Laskar Kristus yang kejam dan biadab haus darah manusia
Umat Kristen
sekarang selalu berkoar-koar dengan ajaran kasih mereka, seolah-olah agama
mereka adalah ajaran kasih yang nyata. Mereka sering menghujat agama Islam
dengan sebutan “TERORIS”, Anarkis, Islam agama yang disebarkan
dengan pedang dan bermacam-macam Fitnahan lainya. Sebenarnya mereka menghujat
agama Islam hanya karena perasaan iri hati dan dengki mereka kepada agama
Islam. mereka seolah-olah merasa agama merekalah yang paling kasih, padahal
jauh daripada itu agama merekalah agama yang paling sadis didunia melebihi
sadisnya Zionis Yahudi!!!! Nggak percaya???
Mari kita Bongkar
semua Kebiadaban dan kekejaman agama Kristen didunia, mulai dari sejarah (yang-sudah
berlalu) hingga kebiadaban-kebiadan mereka dizaman modern ini.
INILAH FAKTA Sejarah!
KEBIADABAN-KEBIADABAN KRISTEN Di Dunia!!!
1. 24 Juni 1096 di Semlin,
Hongaria
Ribuan orang
dibunuh oleh pasukan Salib dalam perjalanan mereka untuk merebut Yerusalem. Tidak
seperti di kota-kota Kristen lainnya, sesampainya di Hongaria dan Bulgaria ini,
sambutan terhadap pasukan Salib sangat dingin, menyebabkan pasukan Salib yang
sudah kekurangan makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk. Penduduk
di dua negeri ini tidak tinggal diam. Walau pun sama-sama beragama Kristen,
mereka tidak senang dan melakukan pembalasan. Terjadilah pertempuran sengit dan
pembunuhan yang mengerikan. Dari 300.000 orang pasukan Salib itu hanya 7000
orang saja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di bawah pimpinan sang
Rahib.
2. Pada 9 September 1096 di
Nikaia
Xerigordon (dahulu
wilayah Turki) ribuan orang juga dibunuh. Dan ketika menaklukan Antiochia di
tahun yang sama antara 10.000-60.000 pria-wanita dan anak-anak juga dibunuh oleh
pasukan Salib Kristen.
3. Tahun 1205
Paus Innocent
kedua yang lain menyingkirkan King John of England karena
menyerang beberapa orang uskup. Akhirnya John terpaksa mengirimkan pesan
kepada Paus dengan kata-kata sbb: “Seorang utusan angelik, atas nama Inggris
dan Irlandia, mendoakan Yesus dan pengikutnya, penaung kami Paus Innocent, dan
seluruh penerus katoliknya.
Sejak hari ini,
kami menjadikan kerajaan ini sebagai penganut setia Paus dan hierarkinya. Kami
telah menganggarkan 1.000 pound Inggris untuk disumbangkan kepada kotak gereja
setiap tahunnya. 500 pound diberikan setengah tahun sekali, dalam bentuk uang
perak. Jika saya atau pengganti saya yang berada di tahta Inggris melanggar
perjanjian ini, dengan sendirinya kami akan kehilangan kekuasaan Inggris.”
Surat John ini
bisa dibaca pada buku karya Marcel Cache berjudul Social History, jilid dua. Di
halaman 123 buku tersebut, tertulis juga bahwa pada periode ini, 5 juta orang
dihukum karena melanggar fikiran ortodoks atau menentang titah Paus. Mereka
dihukum gantung atau mereka dicampakkan ke dalam penjara yang mirip sumur
gelap. Dalam tempo 18 tahun, antara tahun 1481-1499, mahkamah gereja telah
membakar hidup-hidup 1.020 orang. 6.860 orang digergaji hingga hancur lebur dan
97.023 orang disiksa hingga mati.
Itulah Kristen:
AGAMA HORROR, AGAMA PENYIKSAAN, AGAMA BANJIR DARAH, AGAMA KILLER, AGAMA SAMBER
NYOWO, AGAMA IBLIS, AGAMA BANTAI FOREVER dan berbagai julukan lainnya yang
seram-seram untuk menggambarkan track-record mereka selama ribuan tahun yang hanya
menunjukkan bahwa mereka itu hanyalah IBLIS LAPAR PEMBANTAIAN.
Bahkan agama
Kristen ini juga pantas diberi label sebagai AGAMA KANIBAL karena pada 11
Desember 1098 di Marra (Maraat an-numan), setelah membunuh ribuan orang, karena
kelaparan berkepanjangan maka mayat musuh yang sudah membusuk dimakan oleh
Pasukan Salib Kristen, fakta ini dibeberkan oleh Albert Aquensis. Hal ini telah diakui sendiri oleh pasukan salib
tersebut dalam surat mereka kepada Paus. Tidak hanya sangat sadis dan keji,
ternyata pasukan Kristen pun kanibal, doyan memakan daging manusia. Benar-benar
tak ada tandingannya memang kebiadaban pasukan salib Kristen itu.
Manusia biasa
tentu tidak sanggup melakukan berbagai macam kekejaman dan kebiadaban tak
henti-henti dengan berbagai macam cara seperti itu, hanya Kristen yang sanggup.
4. Tahun 1209
Perang Salib
Albigensia diumumkan oleh Paus Innocent III terhadap para pembangkang agama di
Prancis Selatan. Pada tahun 1209 ini terjadi pembantaian terhadap Kelompok
Cathary oleh Paus Innocent III, karena menolak konsep ketuhanan Yesus.
Sejak awal mula
perkembangan Kristen, banyak sekali aliran yang tidak mengakui Ketuhanan Jesus.
Contohnya, adalah satu kelompok yang bernama Cathary yang hidup di Selatan
Perancis. Kelompok Cathary adalah penganut Catharism, satu kelompok heresy
radikal di Zaman Pertengahan. Cathary percaya bahwa karena daging adalah jahat,
maka Kristus tidak mungkin menjelma dalam tubuh manusia. Karena itu, Kristus
tidaklah disalib dan dibangkitkan.
Dalam ajaran
Cathary, Yesus bukanlah Tuhan, tapi Malaikat. Untuk memperhambakan
manusia, tuhan yang jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan “sihirnya”
dengan mengejar kekuasaan dan kekayaan. Ketika kaum ini tidak dapat disadarkan
dengan persuasif, Paus Innocent III menyerukan kepada raja-raja untuk
memusnahkan mereka dengan senjata, sehingga ribuan orang penganut aliran
Cathary ini dibantai.
5. 27 Mei 1234
Sekitar 5000
sampai 11.000 Petani karena menolak membayar pajak Gereja yang mencekik leher.
Jangan heran
melihat betapa semangatnya orang-orang Kristen untuk menghabisi nyawa orang
lain tak henti-henti. Karena ajaran dan perintah-perintah untuk melakukan hal
itu memang ada dalam Alkitab mereka, kitab iblis itu. Dua Tuhan mereka, baik
yang bapak maupun anak juga telah menunjukkan sendiri kebiadaban dan kebrutalan
mereka. Sedangkan oknum Tuhan yang ketiga -Tuhan Roh Kudus- selalu membimbing
dalam setiap perusakan, penyiksaan, pembantaian, pemerkosaan dan segala
kebiadaban lainnya yang dilakukan oleh orang Kristen.
6. Tahun 1524-1526. Kekejaman
Gereja di Jerman
Kala itu gereja di
Jerman begitu manunggal dengan negara dan sekelompok petani yang telah lama
merasa tertindas melakukan pemberontakan. Tokohnya, Thomas Munzer, seorang
pengkhotbah radikal, menyatakan bahwa para petani dan buruh tambang lebih bisa
memahami Injil ketimbang para pastor. Kata-kata Munzer membuat dada para petani
gemeretak dan mereka menjadi semakin bulat menantang.
Tapi sementara
pasukan petani hanya mengandalkan artileri bikinan sendiri ditambah doa dan
pidato, pasukan para pangeran menggebuk Kota Frankenhausen dengan kanon.
Syahdan, 5.000 orang yang dikalahkan dibunuh, 300 tawanan dijatuhi hukuman
mati. Ketika istri-istri mereka meminta ampun, permohonan itu disetujui dengan
syarat. Wanita-wanita itu harus menghantam kepala dua pendeta yang menganjurkan
pemberontakan, sampai otaknya muncrat. Mereka setuju. Akhirnya pemberontakan
pun padam, setelah 130.000 petani tewas.
7. Tahun 1572
Pembantaian pada
hari St.Bartolomeus, orang Protestan Prancis dibantai secara massal oleh
Catherina de Medici. Pembantaian ini merupakan salah satu peristiwa yang secara
fatal menghancurkan gerakan kaum Protestan di Prancis. Raja Prancis dengan
cerdik mengatur pernikahan antara adik perempuannya dengan Laksamana Coligny, seorang
pemimpin kaum Protestan. Pesta pernikahan dirayakan dengan besar-besaran.
Setelah empat hari
berpesta, para serdadu diberi tanda. Pukul 12 malam, semua rumah kaum
Protestan di seluruh kota Paris didobrak satu per satu. Coligny dibunuh,
tubuhnya dibuang ke jalan melalui jendela, kemudian kepalanya dipenggal dan
dikirimkan kepada Paus. Mereka juga memotong tangan dan alat kelaminnya dan
menyeretnya sepanjang jalan kota Paris selama tiga hari dan akhirnya tubuhnya
digantung di dekat bukit yang terletak di luar kota tersebut.
Mereka juga
membantai semua orang yang diketahui beragama Protestan. Selama tiga hari
pertama, lebih dari 10.000 orang dibunuh. Tubuh orang-orang yang sudah mati itu
dibuang ke sungai dan darah mengalir di seluruh jalan-jalan di kota menuju ke
sungai sehingga seperti membentuk aliran sungai darah. Karena kemarahan yang
meluap-luap, mereka juga membunuh pengikut mereka sendiri kalau mereka
dicurigai tidak mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap paus. Dari Paris,
pembunuhan menyebar ke seluruh bagian Perancis. Lebih dari 8.000 orang dibunuh.
Hanya sedikit orang Protestan yang selamat dari kebiadaban para penganiaya itu.
8. Tanggal 5 April 1585
sebuah tragedi
pembunuhan massal terjadi di Harlem, Belanda
Tragedi yang juga
dikenal dengan nama Tragedi Harlem ini terjadi saat Raja Spanyol Philip II
menginstruksikan represi secara meluas atas rakyat Belanda yang kemudian
berpuncak dengan pembunuhan di Harlem itu. Dalam kasus tersebut, sekitar
6.000 aktivis kemerdekaan Belanda dibunuh oleh tentara Spanyol.
Perjuangan rakyat Belanda untuk meraih kemerdekaannya akhirnya mencapai hasil
pada tahun 1609.
9. Tahun 1618-1648
Perang 30 tahun
antara Katolik lawan Protestan di Eropa. Ribuan orang telah dibantai.
Ada banyak
wilayah, dinasti, dan isu agama yang melatarbelakangi perang ini, namun secara
keseluruhan “Perang 30 Tahun” ini adalah perang antara pangeran-pangeran Jerman
Protestan yang beraliansi dengan kekuatan-kekuatan asing,
yaitu Perancis, Swedia, Denmark, dan Inggris, melawan kekuatan
Imperium Katolik Romawi. Selain kafir orang-orang Kristen memang biadab dan
haus darah.
10. 23 Oktober 1641
Pembantaian
Katolik terhadap Protestan di Irlandia. Para konspirator memilih tanggal 23
Oktober, pada perayaan Ignatius Loyola, pendiri ordo Jesuit. Mereka
merencanakan pemberontakan besar di seluruh negeri. Semua orang Kristen
(Protestan) akan dibunuh semuanya. Untuk mengendorkan kewaspadaan mereka,
keramahtamahan ekstra diperlihatkan kepada kaum Protestan. Pagi harinya, para
konspirator dipersenjatai dan setiap orang Protestan yang mereka temui langsung
dibunuh. Bahkan orang cacatpun tidak diberi ampun.
Kaum Protestan
Irlandia terkejut. Selama ini mereka hidup damai dan aman selama bertahun-tahun
tetapi sekarang tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri. Mereka dibunuh oleh
tetangga sendiri, teman dan bahkan oleh saudaranya sendiri.
Tetapi kematian
bukanlah hal yang mereka takuti. Para wanita diikat ditiang-tiang, ditelanjangi
sampai pinggang, dadanya dipotong dengan pedang dan dibiarkan mati kehabisan
darah. Wanita yang sedang hamil diikat pada cabang pohon, bayi mereka yang
belum lahir dibelah dan diberikan kepada anjing sedangkan para suaminya dipaksa
menyaksikan kekejaman itu. Pada pembantaian massal di hari perayaan
St.Bartholomeus ini, 40.000 orang Protestan tewas dibantai oleh orang-orang
Katolik.
11. Sekitar tahun 1890 sampai
1901
Sekitar 1300 orang
kulit hitam telah dibunuh tanpa bicara oleh Ku Klux Klan di Amerika. Hasil
daripada pelaksanaan ini orang-orang kulit hitam telah mulai memberontak di
beberapa negeri di Amerika.
Berkaitan dengan
budak, silahkan baca sekelumit artikel tentang perbudakan berikut ini. Dibalik
konsep rasialisme keji ala Kristen itu, ternyata musik gereja Gospel itu
berasal dari kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen kulit putih
terhadap budak-budaknya!.
Konsep rasialisme
yang ada sekarang, mulai muncul pada abad ke-XVI ketika perdagangan budak mulai
berkembang. Budak-budak didatangkan dari Afrika menuju Eropa atau Amerika. Para
pedagang budak yang hampir semuanya Kristen itu menyebarkan paham bahwa
masyarakat kulit hitam (ras Afrika) adalah ras yang terkuat namun inferior,
sehingga cocok untuk mengerjakan pekerjaan kasar dan harus tunduk pada
perintah. Pandangan inferioritas ini sama dengan yang terjadi pada masa Romawi
dan Yunani.
Diperkirakan 11,8
juta rakyat Afrika diperdagangkan selama masa Perdagangan Budak Atlantik, di
mana sekitar 10 sampai 20% nya tewas dalam perjalanan menyeberangi samudera
Atlantik. Pada abad 19, tercatat bahwa 90% budak belian adalah anak-anak.
Beberapa negeri Kristen telah menjadi kaya raya karena perdagangan budak ini.
Perbudakan Afrika adalah saudara kembar kolonialisme di benua itu.
Bahkan ada satu
fakta menarik, bahwa musik Rap yang kita kenal sekarang ini adalah berasal dari
budak-budak kulit hitam yang dipelihara oleh orang-orang Kristen kulit putih.
Kebanyakan buku,
Acara Tv dan sejarawan mengatakan bahwa rap di buat atau diciptakan di Bronx,
tapi ini tidak sepenuhnya betul. Rap Amerika yang kita tau sekarang dimulai
sekitar 1970 di Boogie Down Bronx. Untuk mengerti secara keseluruhan, kita
harus kembali ke masa lampau: dimulai di Afrika. Di Afrika -untuk lebih
spesifik- Suku-suku disana mengabadikan sejarah mereka dalam bait-bait ritmik
dan nyanyian.
Karena ada banyak
suku-suku, banyak terdapat bahasa daerah dan suku-suku yang bahasa mereka
seringnya tidak dibuang/dilupakan. Jadi, untuk menjaga sejarah dan legenda
mereka menggunakan lagu dan ritmik untuk menceritakannya. Karena pedagang budak
kulit putih datang dan memisahkan mereka dari keluarga dan suku mereka.
Orang Afrika asli
membawa cerita dan rima mereka bersama pedagang budak eropa. Mereka (pedagang
budak)tidak mengijinkan para budak bicara menggunakan ”Bahasa Ibu” (bahasa
afrika asli). Para pedagang budak itu berpikir bahwa mereka berencana untuk
membuat rusuh. Walaupun mereka dirantai, tapi mereka diperbolehkan untuk
menyanyi. Ini membuat para budak bertahan hidup dan merasa lebih baik. Para
budak wanita di perkosa dan sering kali hamil oleh crew (para pembantu pedagang
budak). Budak wanita dijadikan bonus buat para crew. Perjalanan seperti ini
bisa memakan waktu hingga sebulan.
Dan bila dari
sekitar 1000 budak, ada 600-700 budak yang selamat, itu adalah perjalanan yang
bagus. Dan bila budak wanita hamil maka mereka akan mendapatkan harga yang
lebih baik (karena ada tambahan bayi dalam kandungan budak wanita). Lalu
orang-orang Kristen/para majikan alias pemilik budak itu berlaku sama untuk
mendapatkan lebih banyak budak, yaitu memperkosa budak wanita hingga hamil dan
anak hasil perbuatan itu dijadikan budak lagi. Mereka, para majikan bahkan
memberikan tamu mereka satu atau dua wanita untuk teman tidur…
Ketika mereka
menyanyi mereka bekerja lebih giat karena isi nyanyiannya adalah tentang dari
mana mereka berasal dan sejarah suku-suku mereka. Waktu selanjutnya, karena
majikan bersifat lebih lunak, para budak diperbolehkan libur setiap hari
minggu. Pada hari minggu tersebut, para budak pergi ke gereja dan menyanyikan
lagu kebebasan. Hal ini kemudian berubah menjadi paduan suara Gospel.
Jadi musik Gospel
Gereja berasal dari pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan orang-orang Kristen
terhadap budak-budak kulit hitam! Yesus pasti tersenyum bangga melihat buah
hasil akibat pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan oleh para pengikutnya ini!
12. Perang Dunia I
(1914-1919). Jutaan orang terbunuh akibat keganasan orang-orang Kristen.
Perang dunia
pertama berlangsung selama 1.565 hari. 9 juta manusia tewas. Tepatnya dalam
buku Guinness Book of Records disebutkan bahwa Perang Dunia I menelan korban
9.700.000 jiwa, 22 juta cacat dan tidak dapat bekerja seumur hidup. Demikianlah
statistik kerusakan dalam medan perang. Angka kematian dan kecederaan yang
terjadi di kota-kota padat penduduk sebagai akibat sampingan perang tidak dapat
dihitung. Angka biaya perang mencapai lebih dari $400 milyard. Peserta perang
sebagian besar adalah negara-negara berpenduduk mayoritas beragama Kristen.
13. Tahun 1940
Orang-orang
Kristen non Katolik di Krosia (bagian dari Yugoslavia yang mayoritas beragama
Katolik) hanya diberi dua pilihan: pindah menjadi penganut agama Katolik atau
mati. Gedung-gedung gereja mereka ditutup, dokumen-dokumen jemaat dimusnahkan,
gedung-gedung yang masih berhubungan dengan kegiatan gereja dibakar habis.
Sering kali para
umat Ortodoks ditangkap sewaktu mereka beribadat, dan disekap dalam gerejanya
atau dalam aula-aula gereja sambil menunggu nasib mereka ditentukan: dipaksa
pindah agama, dikirim ke kamp konsentrasi atau dieksekusi. Orang-orang yang
selamat, biasanya hanya sedikit, akhirnya menggantung nasibnya kepada para
Komandan Ustachi dan para padri Katolik yang bersama mereka.”
“Pembunuhan massal
dilakukan dengan membunuh secara orang per orang, kebanyakan terjadi di daerah
pinggiran kota. Para Ustachi sering menggunakan senjata-senjata primitif,
seperti garpu, sekop, palu dan gergaji, untuk menyiksa korban-korban mereka
tergantung dari hukuman yang diberikan. Mereka mematahkan kaki, menguliti tubuh
dan janggut korbannya, membuat buta korbannya dengan mengiris mata mereka
dan bahkan mengeluarkan bola matanya.”
Informasi ini
direkam dalam bentuk gambar dan kesaksian tersumpah para korban yang selamat.
Mereka tidak membedakan antara anak-anak atau wanita. Sebagai contoh:’Di
desa-desa antara Vlasenica dan Kladani tentara Nazi menemukan anak-anak yang
disalib oleh Ustachi. Para pastor Katolik mendalangi pembunuhan anak-anak
tersebut.’
Seorang pastor
Katolik bernama Juric berkata, “Saat ini bukan merupakan suatu dosa jika
membunuh anak berusia tujuh tahun kalau anak tersebut ternyata menghalangi
gerakan Ustachi.” [Dari buku Teror Katolik Saat Ini (Catholic Terror Today)
oleh Avro Manhattan]
Kemudian pada
tahun 1941, Oustachis (Militan Katolik Kroasia) disewa oleh Mussolini untuk
membantu Italia di pantai Adriatik. Tahun 1941, Hitler dan Mussolini menginvasi
dan memecah Yugoslavia. Pavelitch dijadikan pemimpin “Negara Merdeka Kroasia”.
Tanggal 18 Mei
1941, Paus Pius XII menerima Pavelitch beserta rekan-rekannya. Pada hari itu
juga, pembunuhan besar-besaran terhadap kaum Ortodoks Kroasia mencapai
puncaknya, mereka dipaksa menganut paham Katolik. Para Oustachis juga memburu
kaum minoritas Serbia. Andrija Artukovic adalah perancang utama dari pembunuhan
besar-besaran tersebut.
14. 29 Agustus 1942
Kejahatan perang
paling buruk, mungkin juga aneh, dilaksanakan oleh para anggota badan intelejen
Ustachi. Dalam kasus Peter Brzica tidak diragukan lagi merupakan salah satu
kejahatan yang paling dahsyat. Peter Brzica yang pernah mengenyam
pendidikan di Fransiscan College di Siroki, Brijeg, Herzegovina, adalah seorang
mahasiswa fakultas hukum, dan seorang anggota organisasi Katolik
“The Crusaders”.
Pada 29 Agustus
1942 malam, di kamp konsentrasi Jasenovac, perintah eksekusi dikeluarkan.
Taruhan dilakukan siapa kira-kira yang akan melakukan eksekusi terhadap tahanan
yang jumlahnya besar itu. Peter Brzica memotong leher 1.360 orang tahanan
dengan pisau jagal yang dibuat khusus. Dia dinobatkan sebagai pemenang dan
diangkat sebagai raja pemotong leher manusia. Sebuah jam emas, pelayanan kelas
satu dan babi panggang serta anggur dihadiahkan kepadanya.
Kejahatan perang
yang dilakukan pasukan Ustachi jauh melampaui penyiksaan fisik yang kejam.
Korban-korban mereka juga disiksa secara mental. Sebagai contoh adalah
kebrutalan, yang tidak pernah terjadi sebelumnya, yang disaksikan oleh beberapa
saksi mata sehubungan dengan kejadian berikut ini.
Di Nevesinje,
Ustachi menangkap sebuah keluarga Serbia yang terdiri dari ayah, ibu dan empat
orang anak. Sang ibu dan keempat anaknya dipisahkan dari ayahnya. Selama tujuh
hari mereka dibiarkan kelaparan dan kehausan. Kemudian Ustachi membawa sebuah
daging panggang dan air minum yang banyak untuk ibu dan keempat anak tersebut.
Karena sangat lapar, merekapun memakan habis daging panggang tersebut. Setelah
mereka selesai, para Ustachi memberitahukan bahwa daging yang dimakan itu
adalah tubuh ayah mereka. Ini adalah contoh dari kemarahan Vatikan yang lepas
kendali. Ini adalah contoh dari kebiadaban Katolik yang tak bisa disangkal
lagi.
15. Tahun 1942
Seorang biarawan
ordo Fransiskan, Miroslav Filipovic, sebagai seorang pastor adalah komandan
kamp konsentrasi di Jasenovac. Kamp konsentrasi ini merupakan kamp yang unik
karena jumlah tahanan muda yang dikirim kesana. Tahun 1942 kamp ini menampung
24.000 tahanan orang muda Orthodoks. 12.000 diantaranya dibunuh dengan darah
dingin. Banyak mayat-mayat anak-anak kecil yang mati kelaparan di kamp
konsentrasi di Jasenovac.
Di Dubrovinick,
Dalmatia, para prajurit fasis banyak yang mempunyai foto seorang Ustachi yang mengenakan
dua buah kalung. Satu kalung merupakan untaian mata manusia, yang lainnya
untaian lidah orang-orang Serbia Ortodoks yang dibunuh.
Pada tahun 1942
ini juga, Gereja Katolik akhirnya memang kemudian terbukti terlibat
kejahatan dalam Perang Dunia Kedua, karena membiarkan pembantaian atas 2300
warga Serbia di Kroasia, yang waktu itu bergabung dengan Yugoslavia.
Pembantaian yang
terjadi pada tahun 1942 tersebut, menurut warga etnis Serbia, tak lepas dari
peran rohaniawan gereja Katolik setempat. Seorang imam dari biara Petricevac
saat itu diketahui memimpin sekumpulan fasis etnis Kroasia bersenjata untuk
menyerbu suatu desa dan membunuh 1800 laki-laki dan 500 perempuan.
Total selama
Perang Dunia II, Statistik menyebutkan bahwa 35 juta orang terbunuh (menurut
Guinness Book of Records 54.800.000 jiwa), 20 juta kehilangan kaki-tangan, 17
juta liter darah tertumpahkan, 12 juta anak terlahir cacat, 13.000 sekolah
dasar dan menengah, 6.000 universitas dan 8.000 laboratium sains telah musnah,
serta 319 milyar peluru telah ditembakkan.
Perang Dunia I dan
II yang telah mengakibatkan puluhan juta manusia matipun disebabkan oleh
negara-negara Kristen seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Amerika, dan
lain-lain. Episode horror berbagai penyiksaan-penyiksaan dan penyembelihan umat
manusia yang dilakukan oleh orang-orang Kristen sangat mewarnai sepanjang
perang berlangsung. Setelah membantai puluhan juta manusia, anehnya mereka masih suka menuduh negara-negara Islam sebagai
teroris. Padahal tidak ada satu negara Islam pun yang mengakibatkan
puluhan juta manusia mati seperti mereka.
16. Pada 4 Mei 1978
Tentara Afrika
Selatan membunuh lebih dari 600 penduduk di Kamp pengungsi Kassinga di Namibia.
Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Tentu mereka tidak dianggap teroris
oleh orang-orang Kristen, karena para pembantai biadab ini adalah pemeluk
Kristen. Di Uganda, Tentara Pertahanan Tuhan (LRA) juga sering melakukan aksi
terorisme. Namun karena mereka para pelaku pembantaian itu beragama Kristen,
tentu hampir mustahil orang-orang Kristen memberi label “teroris” kepada
mereka.
Bandingkan dengan
stigma teroris yang mereka berikan kepada pemeluk” Islam,walaupun tidak
terbukti mereka yang melakukan kejahatan,mereka tetap diberi gelar teroris!
17. Pada tahun 1980-an
banyak terjadi
pembunuhan terhadap tokoh-tokoh Katolik di Irlandia Utara. Sir John
Stevens, kepala Polisi Metropolitan Inggris, menyimpulkan bahwa pihak keamanan
Inggris terlibat langsung dalam rangkaian pembunuhan tokoh-tokoh Katolik itu.
Dinas intelijen
angkatan bersenjata Inggris dan polisi Irlandia Utara, yang sebagian besar
anggotanya beragama Protestan, diberitakan menjalin kerja sama dengan
organisasi teroris Protestan UDA. Sedikitnya dua aksi pembunuhan yang dilakukan
UDA dihubungkan langsung dengan tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara.
Sebenarnya isi
laporan tidak terlalu mengejutkan. Ini hanya menguatkan isu-isu yang sudah lama
beredar, bahwa tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara tidak selalu berperan
netral sewaktu perang saudara di tahun 1980-an.
18. April-Mei 1994
Terjadi aksi
pembantaian besar-besaran di Rwanda oleh orang-orang Kristen Hutu terhadap
Kristen Tutsi. Lebih dari 800.000 orang Tutsi tewas dibantai Hutu.
Rwanda adalah
sebuah negara di Afrika yang berpenduduk mayoritas 70% beragama Kristen, yang
terdiri dari pemeluk Katolik 58% dan Protestan 12%. Terbesar kedua adalah
animisme dengan 23% dan Islam minoritas dengan 9% penganut. Berdasarkan etnis
di Rwanda yang paling dominan adalah suku Hutu dengan 89%, disusul oleh suku
Tutsi 10% dan Twa (Pigmy) 1%.
Di Rwanda kurang
lebih 800.000 (sumber lain menyebutkan 1 juta) suku Tutsi menjadi korban
pembantaian terencana oleh tokoh-tokoh militan suku Hutu, bahkan sebagian suku
Hutu sendiri yang beraliran moderat, dalam arti tidak memusuhi suku Tutsi, juga
menjadi korban pembantaian tersebut.
Kilas balik
peristiwa, pada 6 April 1994 Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana kembali dari
Tanzania untuk proses perdamaian. Pesawatnya ditembak jatuh oleh kelompok
ekstrim anggota partainya sendiri saat mencoba mendarat di Kigali, ibukota
Rwanda.
Kematian
Habyarimana dijadikan alasan untuk menjalankan genosida. Radio nasional Rwanda
dan beberapa radio swasta mengudarakan instruksi pada kelompok pembantai yang
disebut interahamwe; yang artinya ‘mereka yang bertarung bersama’, dan secara
terus-menerus meminta mereka melancarkan pembantaian itu.
Kelompok angkatan
bersenjata Rwanda membantu aksi interahamwe itu setiap kali para pembunuh
itu menghadapi perlawanan kelompok Tutsi. Penyediaan alat transportasi dan
bahan bakar membuat pasukan maut itu mampu mencapai daerah-daerah suku Tutsi
yang cukup terisolasi.
“Anda harus
bekerja lebih keras, kuburannya belum penuh,” dorong sebuah suara di radio.
Bulan April 1994, ketika genosida (pembantaian etnis) mulai terjadi di Rwanda,
masyarakat biasa seakan tak bisa lepas dari radio mereka. Di sebuah bagian
dunia tempat kebanyakan masyarakatnya tidak punya saluran listrik, begitulah
cara informasi tersebarkan. Namun di Rwanda di musim semi tersebut, stasiun-stasiun
radio terkenal nampaknya hanya punya satu tujuan: untuk menghasut massa Hutu
untuk membasmi kaum Tutsi para tetangga mereka.
Stasiun radio yang
paling terkenal di antara semuanya adalah RTLM (Radio Televison des Milles
Collines), Radio Televisi Ribuan Bukit. Stasiun ini dikenal karena para disc
jockey-nya yang terbaik di Rwanda dan karena pencampuran musik Afrika yang
menarik, program beritanya, dan analisa politiknya.
Didirikan tahun
1993 dan dimiliki oleh anggota keluarga dan teman-teman Presiden Habyarimana,
stasiun ini memberikan khotbah berisikan pesan ekstrim tentang keunggulan kaum
Hutu, namun kebanyakan masyarakat non-politik Rwanda mendengarkan stasiun ini
karena musik yang mereka putarkan.
Dalam
kenyataannya, hati dan pikiran mereka sedang dipersiapkan untuk melakukan
genosida. Ketika pembunuhan dimulai tangal 6 April, apa yang telah diciptakan
oleh para pemilik dan manager stasiun tersebut menjadi jelas-sebuah mimbar
mengerikan darimana pesan untuk membunuh disebarkan ke seluruh Rwanda. RTLM-lah
yang memberikan sinyal untuk memulai pembantaian atas bangsa Tutsi dan kaum
Hutu yang moderat.
Tanggal 7 dan 8
April RTLM menyiarkan: “Anda harus membunuh [kaum Tutsi], mereka adalah kecoa
…” Tanggal 13 Mei: “Anda yang sedang mendengarkan kami, bangkitlah agar kita
dapat berjuang demi Rwanda kita… Bertempurlah dengam senjata yang Anda miliki;
Anda yang memiliki panah, menggunakan panah, Anda yang memiliki tombak
bertempurlah dengan tombak; Bawa alat-alat tradisional Anda … Kita semua harus
melawan [bangsa Tutsi]; kita harus menghabisi mereka, membasmi mereka, buang
mereka dari seluruh negara… Tidak boleh ada pengampunan bagi mereka, sama
sekali.” Dan pada tanggal 2 Juli: “Saya tidak tahu apakah Tuhan akan membantu
kita dalam membasmi [bangsa Tutsi]… namun kita harus bangkit untuk
membasmi ras orang-orang jahat ini… Mereka harus dibasmi karena tidak ada cara
lain.”
Pesan tersebut
berhasil. Bulan Juli 1994, ketika kemenangan Tutsi yang dipimpin
Front Patriotis Rwanda (RPF) mengakhiri pembantaian tersebut, sejumlah 1 juta
rakyat Rwanda -kebanyakan kaum Tutsi, namun juga kaum Hutu yang termasuk dalam
partai-partai demokratis di Rwanda- telah terbunuh. Radio-radio telah dengan
sangat suksesnya menghasut genosida tersebut. Jatuhnya hampir 1 juta korban jiwa
dari peristiwa tersebut merupakan pelajaran dunia tentang kebiadaban Kristen
yang kesekian kalinya.
19. 28 April 2002
Penyerangan dan
pembantaian di desa Soya, Ambon. Pada tanggal tersebut dua tahun
lalu, terjadi pembantaian di pemukiman Kristen, desa Soya di Ambon. Dan yang
menjadi korbannya adalah umat Kristen semua, belasan yang tewas dan luka-luka,
termasuk seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tewas dibantai dengan keji.
Banyak rumah-rumah yang dibakar dan gerejapun dirusak oleh rombongan perusuh tersebut.
Ketika itu dengan
lantangnya dan serempak seluruh umat Kristen di Maluku menuding Laskar Jihadlah
pelaku yang berada di balik pembantaian itu. Bahkan tragedi pembantaian
terhadap umat Kristen di Desa Soya dan ekses-ekses lainnya ini, termasuk yang
paling diexpose oleh media-media atau situs corong Kristen terutama yang
gencar dilakukan oleh oknum Pendeta Cabul JL di situs Ambon Berdarah online,
atau lebih tepatnya “ON-LIE”.
Walaupun tentu
menjadi pertanyaan bagi kita semua, bagaimana mungkin Laskar Jihad atau apapun
kelompok dari luar mampu untuk menerobos masuk kedalam desa Soya yang jalannya
sulit dan berliku-liku itu tanpa diketahui oleh orang dalam desa tersebut?
Ternyata jawabannya simpel: ORANG KRISTEN SENDIRILAH YANG MELAKUKAN PEMBANTAIAN
TERHADAP SAUDARA SEIMANNYA SENDIRI ITU!
Tujuan mereka TEGA
melakukan pembantaian terhadap umat dan gerejanya sendiri itu adalah supaya
konflik di Maluku yang mereka ciptakan itu dapat terus berlangsung,
syukur-syukur eskalasinya makin besar sehingga dapat mengundang kekuatan PBB
pimpinan Si Setan Besar AS atau Si Pencium Pantat Setan Besar UK untuk masuk
kesana.
Tujuan mereka
sudah jelas, referendum bagi masyarakat Maluku! Dan melihat perimbangan
populasi penduduk di Maluku yang sekarang sudah lebih banyak orang Kristennya,
karena umat Islamnya banyak yang sudah mereka bantai dan para pendatang dari
luar Maluku seperti Bugis, Makassar, Padang, Jawa dan lain-lain sudah banyak
pulang ke daerah asalnya akibat konflik berdarah yang dilancarkan pasukan
salibis ini, maka mereka yakin pihak Kristen akan unggul dalam referendum itu
nanti. DASAR BIADAB KAU KRISTEN!
Kebiadaban Kristen
di Ambon bukan saja baru kali ini, “Penyerangan dan pembantaian umat
Islam di AMBON.” Kerap kali dilakukan oleh TERORIS SALIBIS.!!
Mereka juga pernah
menyerang ummat Islam di Hari Raya Idul Fitri 1419H tanggal 19 dan 20 Januari
1999M. Mereka membantai ummat Islam, maka banyak jatuh korban tewas, dan banyak
pula yang luka-luka. Orang-orang Kristen itu menyerang dalam keadaan mabuk
habis minum-minum. Setiap kali mereka menyerang selalu dalam keadaan mabuk
seperti itu. Senjata mereka adalah panah beracun, panah berapi, parang, tombak,
bom molotov, senjata api, bahkan basoka RPG7, senjata Amerika atau NATO.
Semuanya itu sudah dipersiapkan sejak Oktober 1998, 4 bulan sebelum mereka
menyerang Muslimin. Sedang Ummat Islam tidak siap apa-apa. Maka kala itu (awal-awal
diserangnya itu) ummat Islam banyak jatuh korban.
20. Tidak di Rwanda saja 2004
Bulan Agustus 2004
lalu juga terjadi pembantaian terhadap ratusan suku Tutsi oleh suku Hutu di
Burundi. Di Burundi, 67% rakyatnya adalah pemeluk agama Kristen dan 32%
animisme. Suku Hutu merupakan mayoritas (seperti juga di Rwanda) dengan 85%,
kedua terbanyak adalah Tutsi 14%, dan minoritas suku Twa (Pigmy) 1%.
Ratusan pengungsi
Tutsi yang sedang tertidur lelap DIBANTAI oleh milisi-milisi suku Hutu di
daerah perbatasan antara Rwanda-Burundi. Pemerintah Burundi menuduh
milisi-milisi Hutu tersebut disupport atau setidaknya memiliki hubungan dengan
teroris-teroris (Kristen) Hutu di Rwanda yang membantai 1 juta suku Tutsi
disana tahun 1994.
Namun yang pasti,
didukung atau tidak, memiliki hubungan atau tidak, mereka adalah orang-orang
Kristen dan mereka biadab.!!
Dengan berdasarkan
FAKTA-FAKTA KEBIADABAN KRISTEN DI SELURUH DUNIA INI, MAKA SEBENARNYA AGAMA
KRISTENLAH SANG TERORIS DUNIA ITU !!!
Namun
kenyataanya,mereka Terlalu Licik untuk Menutup-nutupi KEBIADABAN Agama mereka
dengan Label-label ajaran kasih.!!!!
Namun orang-orang
yang berfikir dan paham Sejarah,tentu dapat mengetahui Kebohongan-kebohongan
Ajaran kasih Kristen itu.!!!!
Ajaran “Kasih Kristen”
hanya slogan yang tujuannya hanya untuk menutupi kekejaman dan kebiadaban
ajaran agamanya. Dunia bisa membuktikan kekejaman mereka dengan membuka kembali
lembaran sejara gelap agama Kristen, siapa yang paling banyak membantai manusia
didunia ini, jawabnya pasti “KRISTEN”.
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.