Natal
bersama bapak President Jokowi
Umat
Islam sedih. Masa’ syiar Islam berupa Azan panggilan shalat dikumandangkan
seorang imam masjid Oepura bernama Umarba mendampingi Reny penyanyi gereja yang
menyanyikan lagu Ave Maria dalam acara natalan di NTT yang dihadiri Presiden
Jokowi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan lainnya di pelataran Rumah
Jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur, di Kupang, Senin (28/12/2015).
Perayaan
kekafiran itu ditambah dengan menyerobot Islam yaitu menjadikan azan sebagai
penyemarak perayaan kekafiran mereka dan dihadiri manusia-manusia yang mengaku
muslim.
Penggunaan
paksa syiar Islam untuk perayaan kekufuran itu paling kurang mengandung dua
kedhaliman: menyerobot dengan menyalahgunakan agama (Islam) secara
sengaja, dan menodai agama. Karena adzan itu khusus milik Islam, dan itupun
khusus untuk panggilan shalat wajib 5 waktu sehari semalam. Orang Islam sendiri
pun tidak boleh mengumandangkan adzan untuk hari raya Islam. Hingga hari raya
Idul Adha dan Idul Fitri tidak boleh shalatnya diserukan dengan panggilan
adzan. Lhah, ini hari raya nasrani, natalan malah diiringi azan milik Islam,
apakah itu pada tempatnya?
Kasus
ini mengandung berbagai persoalan yang dapat digugat.
1.
Menggunakan sesuatu yang bukan
haknya, itu satu persoalan yang bisa digugat oleh pemilik hak.
2.
Dan menggunakan sesatu yang bukan
haknya untuk kepentingan yang bertentangan dengan kegunaannya, itu persoalan
yang dapat digugat pula.
3.
Dan menggunakan sesuatu yang bukan
haknya dan bukan pada tempatnya, masih pula untuk kepentingan yang bertentangan
dengan keyakinan pemilik hak, itu persoalan lebih prinsip yang sangat pantas
digugat sebagai penodaan agama secara sengaja dan beramai-ramai. Karena
menyangkut keyakinan agama.
Keyakinan
Agama ada pola dan rangkaiannya
Keyakinan
agama itu ada pola dan rangkaiannya, di antaranya ada prnsip wala’ (setia,
loyal, cinta) dan bara’ (lepas diri, tidak rela, benci). Setiap Muslim wajib
wala’ (setia, loyal, cinta) kepada Allah, Rasul-Nya, Islam, Umat slam. Juga
wajib bara’ (lepas diri, tidak rela, tidak suka) kepada thaghut (tandingan
Allah, sesembahan selain Allah), kekufuran, kemusyrikan dan para penyandang dan
pengusungnya.
Bagaimana
pelaksanaannya, tinggal megikuti Rasulullah saw. Karena Allah telah menegaskan:
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي
يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣١ قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ
وَٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٢
[سورة آل عمران,٣١-٣٢]
Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Katakanlah:
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir” [Al
‘Imran,31-32]
Dalam
melaksanakan wala’ dan bara’ itu, Islam sangat menjaga, jangan sampai orang
kafir mencaci Islam karena terpicu dari ucapan Muslim. Di antaranya Allah
berfirman:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
Dan
janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (QS Al-An’am: 108).
Kecintaan
kepada Islam itu sifatnya mutlak, hingga walau bapak dan ibu sendiri pun kalau
itu cinta kepada kekafiran, maka tidak boleh dicintai keyakinannya, hanya boleh
dipergauli secara baik.
لَا
تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ
حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ
إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
Kamu
tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara
ataupun keluarga mereka. [Al
Mujadilah: 22]
Di
samping kecintaan kepada Islam itu mutlak, Allah memberitahu pula bahwa ada
ketidak relaan yang senantiasa ditujukan kepada muslimin, disebutkan dalam
Al-Qur’an:
وَلَن تَرۡضَىٰ
عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ
هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي
جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ
وَلَا نَصِيرٍ ١٢٠ [سورة البقرة,١٢٠]
Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”.
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu [Al Baqarah120]
Setelah
kita tahu bahwa kecintaan kepada Islam itu mutlak, kemudian ketika ada sebagian
orang mengaku muslim namun runtang-runtung dengan pembenci Islam, sejatinya
telah dijelaskan posisi bagaimana rapuhnya iman mereka yang tersirat dalam ayat
Al Mujadilah: 22 tersebut.
Entah
lebih dahsyat mana, kaum nasrani yang bencinya terhadap Islam telah ditegaskan
Allah dalam Al-Qur’an QS 2:120 itu dibanding mereka yang mengaku muslim namun
syiar Islam (azan) dijadikan penyemarak kekafiran justru mereka amini dalam
kehadiran mereka (yang mengaku muslim) di acara kekafiran yang melecehkan Islam
dengan menjadikan azan sebagai iringan nyanyian nasrani itu.
Yang
jelas, ketika mereka yang mengaku muslim tapi ubyang-ubyung ikut hadir dalam
upacara natalan, tidak dapat diingkari, mereka adalah di barisan nasrani yang
menurut Al-Qur’an tersebut bahwa mereka tidak akan ridho kepada muslim alias
selalu benci. Walaupun mereka mengaku muslim, tetapi kenyataannya, mereka
berada di barisan para pembenci selalu terhadap muslimin. Oleh karena itu, Umat
Islam perlu kembali merujuk Al-Qur’an yang telah memperingatkan dengan tegas:
هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى
يُؤْفَكُونَ
Mereka
itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah
membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari
kebenaran) [Al Munafiqun:4]
Berikut
ini berita gladi resik dan kemudian natalan yang nyanyian gerejanya diiringi
azan oleh seorang imam masjid di NTT.
***
Ketika Azan dan Ave Maria Berpadu…
KUPANG,
KOMPAS.com – Reny Gadja dari Gereja Musafir Indonesia dengan khidmat
melantunkan lagu Ave Maria karya Schubert.
Di
samping Reny, berdiri Imam Masjid Oepura, Ustad Umarba, yang tengah
mengumandangkan azan, juga dengan khidmat.
Lantunan
“Ave Matia” dan kumandang azan itu dibawakan keduanya secara beriringan, hingga
terdengar indah.
Pada
Minggu (27/12/2015) kemarin, Reny dan Umarba berlatih sebelum tampil pada acara
perayaan Natal Nasional, yang akan berlangsung di pelataran Rumah Jabatan
Gubernur Nusa Tenggara Timur, di Kupang, Senin (28/12/2015) siang ini. /
http://nasional.kompas.com
***
Azan Dikumandangkan Iringi Lagu Rohani ‘Ave Maria’ di Natal
Bersama Nasional
Perayaan
Natal Bersama Nasional 2015
FORUM
KEADILAN, Kupang – Peringatan Natal Bersama Nasional 2015, menimbulkan
kontroversial. Pasalnya, Azan dikumandangkan di rumah jabatan Gubernur Nusa
Tenggara Timur (NTT), Kupang, pada Senin petang (28/12). Namun, seruan itu
bukan untuk panggilan shalat, tetapi buat mengiringi lagu rohani Ave Maria.
Mencampuradukan,
lagu Rohani Umat Kristiani dengan Azan untuk panggilan shalat umat Islam,
diperdengarkan saat puncak acara, disebut-sebut sebagai simbol kerukunan antar
umat beragama di Wilayah NTT.
Sekitar 10.000 umat Kristiani serta lintas agama yang diundang mengikuti perayaan Natal Bersama Nasional 2015 di Kupang, NTT. Acara itu juga dihadiri Presiden Joko Widodo, sejumlah menteri, panglima TNI dan Kapolri.Lagu Ave Maria karya Schubert dinyanyikan Reny Gadja dari Gereja Musafir Indonesia. Sementara azan yang menyertai nyanyian itu dikumandangkan oleh Umarba, imam masjid Oepura yang berdiri di samping Reny.
Pada
acara Natal Bersama Nasional 2015 di Kupang, NTT itu tak hanya menampilkan
kolaborasi azan dan lagu rohani Kristen. Acara itu juga menampilkan lagu
qasidah dari komunitas pengajian ibu-ibu di Kupang. Mereka membawakan lagu yang
dipopulerkan oleh grup legendaris Nasida Ria.
Acara
perayaan Natal Bersama Nasional 2015 itu di ketuai oleh Menteri Perdagangan
Thomas Trikasih Lembong. (forumkeadilan.co/ diringkas.)