Masjid dan kampung muslim dibakar oleh kelompok GIDI
JAKARTA - (Tim
pencari fakta komite umat (TPF Komat) untuk Tolikara telah bekerja mengumpulkan
fakta dan data di Tolikara, Papua dari tanggal 21 Juli 2015 sampai dengan 29
Juli 2015, terkait aksi anarkis dan intoleran dari jamaah Gereja Injili di
Indonesia yang menyerang umat Islam yang sedang shalat Idul Fitri 1436 H dan
membakar masjid Baitul Muttaqin serta puluhan kios kaum Muslimin di distrik
Karubaga, Tolikara.
Dalam keterangan persnya yang dibacakan oleh ketua TPF Komat
Tolikara, Ustadz Fadzlan Garamatan menjelaskan bagaimana kronologis tragedi 1
Syawal 1436 H itu yang by design.
Senin, 13 Juli 2015
1.
Selembar surat ditemukan oleh anggota intel Polres, Bripka Kasrim yang tengah
berada di Pos Maleo. Surat tersebut berasal dari Gereja Injili Di Indonesia
(GIDI) Badan Pekerja Wilayah Toli dengan nomor surat 90/SP/GIDI-WT/VII/2015
yang ditandatangani oleh Ketua Wilayah Toli, Pdt Nayus Wenda, S.Th dan
Sekretaris, Pdt Marthen Jingga S.Th, MA dengan tembusan Polres Tolikara. Surat
yang ditujukan kepada umat Islam se-Kabupaten Tolikara ini memberitahukan
adanya kegiatan Seminar dan Kebaktian Kebangkitan Ruhani (KKR) Pemuda Geraja
Injili Di Indonesia (GIDI) tingkat Internasional pada tanggal 13-19 Juli 2015.
Dalam
surat itu juga berisi poin-point LARANGAN yang kami tulis sebagaimana aslinya,
sebagai berikut:
a. Acara membuka lebaran tanggal 17 Juli 2015,
kami tidak mengijinkan dilakukan di wilayah Kabupaten Tolikara.
b. Boleh merayakan hari raya di luar Kabupaten
Tolikara (Wamena) atau Jayapura.
c. Dilarang Kaum Muslimat memakai pakai Yilbab.
2. Anggota intel, Bripka Kasrim memfoto surat, kemudian
melaporkan melalui alat telekomunikasi handy talky kepada
Kapolres Tolikara saat itu, AKBP Soeroso, SH, MH tentang adanya surat tersebut.
Foto surat itu pun dikirimkan kepada Kapolres, dan Kapolres langsung mencetak
foto tersebut.
3.
Selanjutnya, Kapolres melalui telepon menghubungi Bupati Tolikara, Usman
Wanimbo. Saat komunikasi itu, diketahui Bupati sedang berada di Jakarta, dan
baru akan kembali ke Tolikara pada keesokan harinya (14/7/2015). Namun,
Kapolres tetap menyampaikan perihal isi surat tersebut dengan membacakannya.
Menanggapi
informasi itu, menurut Kapolres, Bupati menyampaikan, “Itu tidak betul! Saya
akan telepon ketua GIDI wilayah Tolikara. Saya akan minta itu (surat) dicabut
atau diralat.”
Lalu,
Kapolres menyatakan, “Itu yang saya mau, karena itu akan menimbulkan keresahan
umat Islam.”
4. Kapolres juga menghubungi Presiden GIDI, Pdt.Dorman Wandikbo,
S.Th di Jayapura, melalui telepon. Komunikasi melalui telepon itu direkam oleh
Kapolres. Menanggapi informasi dari Kapolres, berikut ini kutipan tanggapan
Presiden GIDI dalam rekaman yang kurang jelas suaranya itu, “Pak Kapolres, nanti saya akan berkordinasi dengan adik-adik ….”
Kapolres kembali menyatakan, “Jadi izin Bapak, untuk
pengamanannya kami sudah siap mengamankan seluruh kegiatan GIDI maupun kegiatan
lebaran. Jadi kami sudah siapkan pengamanan, TNI dan Polri akan
bersama-sama agar kegiatan ini aman kondusif dan lancar tanpa hambatan. Kedua,
saya juga sudah lapor Pak Bupati. Pak Bupati sependapat dengan Presiden GIDI,
nanti Pak Bupati akan tiba di Tolikara lagi. Saya harap agar tidak menimbulkan
keresahan bagi warga Muslim, mohon ditinjau kembali dan dicabut agar tidak
menimbulkan permasalahan. Terutama masalah SARA, Pak Presiden.”
Presiden GIDI juga mengatakan. “Saya akan telepon Pak Bupati
sebentar, saya juga akan telepon Pak Nayus, dan juga adik sekretaris. Saya akan
telepon mereka, Bapak. Sekali lagi itu anak-anak emosional, saya sampaikan
permohon maaf. Cukup Bapak saja tidak usah sampaikan kepada teman-teman Muslim
yang lain. Itu sangat tidak sehat, dan kurang sehat untuk surat itu. Saya pesan
begitu”
Kapolres menyatakan, “Baik, itu hanya akan di tangan
saya saja. Nanti tokoh-tokoh Muslim nanti akan saya panggil juga.”
Rabu, 15 Juli 2015
1. Kapolres kembali melakukan komunikasi dengan
Bupati dan Presiden Geraja Injili Di Indonesia (GIDI), karena pada siang hari
itu akan ada acara pembukaan Seminar dan KKR. Namun Kapolres tidak mengikuti
acara pembukaan, karena ada perang suku di Kampung Panaga, Tolikara. Kapolres
berangkat ke lokasi perang suku itu bersama Bupati dan Ketua DPRD Kab Tolikara.
2. Pada malam harinya, Kapolres yang mendapat
kabar ada peresmian monumen Geraja Injili Di Indonesia (GIDI) di bagian atas
Tolikara. Dalam acara peresmian monumen itu, Muspida yang hadir hanya Kapolres.
Kehadiran Kapolres saat itu hanyaingin menegaskan kepada Presiden GIDI agar
tidak terjadi gejolak. “Pak, saya ingatkan kembali tanggal 17 Juli, umat Islam
akan melaksanakan Idul Fitri. Masalah surat kemarin agar ditindaklanjuti.”
Kepada
Kapolres, Presiden Geraja Injili Di Indonesia (GIDI) dengan tegas menyatakan
dan menjamin shalat Idul Fitri. “Iya gak apa-apa, Pak Kapolres. Silakan
dilanjutkan.”
Pak
Kapolres membalas, “Pak mohon ijin, masalah surat kemarin itu agar
ditindaklanjuti.”
Kapolres
juga menyatakan, bahwa ada ada orang asing yang datang, yaitu dari perwakilan
Israel, Belanda, dan Papua Nugini(untuk menghadiri KKR)
Kamis, 16 Juli 2015
1. Sore hari, Kapolres menelepon Presiden GIDI
lagi, namun tidak diangkat. Lalu mengirimkan pesan singkat yang isinya :Mohon ijin saya telepon, mohon diangkat. Baru dijawab
30 menit kemudian, namun saat dihubungi telepon tidak terangkat. Dan hanya
membalas dengan SMS, “Maaf Bapak, saya sedang di lapangan.”
2. Akhirnya, Kapolres mengirim pesan singkat: “Bapak ijin mengingatkan kembali bahwa besok salat Idul Fitri mulai
dari 06.30 – 07.30.” Presiden GIDI menjawab pesan singkat itu: “Baik Bapak, terima kasih. Selama melaksanakan shalat, Tuhan
memberkati.”
3. Malam hari, sebelum ada pengumuman isbat 1
Syawal, Kapolres mendatangi masjid sekitar pukul 19.30 WITA, kesepakatan para
pengurus pelaksanaan shalat dilaksanakan di halaman Markas Koramil, karena
masjid hanya menampung 100 orang jamaah, sedangkan jamaah shalat diperkirakan
300 orang. Kapolres juga menyatakan siap memberikan pengamanan selama shalat
Ied.
4. Arkam Jalil, salah seorang warga Muslim
mengaku pada malam itu belum mendapat kepastian perihal diadakan shalat Id.
Berkaitan dengan adanya surat edaran dari GIDI yang sudah beredar di tengah
masyarakat.
Jum’at, 17 Juli 2015
1. Pukul 7 pagi, shalat Idul Fitri dimulai.
Sebelum itu, Kapolres yang duduk di belakang imam shalat Id, Junaedi, agar
pelaksanaan shalat Ied harus sudah selesai pukul 07.30 WIT.
2. Konsentrasi massa sudah mulai berkumpul di 3
titik yang mengarah ke lokasi shalat Id. Pertama, depan kantor BPD. Kedua, dari
arah Jalan Irian yang akan masuk melalui jalan samping Markas Koramil. Ketiga,
Jl Gili Batu yang berada di bawah Markas Koramil.
3. Lettu Inf TNI Wahyudi Hendra, Komandan Pos
Pengamanan Daerah Rawan (Pos Pam Rawan) mengaku, pada takbir kedua sudah
mendengar suara massa yang memprovokasi dengan melempar atap seng kios dan
teriakan-teriakan hentikan shalat. Mendengar itu, Lettu Wahyudi langsung
meninggalkan shalat sambil mengajak pasukan lainnya yang tengah shalat.Wahyudi
langsung memerintahkan memperkuat anggota TNI yang tengah berjaga bersama
Brimob dan anggota polisi Polres.
4. Sementara itu, Kapolres meninggalkan shalat
saat takbir ke-7. Bahkan Kapolres meminta agar Imam menhentikan Shalat. “Pak Ustadz,
sudah hentikan nggak usah dilanjutkan.”
Kapolres langsung balik kanan dan langsung menugaskan anggota polisi untuk
mengamankan ibu-ibu dan anak-anak ke belakang kantor Koramil.
Dalam
penuturan yang sama, Kapolres dan Komandan Pos Pam Rahwan, mendengarkan adanya
teriakan mass, “Hentikan…bubarkan …” Diiringi lemparan batu, seng, dan kayu ke
arah jamaah yang makin riuh.
Menurut
Kapolres, massa yang pertama mendesak masuk dari titik pertama berjumlah 150
orang. Massa dari titik ini melakukan penyerangan pelemparan batu. Kapolres
bersama 10 orang petugas gabungan dari Polisi, Brimob, dan TNI mencoba
menghalau massa sambil bernegosiasi dengan massa. “Saya Kapolres, mohon jangan
melempar.” Massa berhasil dihalau.
Sementara,
massa dari titik kedua mulai merangsek masuk jalan samping Koramil. Kapolres
beranjak ke titik massa kedua, “Dikhawatirkan massa itu akan menerobos masuk ke
arah lapangan Koramil.” Kapolres kembali melakukan negosiasi dengan memegang
megaphone yang dibawa oleh massa yang ingin menghentikan shalat Ied. “Saya
Kapolres, saya sudah koordinasi dengan Bupati dan Presiden GIDI.”
Saat
negosiasi itu, terdengar suara letusan tembakan. Kapolres beranjak dari titik
kedua menuju titik massa pertama untuk mencari sumber suara tembakan. Namun,
gelombang massa titik pertama ini kian besar diperkirakan Kapolres mencapai 500
orang. Sementara di saat yang sama, kepulan asap sudah meninggi dari arah kios
milik Pak Sarno yang juga ketua DKM Baitul Muttaqin yang berjarak sekitar 20
meter dari masjid.
Hal
ini dibenarkan Pak Sarno, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Muttaqin yang
ditemui TPF, “Titik pertama memang berada di kios saya. Itu pun sebenarnya,
aksi pembakaran itu sudah dihalau oleh tokoh tua GIDI.”
4. Kapolres yang masih menghalau gelombang massa
di titik pertama mengaku mendapatkan pukulan di dada kiri. Bahkan, Kapolres
menyaksikan, Bupati yang datang menghalau massa itu diabaikan, bahkan sempat
terdorong desakan massa. Setelah itu, Kapolres mengaku tak lagi melihat
keberadaan Bupati.
5. Menurut Kapolres, kebakaran yang menghanguskan
64 kios di tanah (Informasi dari Panitia Pemulihan Tolikara) seluas sekitar
4000 m2 itu berlangsung selama 2 jam. Setelah kejadian itu, Kapolres mengaku
mendapatkan informasi ada korban luka tembak yang dibawa ke rumah sakit di Wamena.
6. Tentang luka tembak ini, berdasarkan berita
yang dimuat di koran Cenderawasih Pos, 29 Juli 2015. Keterangan dari dokter
menyatakan, luka tembak pada korban itu berasal dari pecahan proyektil
ditembakkan ke bawah (richocet).
- See more at:
http://www.arrahmah.com/news/2015/08/01/ini-kronologi-tragedi-tolikara-temuan-tpf-komat.html#sthash.l65EGTfz.dpuf