ubun-ubun orang yang mendustakan
lagi durhaka” dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di
tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas
mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang
tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun
waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur’an telah menyebutkannya 1400 tahun
lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala,
akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul
Essentials of Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil
penelitian tentang fungsi bagian ini, menyatakan: Dorongan dan hasrat untuk
merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal, dan
bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi…(Seeley, Rod R.; Trent
D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2.
edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles R.; N. L.
Strominger; and R. J. Demarest, 1991, The Human Nervous System, Introduction
and Review, 4. edition, Philadelphia, Lea & Febiger , s. 410-411)
Buku tersebut juga mengatakan: Berkaitan
dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal juga diyakini
sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang…(Seeley, Rod R.; Trent D.
Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2.
edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211)
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas
merencanakan, memberi dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan
bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta.
Jelas bahwa ungkapan “ubun-ubun orang yang
mendustakan lagi durhaka” benar-benar merujuk pada penjelasan di atas. Fakta
yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60 tahun terakhir ini, telah
dinyatakan Allah dalam Al Qur’an sejak dulu.
2.
Sidik Jari
Setiap manusia memiliki ciri sidik
jari yang unik dan berbeda antara satu orang dengan lainnya. Keunikan sidik
jari baru ditemukan pada abad 19. Sebelum penemuan itu, sidik jari hanya
dianggap sebagai lengkungan biasa yang tidak memiliki arti.
Alquran surat Al Qiyaamah ayat 3-4
menjelaskan tentang kekuasaan Allah untuk menyatukan kembali tulang belulang
orang yang telah meninggal, bahkan Allah juga mampu menyusun kembali
ujung-ujung jarinya dengan sempurna.
QS Al Qiyamah ayat 3-4:
“Apakah
manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya?”
“Bukan
demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan
sempurna.”
3.
Kelahiran Manusia
“Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa
kamu tidak membenarkan? Adakah kamu perhatikan nutfah (benih manusia) yang kamu
pancarkan? Kamukah yang menciptakannya? Ataukah Kami yang menciptakannya?” (QS. Al
Waqi’ah:57-59)
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang
luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam
ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad
ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1.
Manusia tidak diciptakan dari mani yang
lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya.
2.
Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan
jenis kelamin bayi.
3.
Janin manusia melekat pada rahim sang ibu
bagaikan lintah.
4.
Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap
di dalam rahim.
Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al
Qur’an diturunkan, pasti mengetahui bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan
dengan mani laki-laki yang terpancar selama persetubuhan seksual. Fakta bahwa
bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan tentu saja merupakan peristiwa
yang gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi,
sedikit informasi yang dikutip di atas itu berada jauh di luar pengertian
orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan
abad ke-20.
4.
Setetes Mani
Dalam ilmu pengetahuan modern diteliti bahwa
selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada
satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si
ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil
mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam,
hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani
seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak
terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS. Al
Qiyamah:36-37)
5.
Campuran Dalam Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung
sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang
berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula
yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu
masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di
Al-Qur’an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga
menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:
“Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes
mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al Insan:2)
6.
Jenis Kelamin Bayi
Penelitian sebelumnya diyakini bahwa jenis
kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa
jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan.
Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur’an, yang menyatakan
bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan “dari air mani apabila
dipancarkan”.
“Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan
pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan.” (QS. An Najm:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara
ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur’an ini. Kini diketahui bahwa
jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita
tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan
jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia
diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut “XY” pada pria,
dan “XX” pada wanita. Pembentukan seorang manusia baru berawal dari
penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada
dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah
menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel
kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi
kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom
X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi
yang akan lahir berjenis kelamin pria. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung pada
jenis kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y.
Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan
dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah air mani, yang berasal
dari ayah. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria
yang bergabung dengan sel telur wanita. Tak satu pun informasi ini dapat
diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak
masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita.
Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi
perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen
manusia, Al Qur’an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan
takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi,
akan tetapi air mani dari pria.
7.
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan
sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang
dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak
dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal
ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Pada tahap awal perkembangannya, bayi dalam
rahim ibu berbentuk zigot, yang menempel pada rahim agar dapat menghisap
sari-sari makanan dari darah ibu. Zigot terlihat seperti sekerat daging. Namun,
zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat
pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya.
Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari
tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore,
Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer,
Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as
Described in the Qur’an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of
the Qur’an and Sunnah, s. 36)
Informasi ini, yang ditemukan oleh embriologi
modern, ternyata telah dinyatakan dalam Al Qur’an 14 abad yang lalu. Di sini,
pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk
pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “‘alaq”
dalam Al Qur’an:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq (segumpal darah).
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” (Al ‘Alaq:1-3)
Arti kata “‘alaq” dalam bahasa Arab adalah
“sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan
untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa sebuah
kata yang demikian tepat digunakan untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim
ibu. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur’an merupakan wahyu dari
Allah, Tuhan Semesta Alam.
8.
Pembungkusan Tulang oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang
disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an adalah tahap-tahap pembentukan manusia
dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya
tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus
tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS. Al Mu’minuun:14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang
mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para
ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan.
Karenanya, sejak lama banyak orang yang
menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun,
penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur’an adalah
benar kata demi katanya. Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan
bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang
digambarkan dalam ayat tersebut.
Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai
mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar
tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah
terbitan ilmiah dengan kalimat berikut: Dalam minggu ketujuh, rangka mulai
tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal.
Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati
posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6.
edition,1998.)
Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia
sebagaimana digambarkan dalam Al Qur’an, benar-benar sesuai dengan penemuan
embriologi modern. Tahapan-tahapan perkembangan bayi dalam rahim ibu dipaparkan
dalam Al Qur’an. Sebagaiman diuraikan dalam ayat ke-14 surat Al Mu’minuun,
jaringan tulang rawan pada embrio di dalam rahim ibu mulanya mengeras dan
menjadi tulang keras. Lalu tulang-tulang ini dibungkus oleh sel-sel otot. Allah
menjelaskan perkembangan ini dalam ayat: “…dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging”.
9.
Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim
Dalam Al Qur’an dipaparkan bahwa manusia
diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya. “… Dia menjadikan kamu dalam perut
ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu
adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS. Az Zumar:6)
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat
ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga
tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa
pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga daerah yang berbeda dalam rahim
ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai
fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya,
dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang
embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
“Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan:
pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke
delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran.” (Williams P., Basic Human
Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang
berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap
perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:
1. Tahap
Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar
melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian
membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin
membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk
tiga lapisan.
2. Tahap
Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima
setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai “embrio”. Pada tahap ini,
organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.
3. Tahap
Fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi
disebut sebagai “fetus”. Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan
berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya
fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada
awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini
berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga
minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan yang terjadi
dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan dengan menggunakan
peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya,
informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al Qur’an dengan cara yang
ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam
Al Qur’an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang
kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an bukanlah ucapan manusia
tetapi Firman Allah.
10.
Air Susu Ibu
Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan
Allah yang luar biasa dan tak tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi
bayi yang baru lahir, dan sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya
terhadap penyakit. Bahkan makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini
tak mampu menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini.
Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air
susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang
air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran
sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in Infant Nutrition, http:// www.icr.org/pubs/imp-259.htm)
Allah memberitahu kita informasi penting ini
sekitar 14 abad yang lalu, yang hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan
baru-baru ini, dalam ayat-Nya “…menyapihnya
dalam dua tahun…”.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman:14)
C.
FISIKA
1.
Rahasia Besi
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara
jelas dalam Al Qur’an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti “besi”, kita
diberitahu sebagai berikut:
“…Dan Kami turunkan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ….” (QS. Al Hadid:25)
Kata “anzalnaa” yang berarti “kami turunkan”
khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk
menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi
ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni “secara bendawi diturunkan
dari langit”, kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang
sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern
telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari
bintang-bintang raksasa di angkasa luar. Logam berat di alam semesta dibuat dan
dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya
kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri.
Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih
besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika
jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang
tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa
yang disebut “nova” atau “supernova”. Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor
yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka
bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda
angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak
terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang
angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti
dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui
secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur’an diturunkan.
2.
Relativitas Waktu
Albert Einstein pada awal abad 20 berhasil
menemukan teori relativitas waktu. Teori ini menjelaskan bahwa waktu ditentukan
oleh massa dan kecepatan. Waktu dapat berubah sesuai dengan keadaannya.
Beberapa ayat dalam Alquran juga telah megisyaratkan adanya relativitas waktu
ini, di antaranya dalam Alquran surat Al Hajj ayat 47, surat As Sajdah ayat 5
dan Alquran surat Al Ma’aarij ayat 4.
“Dan
mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali
tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah
seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS Al Hajj: 47)
“Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya
dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.” (QS As Sajdah:5)
“Malaikat-malaikat
dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh
ribu tahun.” (QS Al Ma’arij:4)
Beberapa ayat Alquran lainnya menjelaskan,
manusia terkadang merasakan waktu secara berbeda, waktu yang singkat dapat
terasa lama dan begitu juga sebaliknya.
3.
Penciptaan yang Berpasang-Pasangan
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yasin:36)
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya
bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari
apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih
luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan
Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara
berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933.
Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan
lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan
dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan
positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah
sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel
dengan muatan yang berlawanan…dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada
kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam
vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
D.
ASTRONOMI
1.
Pemisahan Langit dan Bumi
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit
adalah sebagaimana berikut :
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al Anbiya : 30)
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini
bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang
didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta
dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan
raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big
Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu.
Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik
tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan
satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula
alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut
sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, dimana materi, energi, bahkan waktu
belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah
materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika
modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu. Sensor sangat
peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992
berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan
bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi
fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
2.
Mengembangnya Alam Semesta
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad
silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta
digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata "langit", sebagaimana
dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan
makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan
dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta
"mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan
yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya
pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam
semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun,
penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern,
mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia
terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia,
Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara
teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan
mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada
tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang
astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak
saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak
menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus
"mengembang".
Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun
berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini
diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini
dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur
keseluruhan alam semesta.
3.
Bentuk Bulat Planet Bumi
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan
(tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas
malam…” (QS.
Az Zumar:5)
Dalam Al Qur’an, kata-kata yang digunakan
untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang
diterjemahkan sebagai “menutupkan” dalam ayat di atas adalah “takwir”. Dalam
kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan
membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana
surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut
tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan
yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk
bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur’an, yang telah diturunkan di abad ke-7,
telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.
Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala
itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang
datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan
ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur’an berisi informasi yang hanya mampu kita
pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur’an adalah firman Allah,
maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya
ketika menjelaskan jagat raya.
4.
Garis Edar Tata Surya
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di
dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis
edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam
garis edarnya.”(QS. Al Anbiya:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa
matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu: “Dan matahari berjalan di tempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin:38)
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur’an
ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut
perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa
yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar
yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih
17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit
dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya,
semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh
lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur’an sebagai
berikut: “Demi langit yang
mempunyai jalan-jalan.” (QS.
Az Zariyat:7)
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam
semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar
bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini
mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran
yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing
seolah “berenang” sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang
sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak
bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya. Semua benda langit
termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi,
memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah
ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang
membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh semesta
alam.
5.
Kadar
Hujan
Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf,
hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”.
Sebagaimana ayat di bawah ini:
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut
kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,
seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS.
Az-Zukhruf, (43):11)
“Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini
merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun
ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap
detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya.
Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah
siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.
Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan
adalah mengenai kecepatan turunnya hujan. Ketinggian minimum awan adalah
sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang
memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh
menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh
dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun
dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, permukiman,
perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat
pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra.
Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk
ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya
sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu
saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja. Namun tidak
demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan
rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini
disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa.
Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini
meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan
hujan krtika mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang
dengan menggunakan teknik ini).
Tak sebatas itu saja “pengukuran” tentang
hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan,
temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian,
tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya
merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.)
Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan
tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur
yang sangat rendah sekalipun.
6.
Angin
yang Mengawinkan
Dalam sebuah ayat Al Qur’an
disebutkan sifat angin yang mengawinkan dan terbentuknya hujan karenanya.
“Dan Kami telah meniupkan
angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri
minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al
Qur’an, 15:22)
Dalam ayat ini ditekankan
bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke
20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa
angin yang menggerakkan awan. Namun penemuan ilmu meteorologi modern telah
menunjukkan peran “mengawinkan” dari angin dalam pembentukan hujan.
Fungsi mengawinkan dari
angin ini terjadi sebagaimana berikut:
Di atas permukaan laut dan
samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat
pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel
kecil dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara.
Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu
daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas
atmosfer. . Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin
dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekitar
partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran
air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan dan kemudian jatuh ke Bumi dalam
bentuk hujan.
Sebagaimana terlihat, angin
“mengawinkan” uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang di
bawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat ini,
butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan
hujanpun tidak akan pernah terjadi. Hal
terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan
telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Al Qur’an, pada saat
orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam.