Sejak
Rasulullah SAW mengajak umat manusia untuk beriman kepada Allah SWT, maka sejak
itu pula caci maki dan hinaan datang bertubi-tubi menghampiri Nabi SAW. Bahkan
hinaan tersebut tidak berhenti dengan wafatnya Nabi SAW, melainkan terus
berlanjut hingga saat ini.
Hinaan
terhadap Nabi SAW bukan karena beliau rendah dan hina, bukan juga karena beliau
salah dan berdosa, bukan pula karena beliau menyakiti dan menganiaya, pun
bukan karena beliau merampas dan memaksa, karena Nabi SAW sangat mulia daripada
sifat-sifat tercela macam itu. Akan tetapi hinaan terhadap Nabi SAW hanya
karena beliau berda'wah di jalan Allah SWT dan mengajak umat manusia untuk
beriman kepada-Nya.
Cara Rasulullah SAW dalam menyikapi aneka penghinaan pun beragam. Ada yang beliau diamkan. Ada juga yang beliau doakan. Ada pula yang beliau nasihati atau peringatkan. Dan ada juga yang beliau beri hukuman. Bahkan ada yang dibunuh akibat penghinaannya yang sudah kelewat batas. Semua itu melalui pertimbangan khusus Rasulullah SAW.
Cara Rasulullah SAW dalam menyikapi aneka penghinaan pun beragam. Ada yang beliau diamkan. Ada juga yang beliau doakan. Ada pula yang beliau nasihati atau peringatkan. Dan ada juga yang beliau beri hukuman. Bahkan ada yang dibunuh akibat penghinaannya yang sudah kelewat batas. Semua itu melalui pertimbangan khusus Rasulullah SAW.
PERIODE MEKKAH
Saat di
Mekkah, tak satu pun penghinaan yang dibalas oleh Rasulullah SAW. Beliau tak
membalas bukan karena tak mampu membalas. Jika Nabi SAW mau membalas, maka
beliau hanya tinggal angkat tangan berdoa kepada Allah SWT untuk menghukum
segera musuhnya.
Akan
tetapi beliau tak membalas karena sejumlah alasan, antara lain : Pertama,
beliau sabar dan tegar dalam da'wah. Kedua, beliau berada di permulaan jalan
da'wah Islam, sehingga harus ditata dengan tenang dan penuh kesejukan. Ketiga,
di permulaan Islam jumlah umat Islam masih sangat sedikit, sehingga Nabi SAW
harus lebih hati-hati melindungi umatnya agar tak jadi korban perlawanan
terhadap penghinaan tersebut. Keempat, Rasulullah SAW sedang mendidik umat
tentang bagaimana sikap yang betul terhadap penghinaan pada saat menjadi
minoritas tertindas. Kelima, Rasulullah SAW seorang yang sangat cerdas,
sehingga tahu betul kapan harus ikut arus dan kapan harus melawan arus, serta
beliau paham betul kapan harus diam dan kapan harus mengambil tindakan.
Bahkan
saat beliau diusir dari kota Thoif dengan penghinaan dan penganiayaan, ketika
Malaikat datang meminta izin untuk menghancurkan kota Thoif karena peristiwa
keji tersebut, beliau langsung mencegah seraya berkata : "Jangan ! Bahkan
aku berharap agar lahir dari keturunan mereka generasi yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya."
Dalam
peristiwa tersebut bukan saja menunjukkan kesabaran dan ketabahan Nabi SAW yang
luar biasa, namun juga kearifan dan kebijakan Nabi SAW. Perlakuan penduduk
Thoif terhadap Nabi SAW merupakan akibat dari propaganda Kafir Quraisy Mekkah,
sehingga mereka hanya merupakan korban provokasi. Karenanya, mereka tak layak
dibalas atau dihukum, bahkan patut dikasihani. Itulah sebabnya, Rasulullah SAW
mencegah Malaikat agar tidak menghancurkan mereka, bahkan dengan air mata Nabi
SAW berdoa untuk agar keturunan mereka kelak menjadi generasi orang yang
beriman. Dan begitulah faktanya, hingga kini tak satu pun penduduk kota Thoif
yang tidak beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
PERIODE MADINAH
Pada
periode Madinah, ada sejumlah penghina Nabi SAW dibiarkan tanpa dibalas atau
dihukum, namun tidak sedikit para penghina Nabi SAW yang dibunuh atau dihukum
mati atas perintah beliau.
Abdullah
bin Ubay bin Salul yang terkenal sebagai Biang Munafiqin di Madinah, sering
sekali menghina Nabi SAW dan kaum muslimin. Hinaannya dinilai banyak Shahabat
sudah kelewat batas, sehingga mereka minta izin Nabi SAW untuk membunuhnya.
Namun permintaan tersebut ditolak Nabi SAW seraya berkata : "Agar supaya
tidak ada orang yang berkata Muhammad membunuh para Shahabatnya". Disini,
Rasulullah SAW tidak membalas atau menghukum Si Biang Munafiqin melalui
"pertimbangan khusus" untuk "siasat da'wah" dan
"meredam fitnah".
Selain itu,
ada seorang kafir yang sering meludahi Nabi SAW saat beliau melewati rumahnya,
namun tak dibalas oleh Nabi SAW, karena dianggap semata-mata hanya urusan
pribadi, bukan urusan agama. Bahkan ketika si kafir tersebut sakit, justru Nabi
SAW membesuknya. Masalah pribadi tak layak dihadapi dengan kemarahan, tapi
sudah semestinya dihadapi dengan kesabaran.
Ada lagi
seorang pengemis buta di pasar yang setiap hari mengumpat Nabi SAW, namun
setiap hari pula Nabi SAW berderma untuk si pemgemis tersebut. Rasulullah SAW
tidak mengambil peduli dengan umpatan si pengemis, karena dianggap hanya
merupakan luapan emosi akibat kebodohannya. Orang bodoh tak pantas dihukum,
tapi sepatutnya dida'wahkan.
ATAS PERINTAH RASULULLAH SAW
Mereka
yang dibunuh atas perintah atau izin dari Nabi SAW, karena penghinaannya
terhadap beliau atau terhadap ajaran Islam, yang sudah tidak bisa ditolerir
lagi, antara lain : Pertama, Nabi Palsu Abhalah ibnu Ka'ab ibnu 'Auf Al-Aswad
Al-Ansi di Yaman yang dibunuh oleh seorang pemuda bernama Fairuz atas dasar
surat Nabi SAW untuk kaum muslimin Yaman.
Kedua,
Nabi Palsu Musailamah Al-Kadzdzab dari Najed, yang diancam Nabi SAW untuk
diperangi. Lalu baru pada zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ancaman Rasulullah
SAW tersebut bisa dilaksanakan melalui pengiriman pasukan Islam di bawah
pimpinan Sayyiduna Khalid ibnu Al-Walid RA. Akhirnya, Musailamah Al-Kadzdzab
dan pengikutnya berhasil dibasmi.
Ketiga,
Ka'ab ibnu Al-Asyraf yang selalu menghina Nabi SAW di berbagai kesempatan. Ia
dibunuh oleh Muhammad bin Maslamah RA atas perintah Nabi SAW, sebagaimana
diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari rhm hadits ke-4.037 dan Shahih
Muslim rhm hadits ke-1.801, yang bersumber dari Jabir bin Abdillah RA.
Hal ini diriwayatkan juga oleh Abu Daud, An-Nasai dan Al-Humaidi,
rohimahumullah.
Keempat,
Abu Rafi' Abdullah ibnu Abi Al-Huqaiq yang sering menghina dan menista Nabi SAW
di berbagai tempat. Ia dibunuh oleh beberapa orang Anshor atas perintah Nabi
SAW, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari rhm hadits ke-4.038 s/d
4.040 yang bersumber dari Al-Barra bin 'Azib RA. Dan diriwayatkan juga oleh
Ibnu Ishaq, Ibnu Hisyam, Al-Waqidi, Ibnu Sa'ad, Ath-Thabari dan Ad-Dimyathi, rohimahumullah.
Kelima, seorang musyrik yang dibunuh Sayyiduna Zubair ibnu 'Awwam RA dan seorang kafir yang dibunuh Sayyiduna Khalid ibnu Al-Walid RA. Keduanya dibunuh atas perintah Nabi SAW karena penghinaan keduanya terhadap beliau. Kedua kejadian diriwayatkan oleh Imam Abdurrazaq rhm dalam kitab Mushonnaf. Kisah Zubair RA diriwayatkan juga oleh Abu Nu'aim Al-Ishfahani rhm dalam kitab Al-Hilyah. Sedang kisah Khalid RA diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqi rhm dalam Sunannya dan Ibnu Hazm rhm dalam kitab Al-Muhalla.
MERAIH RESTU RASULULLAH SAW
Mereka
yang dibunuh para Shahabat karena penghinaannya terhadap Nabi SAW, lalu
Shahabat yang membunuh dibebaskan oleh Nabi SAW dari tuntutan, bahkan direstui
oleh beliau, antara lain : Pertama, Abu 'Afak yang dibunuh oleh Salim ibnu
'Umair An-Najjar RA karena menghina dan mencemooh Nabi SAW. Lalu beliau tidak
menghukumnya, bahkan membebaskannya tanpa syarat, sebagaimana diriwayatkan oleh
Al-Waqidi, Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam, rohimahumullah.
Kedua,
Ashma' binti Marwan yang dibunuh oleh 'Umair ibnu 'Adi Al-Khatmi RA karena menghina
Nabi SAW dan menista Islam. Lalu Rasulullah SAW memujinya dan menyatakan
bahwasanya 'Umair telah membela Allah SWT dan Rasul-Nya, sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Waqidi rhm dalam Tarikhnya dan Ibnu Hajar rhm dalam kitab
Al-Ishobah.
Ketiga,
seorang hamba sahaya yang dibunuh tuannya yang tunanetra karena selalu menghina
Nabi SAW. Lalu beliau mengumumkan di depan para Shahabat bahwa wanita tersebut
layak dan pantas dibunuh, sehingga si pembunuh dibebaskan. Kisah ini
diceritakan oleh Abdullah ibnu 'Abbas RA, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
Daud rhm dalam Sunannya hadits ke-4.361. Dan diriwayatkan juga oleh An-Nasai,
Al-Hakim, Ad-Daraquthni dan Al-Baihaqi, rohimahumullah.
Keempat,
seorang wanita Yahudi yang dicekik hingga mati oleh seorang muslim karena
menghina Rasulullah SAW, lalu beliau menyatakan kehalalan darah wanita tersebut
untuk ditumpahkan. Kisah ini diceritakan oleh Sayyiduna Ali ibnu Abi Thalib
krw, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud rhm dalam Sunannya hadits ke-4.362.
Dan diriwayatkan juga oleh Ahmad rhm dan Baihaqi rhm.
Kelima,
Jin Kafir yang bernama Mis'ar dibunuh oleh Jin Muslim yang bernama Samhaj
karena telah melecehkan yang haq dan menistakan Rasulullah SAW. Samhaj pun
dipuji oleh Nabi SAW dan diganti namanya menjadi Abdullah. Kisah ini
diceritakan langsung oleh Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
Nu'aim Al-Ishfahani rhm dalam kitab Ad-Dalail dan Al-Fakihi rhm dalam kitab
Akhbar Mekkah yang bersumber dari Abdullah ibnu Abbas RA. Jin Muslim tersebut
dikatagorikan Shahabat Nabi SAW oleh Ibnu Hajar dalam kitab Al-Ishobah dan Ibnu
Al-Atsir dalam kitab Usud Al-Ghobah.
IJMA' SHAHABAT
Diriwayatkan
oleh Al-Qodhi 'Iyadh rhm dalam kitab Asy-Syifa' dan Ath-Thabrani rhm dalam
Al-Mu'jam Al-Ausath dan Al-Mu'jam Ash-Shoghir, sebuah hadits dengan Silsilah
Sanad Emas yang bersumber dari Ali Ar-Ridho dari Musa Al-Kazhim dari Ja'far
Ash-Shodiq dari Muhammad Al-Baqir dari Ali Zainal Abidin dari Al-Husain dari
Ali ibnu Abi Thalib, rodhiyallahu 'anhum, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa
yang mencerca Nabi maka bunuhlah ia, dan barangsiapa yang mencerca Shahabatku
maka pukullah ia".
Karenanya,
tidak ada perbedaan pendapat di antara para Shahabat, rodhiyallahu 'anhum,
tentang Hukum Mati Penghina Nabi. Sejumlah riwayat menceritakan dengan tegas
dan jelas tentang sikap para Shahabat terhadap para penghina Nabi SAW, antara
lain : Pertama, Sayyiduna Abu Bakar Ash-Shiddiq RA melarang Abu Barzah RA
membunuh penghina beliau, tapi memerintahkannya untuk membunuh penghina
Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud rhm dalam Sunannya
hadits ke-4.363. Dan kisah ini diriwayatkan juga oleh An-Nasai, Al-Hakim,
Ahmad, Al-Baihaqi, Al-Humaidi dan Abu Ya'la, rohimahumullah.
Kedua,
Sayyiduna Umar ibnu Al-Khaththab RA yang terkenal sebagai Shahabat Nabi SAW
yang tegas dan pemberani, serta sebagai Khalifah yang adil. Beliau pernah
mengatakan : "Barangsiapa mencerca Allah atau mencaci salah satu Nabi,
maka bunuhlah ia !". Atsar ini diriwayatkan oleh Al-Karmani rhm yang
bersumber dari Mujahid rhm.
Ketiga,
Sayyiduna Abdullah ibnu Umar RA tatkala mendengar kabar tentang seorang kafir
dzimmi yang menghina Rasulullah SAW, maka beliau pun berkata dengan lantang :
"Jika aku mendengarnya, niscaya aku bunuh dia ! Tidaklah kami berdamai
dengan mereka untuk mencerca Nabi kami !". Atsar ini diriwayatkan oleh
Al-Khollal dalam kitab Jami'nya,
Keempat,
Sayyiduna Khalid ibnu Al-Walid RA pernah membunuh Malik ibnu Nuwairoh karena ia
menyebut nama Rasulullah SAW dengan ungkapan "Shahabat kalian !" yang
mengandung unsur penghinaan, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Qodhi 'Iyadh rhm
dalam kitab Asy-Syifa'. Lalu ketika peristiwa itu dilaporkan ke Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddiq RA, beliau pun membenarkan tindakan Khalid RA. Bahkan
Adh-Shiddiq RA menyatakan bahwasanya jika beliau yang mendengar ungkapan
tersebut, niscaya beliau yang akan membunuhnya.
Kelima,
Sayyiduna Abdullah ibnu Abbas RA yang terkenal dengan keluasan ilmu dan
kepandaiannya, pernah menyatakan bahwasanya seorang muslim yang mencerca
Rasulullah SAW mesti dituntut bertaubat, jika menolak maka dibunuh, sedang
seorang kafir yang mencaci Rasulullah SAW maka ia dibunuh. Atsar ini
diriwayatkan oleh Al-Karmani rhm yang bersumber dari Laits rhm.
I'TIBAR
Dari
semua riwayat Hadits mau pun Atsar yang telah dipaparkan di atas, maka kita
mendapatkan pelajaran yang amat berharga dalam penyikapan terhadap penghinaan
dalam aneka ragam situasi dan kondisi.
Pertama,
Sikap Rasulullah SAW terhadap hinaan orang mengandung dua kemungkinan, yaitu :
hinaan terhadap beliau sebagai seorang manusia sehingga menjadi "Urusan
Pribadi", atau hinaan terhadap beliau sebagai seorang nabi utusan Allah
SWT sehingga menjadi "Urusan Agama". Jika hinaan tersebut hanya
sebatas "Urusan Prinadi", maka dengan mudah Nabi SAW memaafkan atau
tidak mempedulikannya. Namun jika hinaan tersebut menjadi "Urusan
Agama", maka niscaya Nabi SAW menghukumnya, kecuali apabila ada
pertimbangan khusus tertentu sebagai Strategi Da'wah untuk meredam fitnah.
Kedua,
Sikap Para Shahabat, rodhiyallahu 'anhum, terhadap para penghina. Jika diri
mereka yang dihina, maka mereka menahan diri dan banyak memaklumi karena itu
hanya "Urusan Pribadi", sebagaimana dicontohkan Nabi SAW. Namun jika
Rasulullah SAW yang dihina, maka mereka sepakat bahwasanya hinaan terhadap Nabi
SAW di hadapan mereka bukan lagi "Urusan Pribadi", melainkan sudah
jadi "Urusan Agama". Karenanya, para Shahabat Nabi SAW bersikap tegas
dan keras terhadap siapa saja yang menghina Rasulullah SAW, baik semasa hidup
Nabi SAW mau pun setelah wafatnya.
Ketiga,
Sikap Umat Islam terhadap hinaan orang. Jika diri pribadi yang dihina orang,
maka harus bisa menahan diri dan banyak memaklumi, sebagaimana dicontohkan
Rasulullah SAW dan para Shahabatnya. Namun jika Rasulullah SAW yang dihina,
maka itu bukan lagi "Urusan Pribadi", tapi sudah jadi "Urusan
Agama", maka wajib disikapi dengan tegas, sebagaimana dicontohkan Nabi SAW
dan para Shahabatnya, kecuali ada pertimbangan khusus yang dibenarkan Syariat.
Bahkan hinaan terhadap para Shahabat pun, teristimewanya Muhajirin dan Anshor
serta yang mengikutinya dengan Ihsan, wajib disikapi dengan tegas, karena
hinaan terhadap mereka di hadapan umat Islam bukan lagi "Urusan
Pribadi", melainkan sudah menjadi "Urusan Agama".
KEPANIKAN BARAT
Di zaman
modern sekarang ini, tatkala Islam makin menyebar ke seantero dunia, maka
musuh-musuh Islam menjadi "panik" menghadapi kenyataan tersebut.
Akibatnya, kebencian musuh-musuh Islam terhadap Islam semakin menjadi-jadi.
Penghinaan terhadap Rasulullah SAW pun terjadi hampir setiap hari di seluruh
negara Barat. Penghinaan tersebut dilakukan dengan berbagai macam cara melalui
penggunaan aneka media modern dan sarana canggih.
Dari
kalangan atas sampai bawah, para musuh Islam berlomba-lomba menghujat
Rasulullah SAW. Di kalangan cendikiawan dan akademisi mereka, penghinaan
terhadap Nabi SAW dilakukan atas nama penelitian dan tesis ilmiah. Di kalangan
seniman dan budayawan mereka, penghinaan terhadap Nabi SAW dilakukan atas nama
kebebasan berekspresi. Di kalangan politisi dan praktisi hukum mereka, penghinaan
terhadap Nabi SAW dilakukan atas nama HAM.
Setiap
hari dengan mudah didapatkan penghinaan terhadap Nabi SAW melalui hampir semua
jejaring sosial dan jaringan internet, mulai dari hinaan halus terselubung
hingga hinaan kasar dan kotor. Dari karikatur hingga komik, dari koran hingga
majalah, dari theatrikal hingga film, semuanya menjadi media penghinaan
terhadap Nabi SAW.
Selama ini, secara umum negara-negara Barat tidak pernah mengambil tindakan apa pun terhadap para penghina Nabi SAW di negeri mereka. Bahkan para penghina Nabi SAW tersebut dilindungi dan dibela, seperti Salman Rushdi yang selalu dijaga agen rahasia Inggris dan AS serta Israel. Selama ini juga, Umat Islam pun belum terlalu kompak untuk marah dan melakukan perlawanan terhadap kebijakan Barat yang selalu memberi ruang untuk penghinaan terhadap Nabi SAW.
Selama ini, secara umum negara-negara Barat tidak pernah mengambil tindakan apa pun terhadap para penghina Nabi SAW di negeri mereka. Bahkan para penghina Nabi SAW tersebut dilindungi dan dibela, seperti Salman Rushdi yang selalu dijaga agen rahasia Inggris dan AS serta Israel. Selama ini juga, Umat Islam pun belum terlalu kompak untuk marah dan melakukan perlawanan terhadap kebijakan Barat yang selalu memberi ruang untuk penghinaan terhadap Nabi SAW.
Menariknya,
semakin Islam dihujat, maka semakin banyak masyarakat Barat yang ingin
mempelajari Islam. Semakin Nabi SAW dihina, maka semakin banyak pula masyarakat
Barat yang ingin mengenalnya lebih mendalam. Keadaan ini telah membuat Barat
semakin "panik" menghadapi perkembangan Islam di seluruh dunia.
Tatkala
negara-negara Islam yang tergabung di dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam)
pada tanggal 26 Maret 2009 menyepakati Konvensi PBB di Jeneva - Swiss tentang
pengkatagorian penistaan agama sebagai pelanggaran HAM, maka kala itu
negara-negara Barat kompak menolaknya.
UU PENISTAAN AGAMA
Kini,
tatkala bermunculan film-film penghinaan terhadap Nabi SAW secara gencar di
laman Youtube, seperti "Muhammad Movie Trailer" dengan durasi 13
menit 51 detik, dan "The Real Life of Muhammad" dengan durasi 13
menit 3 detik, serta yang paling anyar yaitu film "The Innocence of
Muslims" yang telah memicu kemarahan umat Islam di berbagai negara. Bahkan
di Libia, Duta Besar AS terbunuh bersama tiga stafnya dalam aksi protes
terhadap film tersebut. Maka, "kepanikan" negara-negara Barat mulai
mencapai puncaknya.
Pemerintah
AS untuk meredam kemarahan umat Islam mulai memeriksa dan menahan semua yang
terlibat dalam pembuatan film penghinaan terhadap Nabi SAW tersebut. Sesuatu
yang tidak pernah dilakukan AS selama ini. Bahkan pemerintah AS mulai sibuk
memasang iklan tentang seruan anti penistaan agama yang menelan biaya puluhan
ribu dolar AS. Lain lagi dengan pemerintah Perancis yang terpaksa harus menutup
kedutaannya di 20 negara akibat pemuatan gambar penghinaan terhadap Nabi SAW di
sebuah majalah Perancis yang bernama Charlie Hebdo.
Kepanikan
negara-negara Barat menjadi peluang bagi negara-negara Islam untuk mendorong
PBB mengeluarkan putusan Konvensi PBB tentang Pelarangan Penistaan Agama. Di
akhir September 2012, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya di
Majelis Umum PBB menyerukan tentang perlunya Konvensi dan Protokol PBB tentang
Pelarangan Penistaan Agama. Seruan SBY tersebut disambut hangat oleh
negara-negara OKI. Sementara negara-negara Barat masih kebingungan di tengah
persimpangan, apakah tetap mempertahankan kebebasan penistaan agama dengan
dalih HAM, ataukah menyetujui pelarangan penistaan agama dengan argumentasi
untuk melindungi semua agama dari penistaan, sekaligus untuk menumbuh-suburkan
keharmonisan hubungan antar umat beragama.
Sebagai
umat Islam Indonesia tentu sangat bangga dengan Presidennya yang secara lantang
menyerukan PBB membuat Konvensi dan Protokolnya tentang Pelarangan Penistaan
Agama. Namun pada saat yang sama, umat Islam Indonesia sangat kecewa terhadap
sang Presiden, karena hingga saat ini tak sudi mengeluarkan Keppres Pelarangan
dan Pembubaran Ahmadiyah mau pun Liberal. Padahal Ahmadiyah dan Liberal itu
aliran sesat menyesatkan yang telah menodai dan menistakan agama Islam. Ironis,
sikap lunak SBY tehadap Ahmadiyah dan Liberal, justru bertolak belakang dengan
apa yang diserukannya di Majelis Umum PBB tentang Pelarangan Penistaan Agama.
KESIMPULAN
Islam melarang keras penistaan dan penodaan terhadap agama apa pun. Agama mana pun tidak boleh dinistakan dengan cacian dan cercaan, sebagaimana amanat Allah SWT dalam Surat Al-An'am ayat 108. Apalagi penistaan dan penodaan terhadap agama Islam.
Islam melarang keras penistaan dan penodaan terhadap agama apa pun. Agama mana pun tidak boleh dinistakan dengan cacian dan cercaan, sebagaimana amanat Allah SWT dalam Surat Al-An'am ayat 108. Apalagi penistaan dan penodaan terhadap agama Islam.
Penghinaan
terhadap seseorang yang dimuliakan oleh suatu agama berarti menista agama itu
sendiri. Dengan demikian, bahwasanya penghinaan terhadap Rasulullah SAW berarti
menistakan dan menodai ajaran agama Islam.
Bagi
umat Islam sudah jelas bahwasanya siapa saja yang menyakiti Rasulullah
SAW akan mendapat azab yang pedih, dan masuk Neraka serta kekal di
dalamnya (QS.9.At-Taubah : 61-63). Para Penghina Nabi SAW dilaknat dunia dan
akhirat, serta dapat azab yang menghinakan, lalu jika mereka tidak mau bertobat
maka mereka terlaknat dimana saja mereka berada, dan mesti ditangkap serta
dibunuh. (QS.9.Al-Ahzab : 57-61).
Karenanya,
bagi umat Islam juga sudah jelas bahwa segala bentuk penghinaan terhadap
Rasulullah SAW harus disikapi dengan tegas dan jelas sesuai kemampuan
masing-masing. Bagi yang mampu melakukan perlawanan diplomatik, maka lawanlah
secara diplomatik. Bagi yang mampu melawan dengan pena, maka sebar luaskanlah
tulisannya yang membela Nabi SAW.
Bagi
yang mampu aksi turun ke jalan berdemonstrasi untuk mengutuk penghinaan
terhadap Nabi SAW, maka segera lakukan.
Dan bagi
mereka yang mampu mencari, memburu, menangkap dan membunuh para penghina Nabi
SAW, maka lakukanlah. Bahkan bagi mereka yang hanya mampu berdoa sekali pun,
maka bangunlah di tengah malam bermunajat kepada Allah SWT, mohon
pertolongan-Nya untuk menghancurkan para penghina Rasulullah SAW. Yang penting
adalah bagaimana pun bentuk perlawanan umat Islam menentang penghinaan terhadap
Nabi SAW, maka wajib dilakukan dengan tulus dan ikhlas, serta ditujukan
hanya untuk meninggikan Kalimat Allah SWT demi meraih Ridho-Nya.