Trinitas
bukan ajaran Yesus tapi ajaran agama pagan
Pertama-tama, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat
Allah SWT. Atas taufiq dan hidayahNya sehingga tulisan ini dapat hadir
kehadapan para saudaraku Muslim.
Dalam beberapa perjumpaan dan percakapan kami dengan saudara
sesama Muslim, terlontar kekhawatiran mereka atas maraknya buku-buku dan
selebaran Kristen yang seharusnya khusus untuk mereka, tetapi ternyata banyak
yang jatuh baik disengaja maupun tidak sengaja ke tangan saudaraku Muslim.
Buku-buku dan selebaran tersebut dikemas sedemikian rupa dengan
menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits keluar dari konteksnya
(Armstrong,1992) untuk menunjukkan seakan-akan umat Islam telah sesat dan umat
Kristenlah yang benar dan selamat. Buku-buku dan selebaran tersebut kalau hanya
dibaca sepintas, atau oleh mereka yang belum memahami sejarah dan ajaran Nabi
Isa (Yesus), akan mudah terhanyut oleh arguman mereka.
Sudah tidak terhitung jumlahnya saudara-saudaraku Muslim yang
terjebak rayuan tulisan tersebut, ditambah lagi iming-iming dan kemudahan serta
fasilitas bagi mereka yang murtad.
Untuk itu dorongan saudara-saudaraku Muslim untuk menanggapi
tulisan mereka yang mendis-kreditkan Islam, kami sambut dengan penuh rasa
tanggung jawab. Semoga Allah SWT. Selalu membimbing hambanya yang senantiasa
berupaya mengungkapkan fakta-fakta sejarah maupun hasil penelitian para pakar
internasional.
Salah satu buku yang saya tanggapi dalam tulisan ini adalah
“Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal yang Esa”. Buku ini merupakan
kumpulan tulisan Hamran Ambrie yang diterbitkan oleh Christian Center Nehemia
Jakarta.
Berikut ini kami perlihatkan beberapa pernyataan Hamran Ambrie
yang mengaitkan tulisannya dengan ajaran Islam maupun umat Islam.
1. Umat Islam apriori menolak paham
Kristen.
2. Kesulitan bagi saudara-saudara
kita golongan Islam untuk memahami ajaran Kristen mengenai hubungan Allah dan
Yesus.
3. Firman itu tidak lagi disampaikan kepada Yesus berupa wahyu.
4. Yesus adalah Allah yang nampak. Kalimat ini pasti mengagetkan
perasan golongan Islam.
5. Kesulitan pihak golongan Islam memahami hubungan Allah dengan
Yesus.
6. Orang Kristen menjadikan Yesus dan Ibunya menjadi ilah
(tuhan) disamping Allah adalah tidak benar. Ajaran Kristen tidak mengajarkan
demikian.
7. Surat al-Jin : 3 digunakan oleh ulama Islam untuk menentang
pengakuan orang-orang Kristen mengenai Yesus sebagai Anak Allah.
8. Penyebab utama saudara-saudara Muslim tidak menerima Yesus
sebagai Tuhan dan anak Allah disebabkab salahnya pengertian dan tidak pernah
mempelajari secara wajar dan tuntas menurut Alkitab.
9. Di peringkat Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat inilah yang
menjadi sandungan utama bagi setiap Muslim untuk menerima Yesus jadi panutan
mereka.
10. Jelas dasar
pengertian mereka
(Muslim) memang
salah, tidak berdasarkan kebenaran yang wajar, tidak
ditunjang oleh Alkitab.
11. Karena itu penyebuatan “Muhammad Utusan Allah”, sudah tidak
relevan lagi, karena Yesus adalah nabi terakhir sudah menjadi batasan yang
tidak boleh dilampaui lagi.
|
Kalau saudara-saudara Muslim tidak bereaksi untuk meluruskan
pernyataanpernyataan ini, akan mudah menjadikan dalih bahwa mereka adalah
benar.
Untuk itulah buku ini kami tulis dalam bentuk tanya jawab untuk
memudahkan umat Islam memahami fakta-fakta sejarah dari hasil penelitian para
pakar Alkitab dan sejarawan Internasional yang terangkum didalamnya.
Buku ini tidak akan mungkin sampai ketangan saudaraku Muslim tanpa
dukungan, baik moril maupun materiil dari berbagai pihak.
Penulis ingin menyatakan utang budi yang tak terhingga kepada para
sejarawan, pakar Alkitab dan tokoh Kristen Internasional yang dengan jujur,
berani mengungkapkan kebenaran walaupun kenyataan pahit harus mereka hadapi.
Penulis juga ingin menyatakan rasa hormat terutama kepada Uskup
Agung Prof. Jenkins, Pemimpin Gereja
tertinggi keempat di inggris, yang tidak takut kehilangan jabatan dengan
menyatakan bahwa Kebangkitan Yesus dari kubur sesungguhnya tidak pernah
terjadi.
John Allegro, anggota tim
penerjemah Naskah Laut Mati, yang dipecat karena mengumumkan naskah yang
dianggap rawan dan dapat menggoncangkan keimanan umat Kristen.
Rev. Dr. Charles
Francis Potter, yang membuktikan dari Naskah Laut Mati bahwa Roh Kudus sebagai
oknum yang disembah, tidak dikenal di zaman Yesus.
Dr. Robert W. Funk, Professor Ilmu
Perjanjian Baru dari Universitas Harvard bersama 74 pakar Alkitab lainnya yang
dihujat umat Kristen Amerika dan dunia karena membuktikan bahwa hanya 18 persen
ucapan Yesus dalam Alkitab yang diangap asli.
Dr. Barbara Thierings Guru Besar
Universitas Sydney Australia yang dihujat umat Kristen Australia karena dari
hasil penelitiannya selama 20 tahun terhadap Naskah Laut Mati, menemukan bahwa
Yesus tidak mati di tiang salib.
Prof. David Friedrich
Strauss, yang dipecat seumur hidup sebagai guru besar agama Kristen,
karena mengatakan bahwa Injil dalam Alkitab adalah campuran antara fakta,
dongeng dan khayalan, dan masih ribuan lainnya yang tidak sempat disebutkan
nama meraka satu-persatu, yang ikhlas dipecat atau dihujat umatnya hanya karena
mengemukakan kenyataan yang bertentangan dengan keimanan Kristen.
Penulis yakin, tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan sumbangan pikiran dan saran serta kritikan yang
mengarah kepada kesempurnaan tulisan ini.
Semoga tulisan ini akan bermanfaat bagi saudarku Muslim, walaupun
hanya berupa setitik embun di tengah kehausan umat akan ilmu dan informasi yang
benar.
Penulis.
DAFTAR ISI
BAB I :
Asal & Trinitas
BAB II : Benarkan
Yesus mengajarkan Trinitas?
BAB III : Tidak
Ada Trinitas Dalam Perjanjian Lama
BAB IV : Asal Ide
Ketuhanan Yesus
BAB V :
Pengesahan Ketuhanan Yesus
BAB VI : Arti
Logos Dalam Filsafat Yunani
BAB VII : Tidak
Semua Kristen Mempertuhankan Yesus
BAB VIII : Matius
28:19 Bukan Ucapan Yesus
BAB IX :
Misteri Trinitas
BAB X : Makna
Tauhid Dalam Islam Dan kristen
BAB XI :
Kesimpulan
BAB I
ARTI DAN ASAL TRINITAS
Tanya
Apa arti kata Trinitas? Apa yang dimaksud dangan Trinitas dalam ajaran
Kristen? Dari mana pemimpin gereja memetik ajaran tentang tiga Tuhan?
Jawab
Trinitas berarti kesatuan dari tiga. Trinitas dalam Kristen adalah
Tiga Tuhan yakni Tuhan Allah, Tuhan Yesus dan Tuhan Roh Kudus dan ketiganya
adalah satu.
Dogma ini berasal dari paham Platonis yang diajarkan oleh Plato
(?-347 SM), dan dianut para pemimpin Gereja sejak abad II (Tony lane 1984). Edward
Gibbon dalam bukunya The Decline and fall of the Roman Empire, hal 388,
mengatakan:
“Plato consider the divine nature under the thee fold
modification: of the first cause, the reason, or Logos; and the soul or spirit
of the universe…the Platonic system as three Gods, united with each other by a
mysterious and ineffable qeneration; and the Logos was particularly considered
under the more accessible character of the Son of an eternal Father and the
Creator and Governor of the world”. (Plato menganggap keilahian alami
terdiri dari atas tiga bagian: Penyebab awal, Firman (Logos), dan Roh alam
semesta….Sistem Platonis sebagai tiga Tuhan, bersatu antara satu dengan lainnya
melalui kehidupan yang baka dan misterius; dan Firman (Logos) secara khusus
dianggap yang paling tepat sebagai Anak Bapak yang baka dan sebagai pencipta
dan penguasa alam semesta).
Ajaran tiga Tuhan dalam satu ini bukan hanya dianut masyarakat
Yunani dan Romawi, tetapi juga mereka yang mendiami wilayah Asia Barat, Tengah,
Afrika Utara dan pengaruhnya menjalar ke beberapa kawasan lainnya di dunia.
Watch Tower and Bible Tract Society of Pennsylvania, 1984, menjelaskan: “Throuqhout
the ancient word, as far back as Babylonia the worship of paqan qods qrouped in
triplets were common. This practice was also prevalent, before, during, and
after Christ in Egypt, Greece and Rome. After the death of the Apostles, such
pagan be(iefs beqan to invade Christianity”. (Dunia di zaman purbakala,
sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan
dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi,
baik sebelum, selama maupun sesudah Yesus. Setelah kematian murid-murid Yesus,
kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen).
Tanya
Apa definisi Trinitas?
Jawab
1. Athanasian Creed (abad VI) mendefinisikan Trinita sebagai: “The
Father is God, the Son is God, and the Holy Ghost is God. And yet there Gods
but one God”. (Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah
Tuhan. Namun bukan tiga Tuhan melainkan satu Tuhan.)
2. The Orthodox Christianity kemudian mendefinisikan lagi Trinitas
sebagai: “The Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God, and
toqether, not exclusively, the form one God”. (Bapak adalah Tuhan, Anak
adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan, dan bersama-sama, bukan
sendiri-sendiri, membentuk satu Tuhan.)
Sebelumnya sudah banyak para pemimpin Gereja yang mencoba
memasukkan ajaran Platonis dan agama Mesir tentang tiga Tuhan dalam satu. Namun
upaya tesebut baru pada tahap adanya tiga unsur atau oknum yang memiliki ikatan
satu dengan lainnya. Ketetapan ketiga oknum: Tuhan, Anak dan Roh Kudus
masing-masing dianggap Tuhan setara dan abadi, tidak pernah ada sebelum
ditetapkananya Athanasian Creed di abad ke IV.
Tanya
Sebutkan beberapa diantaranya!
Jawab
1. Irenaeus (125-203) menjelaskan bahwa Tuhan tidak
sendirian. Selalu ada Firman dan Hikmah bersamanya, Anak dan Roh, yang
melaluinya Tuhan menciptakan segala sesuatu secara bebas dan spontan.
“The Church, though scattered thou~h out the whole world to the
earth, has received from the apostles and their discip(es this faith: in one
God, the Father almighty, maker of heaven and earth and sea and all thing in
them; and in one Christ Jesus, the Son of God, who was made flesh for our
salvation, and in the Holy Spirit,…” (Gereja, yang walaupun tersebar di
seluruh dunia, sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para Rasul dan
murid-murid mereka keyakinan ini: (Percaya) kepada Tuhan Yang Maha Besar,
pencipta Sorga dan bumi dan laut dan segala yang ada di dalamnya; dan dalam
satu Kristus, Yesus, Anak Tunggal Allah, yang telah menjadi daging demi keselamatan
kita, dan didalam Roh Kudus).
Dalam definisi ini jelas sekali bahwa sampai akhir abad II, para
pemimpin Gereja dan umat Kristiani masih beranggapan bahwa Allah (Bapa) adalah
satu-satunya Tuhan yang Maha Besar. Yesus hanya dikenal sebagai Anak Allah sebagaimana
yang dikampanyekan Paulus.
2. Tertulian (160-230) merupakan yang pertama menggunakan
istilah Trinitas. Dia mendefinisikan Trinitas sebagai: “una substantia
trepersonae” (satu zat dalam tiga oknum). Dia mengatakan :
Let us preserve the mystery of the divine economy which dispose
the unity into trinity, the Father, the Son, and the Holy Spirit, three not in
essence but in grade, not in substance but in form”. (Marilah kita menjaga
misteri ikatan keilahian yang menjelaskan kesatuan dari yang tiga, Bapa, Anak
dan Roh Kudus, tiga bukan dalam sari, tetapi dalam tingkatan, bukan dalam zat
tetapi dalam bentuk.)
Menurut Tertullian ketiga oknum, Bapa, Anak, dan Roh Kudus
memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
3. Origen (185-250) mengajarkan tiga Tuhan dalam Trinitas
bertingkat: Bapa lebih besar dari Anak, yang lebih besar dari Roh Kudus. Hanya
Bapa satu-satunya Tuhan yang sesungguhnya.
“First, that there is one God….Secondly, that Jesus Christ
himself….was born of the Father before all creatures….Thirdly, that the Holy
Spirit was associated in honor and dignity with the Father and Son….” (Pertama bahwa ada
satu Tuhan….Kedua bahwa Yesus Kristus sendiri….lahir dari Bapa sebelum segala
sesuatu dicipta….Ketiga, bahwa Roh Kudus berkaitan dalam kemuliaan dan kehormatan
dengan Bapak dan Anak. )
Dalam definisinya, Origen menegaskan bahwa Tuhan Allah itu Esa.
Kedudukan Yesus adalah dibawah Tuhan Allah (Bapa), dan kedudukan Roh Kudus
dibawah Yesus.
BAB II
BENARKAH YESUS MENGAJARKAN TRINITAS?
Tanya
Apakah Allah mewahyukan dan mendefinisikan Trinitas kepada Yesus?
Jawab
Berdasarkan Alkitab, Allah tidak pernah mewahyukan dan
mendefinisikan Trinitas kepada Yesus. Yesus tidak pernah mengatakan bahwa Allah
mewahyukan Trinitas Kepadanya. Yesus sendiri tidak pernah menyebut-nyebut
Trinitas, apalagi akan mengatakan bahwa dirinya adalah anggota Trinitas.
A.N.Wilson dalam bukunya Jesus A Life, 1992, hal XVI mengatakan:
“1 had to admit that 1 found it impossible to believe that a
first-century Galilean holy man (Jesus) had at any time of this life believed
himself to be the Second Person of the Trinity) (Saya harus mengakui
bahwa memang tidak mungkin untuk mempercayai bahwa orang suci dari Galelia abad
I (Yesus) pernah sekali saja dalam hidupnya merasa dirinya sebagai oknum kedua
dari Trinitas.)
Tanya
Apakah Allah pernah mewahyukan Trinitas kepada Para Nabi sebelum
Yesus?
Jawab
Allah tidak pernah mewahyukan maupun mendefinisikan Trinitas
kepada Nabi-nabi sebelum Yesus. Mereka semua menerima wahyu tentang Tauhid.
Tidak secuil pun ajaran tentang Trinitas dalam Perjanjian Lama.
Buku encyclopedia
of Religion mengakui:
“Theologians today are in agreement that the Hebrew Bible does not
contain a doctrine of the Trinity”.(Para ilmuwan Kristen saat ini sepakat
bahwa ajaran Trinitas tidak ada dalam Alkitab bahasa Ibrani /Perjanjian Lama.)
Selanjutnya buku New
Catholic Encyclopedia juga mengatakan:
“The doctrine of the Holy Trinity is not taught in thr Old
Testament”. (Ajaran Trinitas tidak pernah diajarkan dalam Perjanjian Lama)
Perhatikanlah apa yang disampaikan oleh para nabi yang diutus
Allah dalam Perjanjian Lama:
“Dengarlah hai orang Israel: Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa”
(ulangan 6:4) “Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Akulah Allah dan tidak ada
yang seperti Aku” (Yesaya 46:9)
Andaikata Allah mewahyukan Trinitas kepada nabi-nabi Yahudi
sebelum Yesus, sudah lama orang Yahudi menyembah Trinitas. Namun bagaimana
mungkin Allah mewahyukan Trinitas kepada umat Yahudi, sementara Yesus, salah
seorang anggotanya, baru lahir, lama setelah para nabi-nabi ternama seperti
Nuh, Ibrahim, Musa, Daud dan lain-lain tiada.
Tanya
Apakah Yesus mengajarkan dan mendefinisikan Trinitas kepada Murid muridnya?
Jawab
Yesus tidak pernah mengajarkan atau mendefinisikan Trinitas kepada
muridmuridnya. Sebaliknya beliau mengajarkan keesaan Allah.
“Denqarlah hai oranq Israel: Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Markus
12:29)
Sejarawan Arthur Weigall dalam bukunya Paganism in Our
Chrisrianity mengatakan :
“Jesus Christ never mentioned such a phenomenon, and nowhere in
the New Testament does the word Trinity appear. The idea was only adopted by
the Church three hundred years after the death of our Lord”. (Yesus Kristus tidak
pernah menyinggung tentang fenomena seperti itu (Trinitas), dan kata Trinitas
tidak di temukan dimana pun dalam kitab Perjanjian Baru. Ide ini baru dianut
Gereja tiga ratus tahun setelah Yesus tiada)
Dalam Al-Qur’an Allah menegaskan bahwa Yesus tidak pernah
mengajarkan Trinitas:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-oranq yanq berkata:
‘Sesungguhnya Allah ialah Almasih putra Maryam’, padahal Almasih (sendiri)
berkata: ‘Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu’.
‘Sesungguhnya oranq yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan sorqa baginya, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-oranq zalim itu seorang penolong pun.” (Q.S.
al-Maidah 5:72)
Tanya
Bukankah Hamran Ambrie ketika ditanya oleh Prof.
H.M.Rasyidi, apakah Trinitas diajarkan Yesus, menjawab Ya, dengan mengutip Matius
28:19? “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” . (Matius 28:19)
Jawab
Ayat yang dikutip Hamran Ambrie diatas adalah ayat palsu. Sebenarnya,
Injil Matius pasal 28 berakhir pada ayat 15, sedangkan lima ayat
berikutnya, Matius 28:16-20, adalah ayat-ayat yang baru ditambahkan oleh
gereja kemudian. Mereka yang dikaruniai akal sehat dan membaca pasal 28 ini
dengan cermat akan segera mendeteksi bahwa injil Matius 28:15 merupakan
penutup Injil Matius.
“Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan
kepada mereka. Dan cerita ini tersiar diantara orang Yahudi sampai saat ini“.
(Matius 28:15)
Perhatikan kata-kata yang tercetak tebal di atas, “cerita ini
tersiar sampai saat ini” menunjukkan bahwa peristiwanya sudah lama berlaku. Ini
memperlihatkan bahwa Injil ini sudah lama selesai ditulis. Cerita ini sudah
menjadi cerita rakyat yang terus dipupuk selama puluhan tahun, baru kemudian ayat
16-20 ditambahkan.
Namun karena Gereja ingin menambahkan doktrin keimanan mereka
dalam Injil, sehingga tanpa malu-malu mereka menambahkan ayat-ayat palsu
tersebut, walaupun akhirnya janggal di kuping yang mendengarnya.
Mengenai ayat-ayat palsu yang baru ditambahkan oleh Gereja ini,
perlihatkanlah pernyataan para pakar Alkitab dan sejarah Kristen seperti Hugh
J. Schonfield, nominator pemenang Hadiah Nobel tahun 1959, dalam bukunya The
Original New Testament, hal 124:
“This (Matthew 28:15)
would appear to be the end of the Gospel (of Matthew). What follows (Matthew
28:16-20) from the nature of what is said, would the be a latter addition” (Ayat ini (Matius
28:15) nampak sebagai penutup injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat
selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan isinya, nampak sebagai
(ayat-ayat) yang baru ditambahkan kemudian. )
Selanjutnya, Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru,
Universitas Harvards, dalam bukunya The Five Gospels, mengomentari
ayat-ayat tambahan ini sebagai berikut :
“The great commission in Matthew 28:16-20 have been created by the
individual evangelist…reflect the evangelist idea of launching a word mission
of the church. Jesus probab(y had no idea of launching a world mission and
certainly was not the institution builder. (It is) not reflect direct
instruction from jesus”. (Perintah utama dalam Matius 28:18-20….diciptakan oleh para
penginjil….memperlihatkan ide untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh
dunia. Yesus sangat mungkin tidak memiliki ide untuk menganjarkan ajarannya ke
seluruh dunia dan (Yesus) sudah pasti bukan pendiri lembaga ini (agama
Kristen). Ayat ini tidak menggambarkan perintah yang diucapkan Yesus.)
Meskipun seandainya ayat tersebut diucapkan Yesus, belum dapat
dianggap sebagai rumusan Trinitas, sebab ayat ini hanya menyebut tiga oknum,
dan tidak pernah mengatakan bahwa yang tiga tersebut adalah satu.
Tanya
Apakah murid-murid Yesus mengajarkan Trinitas?
Jawab
Murud-murid Yesus adalah orang-orang Yahudi. Mereka tidak pernah
mengajarkan Trinitas kepada golongan mereka. Apa yang mereka ajarkan adalah
ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus kepada mereka. Dari ratusan Injil yang
tertulis di abad pertama sampai awal abad keempat, tidak satu pun yang
mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang harus di sembah. Pemimpin murid-murid
Yesus sepeninggal Yesus adalah adiknya sendiri, Yakobus, yang mengajarkan
Tauhid sebagaimana yang diajarkan Yesus. Sejarah memperlihatkan bahwa ajaran
tentang Trinitas mulai berkembang setelah Paulus mengawinkan ajaran Yahudi
dengan ajaran penyembah berhala, agar cocok dan dianut oleh penyembah berhala
di bangsa-bangsa selain Israel.
Ajaran Trinitas menuju dan mencapai formulasi akhir setelah
orang-orang Romawi dan Mesir memasukkan ajaran penyembah berhala ke dalam
ajaran Kristen.
Perhatikanlah khotbah Petrus di Tripoli, Libia, yang diabadikan
kedalam kitab Pseudoclementine Homilies 11:35.
“Our Lord and Prophet (Yesus), who has sent us, declared to us
that the Evil One, having disputed with him forty days, but failing to prevail
against him, promise He would send Apostles from amonq his subjects to device
them. Therefore, above all, remember to shun any Apostle, teacher, or prophet
who does not accurately compare his teachinq with (that of) James….the brother
of our Lord….and this, even if he comes to you with recommendations” (“Tuan dan nabi kita
(Yesus), yang mengirim kami, menyatakan kepada kami bahwa Setan berdebat
dengannya selama 40 hari, tetapi gagal mengalahkannya, dia berjanji (setan)
akan mengirim rasul-rasul dari golongannya untuk menyesatkan mereka
(pengikut-pengikut Yesus). Oleh karena itu sangat penting untuk di ingat, agar
menghindari rasul, guru, atau (yang mengaku) nabi yang ajarannya tidak sesuai
dengan ajaran (tauhid) Yakobus….saudara tuan saya (Yesus)….walaupun dia datang kepadamu
dengan mengatakan bahwa dia sudah direstui”.)
Dengan memperhatikan khotbah Petrus diatas dengan mudah kita
menebak siapa rasul, guru dan nabi palsu yang dia maksudkan.
Encyclopedia of Religion and Ethics menjelaskan berikut
ini :
“At first the Christian faith was not Trinitarian….lt was not so
in the apostolic and sub aposto(ic ages, as reflected in the (New Testament)
and other early Christian writings”. (Pada mulanya keimanan Kristen bukan
Trinitas….Tidak ada ajaran Trinitas di zaman murid-murid Yesus maupun
sesudahnya, sebagaimana yang dapat dilihat dalam (Kitab Perjanjian Baru) maupun
karya para penulis Kristen (saat itu).)
Tanya
Apakah Paulus sebagai pendiri agama Kristen mengajarkan dan
memformulasikan Trinitas?
Jawab
Paulus (5-67M) tidak pernah mengajarkan dan memformulasikan
Trinitas . silahkan baca surat-suratnya kepada orang-orang Romawi di Roma,
Korintus, Filipi, Efesus dan lain-lain, anda tidak akan menemukan secuil pun
ajaran Trinitas di dalamnya. Malah sebaliknya Paulus menekankan keesaan Tuhan.
“Memang benar ada banyak “Allah” (Tuhan) dan banyak “tuhan” (tuan pemimpin)
yang demikian namun bagi kita hanya ada satu “Allah” (Tuhan) Saja yaitu bapa,
yang dari padaNya berasa( segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan
satu tuhan (tuan pemimpin) saja, yaitu Yesus Kristus” (1 korintus 8:5-6)
Memang jelas kelihatan bahwa Paulus berusaha sekuat tenaga untuk
mengkultuskan Yesus sebagai Anak Allah dan Juru Selamat, walaupun mendapat
tantangan yang hebat dari umat Yahudi yang mengharamkan istilah “Anak Allah”
kepada Yesus.
Tanya
Kalau demikian,apakah kita masih dapat menemukan Trinitas dalam
Alkitab?
Jawab
Ajaran Trinitas tidak ditemukan baik dalam kitab Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru, Jesuit Edmund Fortman dalam bukunya The
Triune God menjelaskan:
“The Old Testament…. tells us nothing explicitly or by necessary
implication of a Triune God who is Father, Son and Ho(y Spirit…. There is no
evidence that any sacred writer ever suspected the existence of a (Trinity)
whitin the Godhead…. Even to see in (the Old Testament) suggestion or
foreshadowing or veiled siqn of the Trinity of persons, is to qo beyond the
words and inent of the sacred writers”. (Kitab Perjanjian Lama….tidak pernah
mengatakan sesuatu secara jelas atau sekedar petunjuk tentang adanya Kesatuan
Tiga Tuhan yakni Bapa, anak dan Roh Kudus….Tidak ada bukti tentang adanya
penulis kitab suci yang memperkirakan adanya Kesatuan Tiga Tuhan…..Dugaan,
adanya pendapat pendapat, bayangan, atau tanda-tanda terselubung tentang
kesatuan tiga oknum dalam Kitab Perjanjian Lama, sama sekali di luar dari
pengertian katakata maupun maksud para penulis kitab-kitab tersebut. )
Mengenai kitab Perjanjian Baru, buku Encyclopedia of Religion
mengatakan : “Theologians agree that the New Testament a(so does not contain
an explicit doctrine of the Trinity”. (Para ilmuwan Krisren sependapat
bahwa ajaran Trinitas, juga tidak ada dalam Perjanjian Baru.)
Pernyataan tentang Trinitas (tiga dalam satu) ditemukan dalam
Alkitab berbahasa Indonesia (I Surat Yohanes 5:7) &
(Yohanes 5:8)
“Sebab ada tiga yang memberi kesaksian {di dalam sorga: Bapa
Firman dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu“. (I Yohanes 5:7)
Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi}: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.(I Yohanes 5:8) * * *
Ini adalah satu-satunya formulasi Trinitas tentang Tuhan, Yesus
dan Roh Kudus yang dianggap sempurna yang ada dalam Alkitab. Namun kemudian
ternyata bahwa ayat ini (perhatikan tanda “{” yang di bubuhkan oleh penterjemah
Alkitab LAI) adalah ayat palsu yang baru diselipkan atas restu Gereja, ketika
Alkitab dicetak di Frankfurt, Jerman pada tahun 1574. Perhatikan catatan
kaki dari Alkitab New International Version, h. 907 yang mengatakan:
“(Ayat ini) tidak ditemukan di semua naskah Alkitab yanq ditulis
sebelum abad XVI “.
Sangat disayangkan bahwa Lembaga Alkitab Indonesia tidak mau jujur
menjelaskan bahwa ayat dalam kurung tesebut ayat palsu.
Dengan demikian, baik istilah Trinitas maupun ajaran tentang
Trinitas tidak ada dalam Alkitab.
catatan:
* * * Ayat I Yohanes 5:8, sengaja saya tambahkan agar lebih memperjelas..(nono2005) |
BAB III
TIDAK ADA TRINITAS DALAM PERJANJIAN LAMA
Tanya
Bukankah Hamran Ambrie dalam ceramahnya tanggal 22 Juli 1979
mengatakan bahwa Trinitas itu ada dalam Kitab Kejadian 1:1-4?
“Pada mulanya Allah (Tuhan) menciptakan langit dan bumi “.
(Kejadian 1:1) “….dan Roh Allah meayang-layang di atas permukaan air”. (Kejadian
1:2)
” Berfirmanlah Allah…” (Kejadian 1:3)
Bukankah ayat-ayat diatas menggambarkan adanya Tuhan Allah, Firman
(Yesus) dan Roh Kudus yang bergotong royong mencipta alam semesta?
Jawab
Itu hanya sekedar maunya Hamran Ambrie untuk menyesatkan umat.
Bayangkan! Kitab Kejadian adalah kitab umat Yahudi mulai Nabi Musa sampai
dengan Nabi Isa (Yesus). Mana ada nabi Yahudi yang pernah mengatakan bahwa ada
yang namanya Yesus yang kemudian menjadi Logos lalu menjadi Tuhan, yang turun
kebumi mengambil bentuk manusia yang bergotong royong bersama Tuhan Allah dan
Roh Kudus, menciptakan jagat raya ini. Ketika Yesus berkhotbah dari satu rumah
ibadah ke rumah ibadah lainnya, beliau tidak pernah mengatakan kepada umatnya,
bahwa beliau bersama Tuhan Allah dan Roh Kudus menciptakan alam semesta
sebagaimana yang ditafsirkan oleh para pemuka Gereja. Sebaliknya Yesus secara
transparan menyatakan bahwa bukan dia yang mencipta, tetapi Tuhan Allah
satu-satunya pencipta.
“Jawab Yesus: ‘Tidakkah kamu baca, bahwa ia yang mencipakan
manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan”‘ (Matius
19:4)
Dengan demikian pernyataan Hamran Ambrie bahwa Trinitas ada dalam
Kitab Kejadian 1:1-4 adalah tidak benar.
Tanya
Kitab Kejadian 1:3 mengatakan “Berfirmanlah Allah (Tuhan):
`Jadilah Terang”‘. Apakah Firman dalam ayat ini bukan berarti Yesus?
Jawab
Siapa yang mengatakan demikian? Tidak seorang pun nabi dalam
Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa pada saat Tuhan berfirman ada oknum lain
yang ikut besama Tuhan Allah mencipta alam semesta. Para nabi sebelumnya tidak
pernah mengajarkan Logos filsafat Yunani. Apalagi mereka akan mengatakan bahwa
yang berpartisipasi dalam penciptaan jagat raya ini akan lahir dari rahim
seorang perawan. Yesus sendiri tidak pernah mengatakan kepada siapa pun bahwa
dia ikut bergotong royong bersama Tuhan Allah dan Roh Kudus menciptakan jagat
raya ini yang kemudian diabadikan dalam Kitab Kejadian 1:1-3. Malah sebalaiknya
dengan tegas Yesus mengatakan bahwa Tuhan Allah sendirlah yang mencipta tanpa
kerterlibatan dirinya maupun Roh Kudus.
“Jawab Yesus: ‘Tidakkah kamu baca, bahwa ia yang mencipakan
manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan”‘ (Matius
19:4)
Berdasarkan ayat ini, jelas bahwa yang dimaksud dengan firman
adalah firman yang diucapkan Allah dalam menciptakan segala sesuatu, yakni :
“Kun” (Jadilah)
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari Tanah, kemudian Allah berfirman
kepadanya : “Jadilah” (seorang manusia) maka jadilah dia.” (Ali Imran 3:59)
BAB IV
ASAL IDE KETUHANAN YESUS
|
Tanya
Dari mana bibit ide Ketuhanan Yesus itu?
Jawab
Ide itu berasal dari paham penyembah berhala bahwa Tuhan beranak
pinak di bumi. Diberbagai wilayah dan kota-kota besar di kerajaan Romawi di
luar Palestina orang menyembah “Tuhan beserta keluarganya”, mulai dari Tuhan
tiga sampai ratusan. Mereka menganggap bahwa setiap tindakan Tuhan menjadi
oknum lain di samping Tuhan. Misalnya firman Tuhan menjadi oknum lain (Anak
Allah) yang namanya Yesus. Tindakan Tuhan memberi hidup, menjadi oknum lain
yang namanya Roh Kudus.
Tanya
Siapa pencetus ide “Anak Allah (Tuhan)”?
Jawab
Ide Anak Tuhan merupakan hal yang lumrah di masyarakat Yahudi.
Mereka menganggap bahwa bangsa Israel adalah “Anak-anak Tuhan”. Bagi mereka
istilah “Anak Tuhan” bukan untuk individu. “Anak-anak Tuhan” dalam pengertian
individu merupakan paham penyembah berhala yang menganggap bahwa Tuhan beranak
di dunia. (Tillich 1968)
Drapper dalam bukunya Conflict between Religion and Science
menceritakan bahwa Plato lahir di Athena tahun 429 SM. Ibunya adalah Paraction
yang bertunangan dengan Arus. Namun sebelum mereka menikah, Paraction telah
dihamili oleh Tuhan Apollo yang merupakan “Roh Kudus” dalam ketuhanan bangsa
Yunani. Tuhan Appolo mengancam Arus untuk menghormati Roh Kudus dan tidak
mendekati Paraction yang telah dihamilinya. Oleh sebab itu Plato di sebut “Anak
Tuhan”. Pythagoras yang lahir tahun 575 SM yang dianggap lahir tanpa ayah, juga
disebut “Anak Tuhan”.
Paulus yang menganggap Yesus lahir melalui intervensi Roh Kudus,
memperkenalkannya kepada para penyembah berhala di kerajaan Romawi sebagai
“Anak Tuhan (Allah)”.
“Jawab malaikat itu kepadanya: `Roh Kudus akan turun atasmu dan
Kuasa Allah yanq Maha Tinqqi akan menaunqi engkau; sebab itu anak yang akan kau
lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35).
“Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan
mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah” (Kisah Para Rasul 9:20)
Pekerjaan Paulus yang mulai merusak ajaran Tauhid yang diajarkan
Yesus ini dikutuk oleh Allah dalam surah Maryam 19:88-92:
“Dan mereka berkata: ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil
(mempunyai) anak’. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang
sangat munqkar. Hampir-hampir lagit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah,
dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yanq Pemurah mempunyai
anak” (Surah Maryam 19:88-92)
Tanya
Apa arti “Anak Tunggal Allah (Tuhan)”?
Jawab
Umat Kristen dengan bangga menjelaskan bahwa Yesus diperanakkan
bukan dicipta. Menurut mereka, semua mahluk dicipta oleh Tuhan, demikian pula
Nabi Adam. Tetapi Yesus lahir dari intervensi Roh Kudus yang datang menaungi
perawan Maria sehingga hamil. Dari berbagai legenda, Tuhan menghamili seorang
perempuan hanya sekali, sehingga disetiap zaman hanya ada seorang Anak Tuhan
(anak tunggal).
“Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan
Kuasa Allah yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau
lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35).
Tanya
Apakah anak Allah (Tuhan) setara dengan Allah (Tuhan)?
Jawab
Dalam filsafat Yunani, kedudukan Anak Tuhan dan dewa-dewa lainnya
lebih rendah dari Tuhan. Sesuai ajaran filsafat Yunani, ketika Tuhan yang suci
tidak dapat berhubungan dan menyelamatkan dunia serta manusia yang berdosa, dia
mengirim anaknya atau dewa lain untuk mengatasi persoalan di dunia. Para
pemimpin Gereja yang bermaksud untuk menaikkan kedudukan Yesus sebagai Anak
Allah (Tuhan) agar setara dengan Tuhan Bapa menghadapi berbagai kendala.
Pertama, karena Bapa bukan Anak dan Anak bukan Bapa sehingga
secara otomatis bapa memiliki kekuasaan untuk memerintahkan Anak, tetapi tentu
anak tiada punya kuasa untuk memerintahkan Bapa.
Kedua, karena Bapa bukan Anak dan Anak bukan Bapa, ada suatu saat
dimana Bapa sudah ada, sedangkan Anak belum ada. Kalau kedua-duanya sama-sama
ada, tentu tidak ada Bapa dan Anak, saudara pun tidak.
“….AnakKu Enqkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini”. (Kis.
13:33)
Ayat di atas memperlihatkan bahwa kemarin Bapa sudah ada,
sedangkan Anak belum ada. Jadi pernyataan Hamran Ambrie dalam bukunya
“Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa”, ha1.116 yang
mengatakan: “Tidak ada yang terdahulu atau terkemudian diantara satu dengan
yang lainya”, adalah tidak benar.
Ketiga, karena para pemimpin Gereja mengatakan bahwa Bapa 100%
Tuhan, sedangkan Anak (Yesus) adalah 100% Tuhan dan sekaligus 100% manusia
sehingga keduanya tidak sama atau setara.
BAB V
PENGESAHAN
KETUHANAN YESUS
|
Tanya
Kapan SK yang memutuskan Yesus 100%
Tuhan sekaligus 100% manusia ditetapkan?
Jawab
Hal itu diputuskan pada konsili di
Efesus Juni 431 (400 tahun setelah Yesus tiada) yang disponsori oleh Kaisar
Romawi,Theodosius II.
“We confess therefore our Lord Jesus
Christ, the only begotten Son of God to be perfect (100%) God and perfect
(100%) man”.
(Oleh Karena itu kita mengakui bahwa
Tuan Yesus Kristus, Anak Tunggal Tuhan, sebagai Tuhan yang sempurna (100%)
sekaligus manusia yang sempurna (100%).
Keputusan ini kemudian diperkuat lagi
olah SK yang diterbitkan dalam konsili di Chalcedon, Oktober 451 yang
juga disponsori oleh Kaisar Romawi saat itu, Marcion.
“Followinq the holy fathers we confess
with one voice that the one and only Son, our Loard Jesus Christ, is perfect in
Godhead and perfect in manhood truly God and truly man…”
(Sesuai dengan ajaran para pemimpin
Gereja, kami bersaksi dengan suara bulat bahwa satu-satunya Anak, Tuan kita
Yesus Kristus, adalah Tuhan yang sempurna (100%) dan manusia yang sempurna
(100%), Tuhan yang sesungguhnya dan manusia yang sesungguhnya)
Namun pendirian yang mengatakan bahwa
Yesus 100% manusia dan 100% Tuhan saat ini mendapat tantangan yang luas dari
para ilmuwan dan pakar Alkitab.
Prof. John Hick dalam bukunya The
Myth of God Incarnate mengatakan:
“What the orthodoxy developed as the
two natures of Jesus, divine and human coinherinq in one historical Jesus
Christ remains a form of words without assiqnable meaning…. for to say without
explanation that the historical Jesus of Nazareth was also God is adevoid of
meaning…That Jesus was God the Son incarnate is not literally true since it has
no literal meaninq but it is an application to Jesus of a mythical concept
whose funtion is analogous to that of the notion of divine sonship ascribed in
ancient world to aking”
(Apa yang diciptakan oleh golongan
Kristen Orthodoks tentang ke-dwi sifat-an (dua kodrat) Yesus sebagai Khalik dan
makhluk dalam diri Yesus hanyalah merupakan kata-kata tanpa arti….karena dengan
mengatakan tanpa penjelasan bahwa manusia Yesus adalah juga Tuhan, adalah
sesuatu yang tidak memiliki makna….Bahwa Yesus adalah inkarnasi Tuhan Anak
secara harfiah tidak benar, karena secara harfiah tidak ada artinya dan hanya
diterapkan kepada Yesus dalam mitos yang fungsinya mirip seperti pandangan
tentang raja sebagai anak dewa dalam legenda)
Huston Smith, pakar perbandingan
agama dalam bukunya The Word’s Religion hal 340 mengomentari
ke-dwi sifat-an Yesus:
“To be fully divine mean one has to be
free of human limitation. If he has only one human limitation then he is not
God. But according to the creed, he has every human limitation. How, then can
he be God?”
(Untuk sepenuhnya ilahi, berarti dia
harus bebas dari segala keterbatasan manusia. Kalau dia memiliki satu kelemahan
manusia, berarti dia bukan Tuhan. Tetapi berdasarkan kredo, dia (Yesus)
memiliki segala keterbatasan sebagai seorang manusia. Oleh sebab itu mana mungkin
dia Tuhan?)
Randolph Ross dalam bukunya Command
Sense Christiannity dengan tegas mengatakan:
“Not because it is difficult to
understand, but because it cannot be meaningfuly be said….not only impossible
according to our understanding of the laws of nature….but impossible according
to tha rule of logic upon which all our reasoning is based”
(Bukan hanya karena sulit dimengerti,
tetapi karena tidak ada maknanya….tidak hanya mustahil berdasarkan hukum
alam….tetapi juga mustahil berdasarkan akal sehat dimana loqika berpikir kita
didasarkan)
Namun walaupun ajaran yang tidak masuk
akal ini mendapat tantangan dari para ilmuwan dan pakar Alkitab, Gereja tetap
mempertahankannya mati matian karena umat Kristiani sudah terlanjur diajari
bahwa dua kodrat Yesus merupakan syarat untuk menjadikannya sebagai Juru
Selamat sesuai ajaran agama Yunani.
Tanya
Apakah Paulus pernah mengatakan bahwa
Yesus adalah Tuhan atau setara dengan Tuhan?
Jawab
Paulus (5-67M) yang hidup di zaman
Yesus tidak pernah mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atau setara dengan Tuhan
Allah.
Tanya
Apa upaya yang dilakukan Gereja untuk
menjadikan Anak Allah setara dengan Allah?
Jawab
Dengan mengatakan bahwa Anak Allah
(Tuhan) adalah Logosnya filsafat Yunani.
Tanya
Siapa yang mengatakan bahwa Logos
(Firman) adalah anak Allah (Tuhan)?
Jawab
Yang mengatakan demikian adalah Philo
dari Alexandria. Dia mendefinisikan Logos sebagai “Protogenes huios theou”
(Anak sulung Tuhan). Paham penyembah berhala ini dianut mentah-mentah oleh Hamran
Ambrie dalam bukunya: “Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang
Esa” hal 19-20:
“Yesus, asal kejadiannya adalah dari zat Allah sendiri yaitu “Firman” atau kalam, dan Roh Kudus. (Matius 1:18). Firman dengan kata lain dikatakan juga “Anak Sulung”, ada sebelum segala makhluk diciptakan (Kolose 1:15) adalah zat Allah itu sendiri.”
Gelar anak Tuhan ini kemudian digunakan
oleh Paulus untuk Yesus. Selanjutnya penyalin Injil yang umumnya adalah para
pengikut Paulus juga ikut-ikutan menyebut Yesus sebagai Anak Allah (Tuhan),
dengan menambahkannya kedalam ayat-ayat Injil.
“Inilah permulaan Injil tentanq Yesus
Kristus, Anak Allah”.(Markus 1:1) “Jawabnya (Sida-sida): ‘Aku percaya
bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah”‘ (Kis. 8:37)
Kata “Anak Allah” dari kedua ayat
tersebut diatas adalah palsu. Kata-kata tersebut tidak ada dalam teks Injil
Markus maupun Kisah Para Rasul dari (Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus) yang
diperkirakan ditulis tahun 325M. kata “Anak Allah” dalam kedua kitab diatas,
baru diselipkan di akhir abad ke IV atau abad ke V.
BAB VI
ARTI LOGOS DALAM
FILSAFAT YUNANI
|
Tanya
Apakah yang dimaksud dengan Logos dalam filsafat Yunani?
Jawab
Logos adalah perantara antara Tuhan dan Manusia. Tuhan dipandang
mulia, roh, dan baka, sedangkan manusia dianggap dosa and fana. Adanya
perbedaan antara Tuhan dan manusia inilah yang menyebabkan Tuhan yang mulia
tidak dapat berhubungan dengan dunia dan manusia yang berdosa. Untuk memenuhi
keinginan Tuhan yang ingin menyelamatkan manusia dan dunia yang berdosa, Tuhan
memerlukan perantara yang kedudukannya berada di bawah Tuhan, tetapi diatas
manusia. Perentara ini dalam Filsafat Yunani disebut Logos, yang kemudian oleh
Lembaga Alkitab Indonesia disebut Firman. Padahal firman menurut Yesus sendiri
adalah wahyu yang diterimanya dari Tuhan Allah:
“Tetapi Yesus menjawab: ‘Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari
roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”‘ (Matius
4:4)
“Baranqsiapa menolak aku, dan tidak menerima perkataanku, ia sudah
ada hakimnya, yaitu firman yanq telah kukatakan, itulah yanq akan menjadi
hakimnya pada akhir zaman. Sebab aku berkata-kata bukan dari diriku sendiri,
tetapi Bapa, yang mengutus aku…” (Matius 12:48-49)
“Dan aku tahu, bahwa perintahNya itu adalah hidup yang kekal. Jadi
apa yang aku katakan, aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh
bapa kepadaku”. (Yohanes 12:50)
Tanya
Mengapa tidak sekalian saja menyebut Yesus dengan panggilan Logos
atau Firman Tuhan tanpa harus menyebutnya Anak Allah (Tuhan)?
Jawab
Permasalahan yang dihadapi Gereja adalah bahwa Logos dalam
filsafat Yunani adalah roh, sementara Yesus adalah manusia yang lengkap dengan
tulang dan daging. Oleh karena itu, agar Logos penyembah berhala dapat diterapkan
pada diri Yesus, maka Gereja kemudian menyatakan bahwa Logos telah menjadi
deging, turun ke dunia, lahir melalui rahim seorang perawan, dan menjadi Anak
Allah dalam diri Yesus.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah
mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16)
“Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraanya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan
telah mengosongkan dirinya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan
menjadi sama dengan manusia”. (Filipi 2:6-7)
Dengan demikian gelar “Anak Allah” dibutuhkan sebagai gerbang
pertemuan antara Yesus dan Logos. Agar Yesus dapat tiba pada keilahian Logos,
ia harus melalui “gerbang” Anak Allah. Sementara bagi Logos untuk menjadi
manusia harus lahir dari perawan melalui intervensi Roh Kudus, sehingga anak
yang dilahirkan menjadi Anak Allah.
“Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan
Kuasa Allah yanq Maha Tinggi akan menaunqi engkau; sebab itu anak yang akan kau
lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35).
Tanya
Apakah Logos adalah Tuhan?
Jawab
Karena logos dalam filsafat Yunani adalah perantara antara Tuhan
dan manusia, sehingga kedudukannya lebih rendah dari Tuhan oleh karena itu
Logos bukan Tuhan.
Tanya
Lalu bagaiamana Logos yang kedudukannya lebih rendah dari Tuhan,
kemudian dapat menjadi Tuhan atau setara dengan Tuhan?
Jawab
Philo dari Alexandria memperkenalkan ide Logos dari Tuhan tanpa
iktikad mempersamakan Logos dengan Tuhan, jauh sebelum penulisan Injil Yohanes.
“Pada mulanya adalah Logos (Firman), Logos (Firman) itu bersama
dengan Tuhan dan Logos (Firman) itu berasal dari Tuhan”.
Dalam hymne Platonis (Yohanes 1:1-14) yang diperkenalkan oleh
Philo ini, Logos bukan Tuhan, tetapi lebih tepat disebut “firman Tuhan”.
Penyalin Injil Yohanes kemudian memetik hymne ini dan menempatkannya sebagai
pembukaan Injil Yohanes. Tidak hanya sampai disini. Penyalin kemudian merubah
anak kalimat:
“Dan Logos itu berasal dari Tuhan” menjadi “Dan Logos itu adalah
Tuhan”.
Pencaplokan ajaran Platonis ini oleh penyalin Injil Yohanes
dijelaskan oleh Santo Augustinus dalam bukunya The Confession of
Saint Augustine di bawah sub judul : Kitab Suci dan Filsafat Penyembah
Berhala.
“…Book of the Platonists that had been translated out of Greek
into Latin. In them 1 read, not indeed in these words but much the same
thought, enforced by many varied argumenents that: In the beginning was the
word, and the word was with God. All things ware made by him, and without him
nothing was made” (…Buku filsafat Platonis yang telah diterjemahkan dari bahasa
Yunani ke bahasa Latin. Di dalamnya saya baca, walaupun tidak sama persis
tetapi jalan pikirannya mirip, didukung dengan berbagai argumen bahwa : Pada
mulanya adalah Firman, Firman itu bersama dengan Tuhan dan Firman itu adalah
(dari) Tuhan. la
(firman) pada mulanya bersama dengan Tuhan. Segala sesuatu dijadiakan oleh dia
(firman) dan tanpa dia (firman) tidak ada yang di jadikan).
Catatan kaki Alkitab The New Testament of the New American
Bible, 1970 hal 203, memberikan alasan yang memperkuat pendapat bahwa Yohanes
1:1-18 bukan merupakan bagian dari Injil Yohanes, tetapi merupakan karya
lepas yang baru dimasukkan sebagai pembuka Injil Yohanes oleh penyalin:
John 1:1-18; “The prologue is a hymn, formally
poetic in style – perhaps originally an independent composition and only later
adapted and edited to serve as an overture to the gospel” (Yohanes 1:1-18; Pembukaan ini merupakan hymne,
berbentuk syair – mungkin berasal dari karya bebas, yang hanya belakanqan baru
dikutip dan diedit untuk berperan sebagai intro (pembuka) dari Injil).
Kesengajaan Gereja untuk mempersamakan Logos dengan Tuhan
diperlihatakan oleh Athanasius dalam bukunya “The Incarnation of the
Word” yang ditulis pada tahun 318M hal.4, dengan mengatakan:
“For our salvation he loves us so much as to appear and be born in
human body”. (Demi keselamatan kita dia mencintai kita sedemikian rupa sehingga
dia hadir dan dilahirkan dalam bentuk manusia)
Dengan demikian karena menurut Gereja Yesus adalah Logos, dan
menurut Gereja pula, Loqos adalah Tuhan Allah sehingga sim salabim, Yesus
adalah Tuhan Allah yang nampak, pesis seperti apa yang diinginkan Hamran
Ambrie.
Semoga dengan penjelasan ini umat Islam tidak kaget lagi dan tahu
persis dari mana asal-usul “Firman (Yesus) adalah Allah yang nampak”,
sebagaimana yang dituduhkan oleh Hamran Ambrie.
Tanya
Mengapa filsafat Yunani tentang Logos menjadi fondasi doktrin
keimanan Kristen tentang Yesus?
Jawab
Para pemimpin gereja dan penginjil di kerajaan Romawi adalah
pemeluk ajaran filsafat Yunani atau setidaknya sangat dipengaruhi oleh
pemikiran Yunani. Tony Lane dalam bukunya “Christian Thought”
mengatakan:
“The view of the fall owes more to Greek philosophy and to Origen
than to the Bible”. (Pandangan tentang kejatuhan (dalam dosa) lebih banyak dipetik
dari filsafat Yunani dan Origen dibanding dari Alkitab)
“The Platonist element is not like the icinq on a cake or the
currant in it which can remove, but like the sherry flavoring which is
inseparable from the cake itself” (Elamen Platonis (dalam Kristen) bukan
seperti hiasan atau kismis pada kue yang dengan mudah ditinggalkan, tetapi
seperti aroma yang sudah menyatu dengan kue itu sendiri)
Paul Tillich dalam bukunya “A History of Christian Thought”
menjelaskan bagaimana ajaran teology Yunani merasuk kedalam doktrin Trinitas
melalui Logos (Firman).
“Christianity took from its great vompetitor (Stoic) many
fundamental idea. The first is the doctrine of the logos, a doctrine that may
bring you to despair when you study the history of Trinitarian and Christianity
can not be understood without it” (Kristen menganut dari saingannya
(Filsafat Stoa) berbagai ajaran dasar. Yang pertama adalah ajaran tentang Logos
(Firman), suatu ajaran yang dapat membuat anda kecewa manakala anda mempelajari
sejarah trinitas dan pemikiran Kristen Pertumbuhan ajaran Kristen tidak dapat
dimengerti tanpa bersandar pada ajaran ini (Stoa).
Justine Martyr dengan bangga mengatakan:
“This is (Platonis) the only philosophy which 1 have found certain
and adequate”. (Ini (Platonis) adalah satu-satunya filsafat yang menurut saya
cocok dan pantas).
And vice versa he said: “Those who live according to the Logos,
are Christians”. (Dan sebaliknya dia berkata: ” Mereka yang menganut Logos, adalah
Kristiani).
Tanya
Apakah Yesus mengajari murud-muridnya dan umat Israel tentang
Logos , atau apakah beliau pernah mengatakan bahwa dia adalah Logos?
Jawab
Ketika Yesus diuji oleh Ahli Taurat dan orang-orang Saduki, apakah
beliau sudah tercemar oleh filsafat Yunani atau masih mempertahankan tauhid,
beliau memberikan jawaban yang tegas:
“Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa”. (Markus
12:29)
Disaat yang sangat penting dan ditunggu-tunggu oleh pemuka agama
Yahudi ini, Yesus tidak pernah menyebut-nyebut Logos atau menyatakan dirinya
sendiri sebagai Logos (Firman hidup). Oleh karena itu para pemuka agama yahudi
merasa lega dan mengetakan:
“Tepat sekali, guru, benar katamu itu, bahwa Dia (Tuhan Allah)
esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia (Tuhan Allah)”. (Markus
12:32)
Tanya
Siapa yang menganjurkan untuk menyembah Logos/Firman?
Jawab
Yang menganjurkan menyembah logos adalah Justine Martyr (100-165
M). dia terlahir dan dibesarkan dalam keluarga penyembah berhala (Delaney
1983). Dalam upayanya untuk mengawinkan ajaran Kristen dan filsafat Yunani
dalam bukunya “2 Apology 13″, dia mengatakan:
“For next to God we worship and love the Word (Logos), who is from
the unbegotten an ineffable God, since he also became man for our sakes”. (Selain Tuhan, kita
menyembah dan mencintai Firman (Logos) yang berasal dari Tuhan yang tidak
diperanakkan dan tidak dicipta, yang juga menjadi manusia demi untuk kita).
Dalam pernyataannya ini, Logos Yunani yang telah menjadi daging,
ikut disembah sebagai obyek lain disamping Tuhan. Kata “next to” (kemudian
dari, selanjutnya) memberikan gambaran bahwa obyek lain tersebut kedudukannya
lebih rendah dari Tuhan. Apalagi Justin Martyr tidak pernah mengatakan bahwa
Logos/Yesus adalah Tuhan.
BAB VII
TIDAK SEMUA KRISTEN
MEMPERTUHANKAN YESUS
|
Tanya
Apakah semua pemimpin Gereja setuju untuk mempertuhankan Yesus?
Jawab
Tidak! Sebelum abad ke IV para pemimpin Gereja disibukkan dengan
bagaimana memformulasikan hubungan yang tepat antara Allah dan Yesus. Hubungan
tersebut berkisar pada kedudukan Tuhan sebagai Bapak, dan Yesus sebagai Anak
Tuhan. Atau hubungan antara Allah sebagai Tuhan yang Mulia, Baka dan Sempurna
dengan Logos dari Allah sebagai perantara Tuhan dan manusia. Oleh karena itu
sampai dengan awal abad ke IV para pemimpin Gereja umumnya masih berpendirian
bahwa Tuhan Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib didembah. Kalau pun
Yesus sudah mulai dikultuskan, masih dalam koridor Anak Allah atau Logos, dan
bukan Tuhan. Arius misalnya, hanya mengakui Bapa (Allah) sebagai satu-satunya
Tuhan, dan menganggap Yesus sebagai makhluk. Keadaan berubah secara drastis
ketika Kaisar Romawi, Constantine, menyatakan masuk Kristen tahun 312 M.
masuknya Kaisar ini disambut dengan semangat yang berapi-api oleh umat Kristen
saat itu. Kaisar menetapkan Kristen sebagai agama Kerajaan. Walaupun hal ini
disambut dengan gembira, beberapa kalangan saat itu mengkhawatirkannya. Tony
Lane menjelaskan kesalahan yang mengerikan ini dalam bukunya Christian
Thought hal. 11:
“…Some had doubts from the beginning, and it is increasingly
fashionable today to regard the link as a horrible mistake…the asoption of
Christianity as the state religion led to amassive influx of superficial
converts from paganism. This resulted in declninf moral standard and the
adoption of some pafan and idolatrous practices”
(Sejak semula sebagian kalangan telah meragukannya, dan bertambah
jelas seperti yang nampak saat ini bahwa hubunqan antar Gereja dan Kaisar
merupakan kesalahan yang mengerikan….ketetapan (Kaisar) yang memutuskan Kristen
sebagai agama Kerajaan menyebabkan membanjirnya para penyembah berhala yang
sekedar masuk Kristen sebagai lambang. Ini menyebabkan jatuhnya standar moral
dan masuknya ajaran penyembah berhala (kedalam ajaran Kristen)
Jalan menuju Ketuhan Yesus tidaklah mulus, malah penuh dengan
pertumpahan darah. Namun ajaran Trinitas dari agama Mesir dan Babilonia, yang
kemudian diidealkan oleh Plato, yang kemudian dianut oleh para pemimpin Gereja,
menyebabkan lahirnya bibit-bibit pendukung Trinitas dalam Gereja Kristen.
Mereka inilah yang berjuang mati-matian memasukkan ajaran Trinitas kedalam
Kristen yang dimulai dengan upaya mempertahankan Yesus. Salah seorang tokohnya
adalah Athanasius.
Tanya
Bagaimana para pendukung Athanasius memperoleh kemenangan untuk
mempertuhankan Yesus?
Jawab
Ketika Constantine menjadi Kaisar Romawi, secara terbuka dia
menyatakan diri sebagai pendukung Athanasius yang dianggapnya sesuai dengan
latar belakang filsafat Yunani yang dia anut. Untuk menghabisi paham tauhid
Arianisme, Kaisar menyarankan istilah “homoousios” yang pengertiannya adalah
“Yesus satu zat denqan Allah”. Tony Lane menambahkan:
“The Emperor himsel f advocated the word (homoousios), probably at
the instigation of his western eclesiatical advisor….lt was a word which was
congenial to the west, which since Tertullian had thouqht of the Trinity as
three persons in one substance”. (Kaisar sendiri menganjurkan
(penggunaan) kata (homoousios), diduga atas anjuran penasehat
spiritualnya….Kata tersebut dianggap cocok untuk (Gereja) bagian barat sejak
Tertullian memperkenalkan Trinitas sebagai oknum dalam satu zat).
Tanya
Mengapa Athanasius berjuang mati-matian untuk mempertuhankan
Yesus?
Jawab
Athanasius dibesarkan di Mesir, daerah yang sangat subur ajaran
Trinitasnya. Di Mesir penduduk menyembah tiga Tuhan dalam satu: Osiris, Isis
dan Horus. Disamping itu, ajaran Filsafat Platonis dan Stoa juga berkembang
pesat di Alexandria, dimana Athanasius tinggal mengidealkan Trinitas agama
Mesir. Bagi Athanasius yang sudah terbiasa di alam tiga Tuhan, ajaran tauhid
para pengikut Kristen saat itu dirasakannya sangat mengganggu. Oleh karena itu
arus masuknya para penyembah berhala ke dalam Kristen serta didukung Kaisar
Romawi untuk mengawinkan ajaran Kristen dengan ajaran penyembah berhala di
kerajaan, dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Athanasius untuk menghabisi ajaran
tauhid yang masih bercokol di kalangan Kristen. Menurut filsafat Yunani,
walaupun Tuhan sangat ingin menyelamatkan manusia, namun tidak mungkin langsung
dapat melakukannya. Untuk menyelamatkan manusia, Tuhan menggunakan perantara
yakni Logos. Karena pemimpin Gereja menginginkan Yesus sebagai Logos, sehingga
Yesus selanjutnya harus menduduki posisi Logos. Inilah yang diperjuangkan oleh
Athanasius agar Yesus menduduki posisi baru sebagai Logos penyembah berhala
yang akan menjalankan fungsi Anak Tuhan dan Juru Selamat.
S.E.Frost Jr. dalam bukunya Basic Teachinq of the Great Philosophers
ha1.110 menjelaskan:
“God as we have seen conceived as pure, holy, perfect. Thus it
became necessary to introduce an intermediate being, the Logos, to account for
the cretion of the universe. Many thinkers identify this beinq (Logos) with
Christ…”
(Tuhan sebagaimana paham filsafat Platonis dianggap suci, mulia dan sempurna. Oleh karana itu diangap penting untuk memperkenalkan perantara, yakni Logos (Firman), untuk menciptakan jagat raya. Beberapa ahli pikir kemudian menganggap Logos ini adalah Kristus (Yesus).
(Tuhan sebagaimana paham filsafat Platonis dianggap suci, mulia dan sempurna. Oleh karana itu diangap penting untuk memperkenalkan perantara, yakni Logos (Firman), untuk menciptakan jagat raya. Beberapa ahli pikir kemudian menganggap Logos ini adalah Kristus (Yesus).
Tanya
Hamran Ambrie dalam bukunya “Keilahian Yesus Kristus dan Allah
Tritunggal Yang Esa” mengutuip Kitab Kisah para Rasul 2:36:
“Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa (Tuhan)
Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus” (Kis.2:36)
Dengan menggunakan ayat diatas Hamran Ambrie mengatakan bahwa umat
Islam telah keliru menuduh umat Kristen mengangkat Yesus menjadi Tuhan.
Jadi jelaslah bahwa persangkaan orang-orang Muslim yang sering
menuduh bahwa orang-orang Kristen sendirilah yang mengangkat Yesus menjadi
Tuhan adalah keliru… melainkan memang penyebutan Tuhan itu justru datangnya
dari Allah itu sendiri….”
Apakah benar orang-orang Muslim keliru ?
Jawab
Jangan sampai Hamran Ambrie sendiri yang keliru atau dia sengaja
ingin mengelirukan orang. Orang Muslim sesungguhnya tidaklah keliru. Allah tidak
pernah mengangkat Yesus sebagai Tuhan sebagaimana yang diakui oleh Hamran
Ambrie. Sebenarnya yang mengangkat Yesus sebagai Tuhan adalah orang-orang
Kristen di Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). LAI melencengkan terjemahan
“Kyrios” dan “Lord” dalam Injil.
Sekarang logikanya saja, untuk apa Allah membuat Tuhan??? Dalam
agama Tauhid pernyataan ini tidak ada jawabannya. Tetapi bagi penyembah berhala
Platonis dan Stoic, Tuhan yang mulia harus membuat Logos untuk menyelamatkan
dunia yang berdosa.
Dalam Alkitab dengan jelas dapat dibedakan. Kalau ayatnya
mengatakan Allah Juruselamat kita, berarti itu adalah sisa-sisa yang masih
terdapat dalam Alkitab. Tetapi kalau ayatnya mengatakan Yesus Juruselamat kita
berarti ajaran penyembah berhala telah merasuk dalam Alkitab.
Namun yang ingin dijelaskan disini adalah bagaimana Lembaga
Alkitab Indonesia menerjemahkan Alkitab sehingga lahirlah terjemahan ayat
seperti yang diperlihatkan oleh Hamran Ambrie.
Pada saat Lembaga Alkitab Internasiaonal menerjemahkan Alkitab
bahsa Yunani kedalam bahasa Inggris, kata “Kyrios” yang berarti “Tuan/Boss”
diterjemahkan menjadi “Lord” atau “Sir” yang juga berarti “Tuan/Boss”.
Misalnya :
Land
Lord
= Tuan Tanah
Drug
Lord
= Tuan/Boss Obat terlarang
Gambling
Lord
= Tuan/Boss Judi
Lord of the
Universe = Tuan
Alam Semesta (Tuhan).
Namun Lembaga Alkitab Indonesia bukannya menerjemahkan “Kyrios”
dan “Lord” sebagai “Tuan” tetapi “Tuhan”. Memang untuk ini, LAI tidak perlu
bekerja membanting tulang. Cukup dengan membubuhkan huruf “h” di tengahtengah
kata “Tuan” maka sim salabim, seorang makhluk dalam sekejap berubah menjadi
Khalik (Pencipta). Dengan cara ini Lembaga Alkitab Indonesia dengan sengaja
telah merubah Yesus “Tuan/Pemimpin umat Israel menjadi “Tuhan yang olehnya
segala sesuatu telah dijadikan”, persis seperti Logos penyembah berhala
Platonis. Terjemahan yang dipaksakan ini akhirnya menjadi janggal di telinga
mereka yang mendengarnya. Apalagi ketika kata “Tuhan” diterapkan kembali ke
pasangan kata seperti diatas, maka artinya menjadi lain.
Land Lord tentu sudah tidak sama dengan Tuhan Tanah. Gambling Lord
tentu sudah tidak sama dengan Tuhan Judi.
Kalau Lord of the Universe dapat saja berarti Tuan atau Tuhan, karena
Tuan semesta alam adalah Tuhan. Disinilah letak ketidak-jujuran Lembaga Alkitab
Indonesia dalam menerjemahkan Alkitab dengan benar.
Sebagaimana diketahui, kata Tuan digunakan untuk manusia,
terkecuali Tuan semesta alam adalah Tuhan. Tetapi kata “Tuhan” sudah jelas
tidak digunakan untuk manusia, terkecuali bagi para penyembah berhala.
Peratikanlah kejanggalan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia atas
kata “Kyrios” dan “Lord” yang diterjemahkan sebagai Tuhan.
“Tuhan, Enqkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam…” (Yohanes
4:11)
“Tuhan, nyata sekarang padaku bahwa Engkau seorang Nabi” (Yohanes
4:19)
“Siapakah Engkau, Tuhan?” (Kis. 9:5)
Coba bayangkan, untuk apa timba bagi Tuhan? Yang perlu timba
hanyalah manusia! Selanjutnya, dari mana perempuan Samaria tahu bahwa yang
perlu timba dihadapannya adalah Tuhan Penguasa Alam Semesta? Sungguh aneh,
untuk “memberi makan 5.000 orang” Tuhan mampu, sementara untuk memperoleh
seteguk air saja, Tuhan harus menunggu diberi timba.
Perhatikanlah ayat berikut ini (Yohanes 4:11) dalam teks bahsa
Inggris di berbagai versi Alkitab :
1. “Sir,” the woman said, ‘you haven’t qot a bucket…”
(Good News Bible, 1976)
(Good News Bible, 1976)
2. “The woman saith unto him, Sir, thou hast nothing to draw
with…”
(Holy Bible Authorized King James Version)
(Holy Bible Authorized King James Version)
3. “Sir” she challenger him, “You do not have bucket…”
(The New Testament of the New American Bible, 1970)
(The New Testament of the New American Bible, 1970)
4. “She said to him: “Sir, you have not even a bucket…”
(The Kingdom Interlinear Translation of The Greek Scroptures, 1985)
(The Kingdom Interlinear Translation of The Greek Scroptures, 1985)
5. “The woman said to Him, “Sir, you have nothing to draw
with,…”
(New Tastament, Psalms, Proverbs, 1982)
(New Tastament, Psalms, Proverbs, 1982)
6. “The woman saith unto him, Sir, thou hast nothing to draw
with…”
(The First Scofield Reference Bible, 1986)
(The First Scofield Reference Bible, 1986)
Dari ayat-ayat yang dikutip dari berbagai versi Alkitab bahasa
Inggris diatas, nyata dan jelas bahwa penggunaan kata Sir adalah identik dengan
kata Lord yang artinya Tuan, bukan Tuhan (God)!
Perlu disadari bahwa tidak ada satu pun kamus bahasa inggris di
muka bumi ini yang menerjemahkan kata “Sir” sabagai “Tuhan”!
Dalam Yohanes 4:19, perempuan Samaria tersebut
menyebut Tuhan sebagai orang yang artinya menyamakan Tuhan Pencipta (Khalik)
dengan yang dicipta (makhluk). Padahal dalam berbagai versi Alkitab berbahasa
Inggris Yesus dalam ayat ini disapa dengan Sir atau Tuan, bukan Tuhan!
Yang lebih aneh lagi adalah pertanyaan Paulus dalam Kis.95. “Siapa
Engkau, Tuhan?”. Kalau Paulus benar-benar bertanya demikian, kita tentu wajar
mempertanyakan: Apakah Paulus sudah pikun atau tidak waras?”. Lucu amat Paulus
sebagai pendiri agama Kristen tidak tahu dan masih bertanya siapa Tuhannya. Ini
sungguh keterlaluan!
Tetepi kalau kata “Kyrios” atau “Lord” diterjemahkan dengan kata
“Tuan”, kan enak dan pas dibaca.
“Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam…” (Yohanes
4:11)
“Tuan, nyata sekaranq padaku bahwa Engkau seoranq Nabi” (Yohanes 4:19)
“Siapakah Engkau, Tuan?” (Kis. 9:5)
Camkanlah istilah tepat yang digunakan Yesus untuk dirinya
sendiri.
“Janqanlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu
Pemimpinmu, yaitu Mesias (Yesus)” (Matius 23:10)
Kalau memang Yesus adalah Tuhan tentu beliau akan berkata:
“Janganlah pula kamu disebut Tuhan, karena hanya satu Tuhanmu yaitu diriku
(Yesus)”
Oleh karena itu sangat menyedihkan betapa tokoh besar seperti
Hamran Ambrie bisa keliru dan disesatkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.
Padahal maksud ayat tersebut adalah: “Allah menjadikan Yesus sebagai
tuan/pemimpin dan rasul untuk Bani Israil.
Tanya
Kapan S. K. Ketuhan Yesus ditetapkan, dan oleh siapa?
Jawab
S.K. Ketuhan Yesus ditetapkan pada konsili di Nicea tanggal 20 Mei
325M. Kaisar Romawi Constantine, menghimpun 220 uskup di Nicea tahun 325.
Sebagian besar mereka berasal dari Gereja bagian Timur yang mendukung
Athanasius. Kosili memutuskan mengutuk paham tauhid Arius dan mengumumkan kredo
(creed) anti Arian yang dikenal dengan nama “the Creed of Nicea”. Dalam konsili
inilah diterbitkan S.K. Ketuhan Yesus dan sejak saat itu Yesus diresmikan
sebagai Tuhan, malah sekaligus ditetapkan sebagai Tuhan yang sesungguhnya (true
God), 300 tahun setelah Yesus tiada. Dalam konsili inilah Kaisar Romawi
menetapkan bahwa Yesus satu zat dengan Allah (Homoousios).
“He (Jesus) is God from God, Light from Light and true God from
true God”
(Dia (Yesus) adalah Tuhan yang berasal dari Tuhan, Cahaya yang berasal dari Cahaya, dan Tuhan Sesungguhnya yang berasal dari Tuhan yang sesungguhnya)
Sejak saat itulah Tuhan menjadi dua yakni Tuhan Allah dan Tuhan
Yesus yang harus dipercayai bahwa keduanya bersatu padu dalam satu zat
(homoousios) sebagaimana yang diputuskan oleh Kaisar Romawi.
Tanya
Apakah ada ketetapan resmi untuk menyembah Yesus sebelum abad ke
IV?
Jawab
Belum ada! Dalam kitab “Shepherd of Hermes” nama Yesus sama
sekali tidak disebut-sebut.
“First of all( belive that God is one, who hs made all thing, bringing
them out of nothing into being”.
(Pertama-tama percayalah bahwa Tuhan itu Esa, yang menciptakan segala makhluk, dari tidak ada menjadi ada)
Selanjutnya dalam Apostle Creed yang menurut Gereja ditulis
oleh para rasul diperkirakan ditulis pada akhir abad ke II, ada menyebut nama
Yesus, tetapi bukan sebagai Tuhan yang disembah.
“And in Jesus Christ, his onl y Son, our Lord…”
(Dan di dalam Yesus Kristus, anaknya yang tunggal, tuan kita)
Kredo ini telah mengalami beberapa kali tambahan dan perubahan
sepanjang abad ke IV dan ke V untuk disesuaikan dengan perkembangan ajaran
kristen.
Tanya
Kesulitan apakah yang dihadapi Gereja sehingga dibutuhkan waktu
sekian ratus tahun untuk mengangkat status Yesus dari sekedar Nabi menjadi
“Tuhan penguasa alam semesta”?
Jawab
Pertama, di abad pertama perkembangan agama Kristen, persoalan
yang cukup berat muncul di permukaan. Bagaimana caranya agar Tuhan Filsafat
Yunani yang Mulia, dan sempurna, dapat menyelamatkan manusia yang berdosa dan
tidak sempurna. Untuk mengatasi hal ini, logos filsafat Yunani digunakan
sebagai perantara Tuhan dan manusia. Beberapa ahli pikir Yunani yang memeluk
agama kristen memandang Yesus sebagai Logos filsafat Yunani (Frost, 1989).
“Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita…” (Yohanes
1:14)
“…Kristus Yesus yanq walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah, itu sebaqai milik yanq harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seoranq hamba dan menjadi sama denqan manusia” (Filipi 2:5-7)
Tetapi karena Logos bukan Tuhan sehingga otomatis Yesus pun bukan
Tuhan.
Kedua, ketika Gereja mulai berusaha mengangkat status Yesus
menjadi Tuhan, problem lain tampil ke permukaan. Bagaimana caranya mengangkat
status Logos yang lebih rendah dari Tuhan ini menjadi setara dengan Tuhan.
Untuk mengatasi hal ini, Gereja memperkenalkan ide Logos (Firman) adalah Tuhan
Allah.
“Pada mulanya adalah Firman Logos Firman Logos itu bersama-sama
dengan Tuhan dan Firman Logos itu adalah (dari) Allah. la Logos pada mulanya bersama-sama dengan
Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia Logos dan tanpa Dia (Logos) tidak ada
sesuatu pun yanq telah jadi dari seqala yanq telah dijadiakan” (Yohanes
1:1-3)
Paham penyembah berhala ini digunakan sebagai senjata pamungkas
oleh para penginjil (Termasuk Hamran Ambrie) untuk membuktikan bahwa Yesus
adalah Tuhan dengan menempatkan Yesus sebagai Logos penyembah berahala. Dengan
demikian, tuhan Allah (yang “katanya” adalah Logos) yang berada di sorga sudah
turun ke bumi mengambil bentuk manusia dalam diri Yesus.
Dalam buku “Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal”,
hal 94, Hamran Ambrie mengatakan:
“Dulu wahyu melalui mimpi etc. disebut Firman, tetapi kemudian
(setelah ajaran Kristen dicemari filsafat Yunani), Firman itu sendiri menjadi
daging kehiduopan melalui kelahiran seorang manusia Maria, maka penyebutan
firman itu pun berubah menjadi “Anak Allah”.
Catatan : tambahan dalam kurung dimaksudnya untuk memperjelas.
Konsep penyembahan berhala sudah ranum ini, akhirnya tersaji dalam
SK Ketuhanan Yesus yang disponsori bersama oleh Kaisar Romawi, Constantine dan
para pemimpin Gereja pada Konsili di Nicea 20 Mei 325 M.
Tanya
Dapatkah kita menganggap the Creed of Nicea sebagai
formulasi dan definisi Trinitas?
Jawab
Tidak! Karena Konsili tidak pernah menganggap Roh Kudus sebagai
Tuhan atau sesuatu yang harus disembah. Dalam konsili tersebut tidak pernah
dibahas tentang Roh Kudus. Nanti belakangan, Gereja kemudian menambahkan
kalimat tentang Roh Kudus dalam kredo tersebut (Karen Armstrom 1993). “And
in the holy Spirit” (Dan dalam Roh Kudus).
Tanya
Siapa yang pertama memberikan perhatian serius terhadap status Roh
Kodus?
Jawab
Athanasius! Sampai dengan pertengahan abad ke IV perhatian Gereja
dicurahkan pada bagaimana bentuk dan corak hubungan antara Bapa (Tuhan) dan
Anak (Yesus). Kalimat yang baru ditambahkan dalam Kredo: dan dalam Roh Kudus,
memperlihatkan betapa kecilnya perhatian yang diberikan terhadap status Roh
Kudus. Dalam tulisannya “Oration Aqainst the Arians 2:24, 33″, athanasius
mempromosikan ketuhanan Yesus tanpa menyinggung-nyinggung Roh Kudus.
Selanjutnya pada suratnya kepada Serapion berubahlah dia berbicara tentang
status Roh Kudus.
Buku The Paqanism in Our Christianity yang dikutip oleh M.A.C
Cave menjelaskan :
“The early Christians, however, did not at first think of applinq
the (Trinity) idea to their own faith. They paid their devotions to God the
Father and to Jesus Christ, the Son of God, and they recognizes the….Holy
Spirit; but there was no thought of this three being an actual Trinity,
co-equal, and united in one”.
(Umat Kristiani dulu, pada kenyataannya, tidak pernah berfikir untuk menganut paham Trinitas. Perhatian mereka tercurah pada (hubungan) Tuhan Bapa dan Yesus Kristus, Anak Tuhan, dan mereka mengenal…. Roh Kudus, tetapi tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa ketiganya bersatu dan setara dalam Trinitas).
Tanya
Kapan S.K. untuk menyembah Roh Kudus di tetapkan?
Jawab
Pada Konsili di Konstantinople yang didelenggarakan dari bulan Mei
s/d Juli 381M. Konsili ini dapat dikatakan Konsili para pemimpin Capadocian
yang mendukung Trinitas. Gregory dari Nazianzus (329-389M), yang
merupakan tokoh Capadocian memperkenalkan formula Trinitas dalam bukunya “Five
Theological Oration”, hal. 39:
“…. Godhead is one in three and the three are one…. “
(Kesatuan Tuhan itu adalah satu dalam tiga dan ketiganya adalah satu)
Dia memainkan peranan penting dalam menggolkan ajaran Trinitas
dalam konsili. Kaisar Theodorius yang merupakan pendukung Ketuhanan Yesus ingin
sekaligus menghabisi paham Tauhid Arius. Dalam konsili inilah untuk pertama
kali dinyatakan bahwa Roh Kudus harus disembah.
“And in the Holy Spirit, the Lord and life giver, who proceeds
from the Father. Toqether with the Father and the son he is worshipped and
glorified”.
(Dan dalam Roh Kudus, Tuan dan pemberi hidup, yang datang dari bapa. Bersama dengan Bapa dan Anak dia disembah dan dimuliakan).
Tanya
Apakah Konsili di Constantinople memutuskan bahwa Roh Kudus adalah
Tuhan?
Jawab
Tidak! Walaupun dalam Konsili ini Roh Kudus dinyatakan sebgai
obyek yang disembah, tetapi belum dinyatakan sebagai Tuhan.
Tanya
Mengapa Konsili tidak sekalian memutuskan Roh Kudus sebagai Tuhan?
Jawab
Konsili ini juga dihadiri oleh 36 Uskup Macedonia yang menentang
keras segala bentuk penyenbahan terhadap Roh Kudus. Mereka berpendirian bahwa
Roh Kudus hanyalah makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu dia bukan Tuhan,
sehingga tidak perlu disembah. Namun karena para uskup Capadocia jumlahnya
lebih banyak sehingga para uskup Macedonia kalah. Dalam penentuan apakah Roh
Kudus adalah Tuhan atau tidak, bantahan mereka masih didengar. Namun ketika
para uskup Capadocia ngotot untuk menyembah Roh Kudus, akhirnya para uskup
Macedonia menyerah dan meninggalkan ruangan konsili (walk out).
Tanya
Kapan ide lengkap tentang Trinitas pertama kali dijelaskan?
Jawab
Antara tahun 359-360M ketika Athanasius didesak untuk menghadapi
kelompok Tropici dari Mesir yang mengajarkan bahwa Roh Kudus hanya sekedar
makhluk yang diciptakan dari tidak ada menjadi ada. Uskup mereka, Serapion,
yang tidak mampu menghadapi mereka meminta tolong pada Athanasius. Dalam
suratnya “Letter to Serapion”, Atahnasius untuk pertama kalinya
menjelaskan secara detail tentang Teologi Trinitas.
Tanya
Apakah Athanasian Creed merupakan formulasi yang ditampilkan oleh
Athanasius kepada Serapion?
Jawab
Tidak! Athanasian Creed bukanlah sebuah kredo dan juga tidak
ditulis oleh Athanasius. Gereja yang tidak tahu siapa penulis Athanasian Creed,
menganggapnya di tulis oleh Athanasius hanya karena dia dianggap sebagai
pencipta ajaran Trinitas.
Tanya
Apa yang diulas atau diputuskan oleh Athanasian Creed?
Jawab
Athanasian Creed yang diperkirakan ditulis pada abad ke VI
menetapkan sesuatu yang dapat dianggap sebagai formulasi dan fefinisi akhir
dari Trinitas. Ketetapan penting yang tercantum dalam Kredo ini adalah
diumumkannya S.K. Ketuhana Roh Kudus.
“Thus the Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is
God. Yet there are not three God but only one God”.
(Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun bukan tiga Tuhan tetapi hanya satu Tuhan. )
Tanya
Apakah perbuatan para Kaisar Romawi dan pemimpin Gereja yang
selama beratus tahun mengutak atik Yesus dan Roh Kudus untuk dipersandingkan
dengan Allah dalam kesatuan Trinitas, diilhami oleh Yesus?
Jawab
Bukannya diilhami tetapi malah dimarahi. Yesus sama sekali tidak
dapat menerima mereka yang menyembahnya, dengan mengikuti ajaran penyembah
berhala yang di ajarkan manuasia (Plato dan Zeno). Sementara Yesus sendiri
mengajarkan pada umat Israel untuk hanya menyembah Allah.
“Bangsa ini memuliakan aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh
dari padaku. Percuma mereka beribadah kepadaku, sedangkan a jaran yang mereka
ajarkan ialah perintah manusia” (Matius 15:8-9)
Berbagai kredo yang dihasilkan oleh konsili bukan merupakan
penjelasan atau konfirmasi dari Allah atau Yesus tentang siapa Tuhan
sebenarnya, melainkan sekedar pertarungan antar pendapat yang selalu
dimenangkan oleh kelompok yang didukung Kaisar. Hal ini dijelaskan oleh Uskup
John Shelby Spong dalam bukunya: Why Christian must Change or Die, 1998, hal
18.
“The purpose of every written creed historically was not to clari
f y the truth o f God. It was, rather, to rule out some contending point o f
view.”
(Tujuan dari setiap kredo (yang dihasilkan di setiap konsili) bukan untuk menjelaskan siapa sesungguhnya Tuhan, tetapi sekedar untuk menyingkirkan pendapat yang tidak sejalan (dengan yang dianut Kerajaan dan Gereja)
Oleh karena itu Yesus tidak punya urusan dengan ajaran maupun
definisi Trinitas sebagaimana yang dianut oleh umat Kristiani saat ini. Yesus
tidak pernah mengajarkan Trinitas kepada murid-muridnya, apalagi bermimpi bahwa
dirinya adalah oknum kedua dari Trinitas. Hal ini ditegaskan oleh A.N.Wilson
dalam bukunya Jesus A Live, 1992, hal XIV:
“I had to admin that I found it impossible to believe that a f
irst century Galilean holy man (Jesus) had at any time o f his li f e believed
himsel f to be the Second Person o f the Trini ty. “
(Saya harus mengakui bahwa memang musthahil untuk mempercayai bahwa orang suci dari Galilea di abad I (Yesus) pernah sekali saja dalam hidupnya merasa dirinya sebagai oknum kedua dari Trinitas)
Gerejalah yang menciptakan Matius 28:19 dan
menyuapkannya kepada Yesus untuk diucapkan.
“Karena itu pergilah, jadikanlah senua bangsa muridKu dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
BAB VIII
MATIUS 28:19 BUKAN
UCAPAN YESUS?
|
Tanya
Bagaiamana membuktikan bahwa Matius 28:19 bukan ucapan Yesus?
Jawab
Di zaman Yesus dan murid-muridnya, mereka yang ingin menjadi
anggota suatu kelompok harus menyatakan kesetian mereka kepada kelompok
tersebut melalui pembaptisan. Dalam Islam cara ini disebut bai’at. Pada saat
itu mereka yang ingin menjadi anggota kelompok Yohanes Pembaptis atau muridnya,
misalnya Apollo. Sebelum membentuk kelompok sendiri, Yesus pernah menjadi anak
buah Yohanes dan dibai’at (dibaptis) atas nama Yohanes serta menyatakan
kesetiaanya kepada Yohanes Pembaptis.
“Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan
la dibaptis di Sungai Yordan oleh Yohanes”. (Markus 1:9)
Setelah Yesus membentuk kelompok sendiri, mereka yang ingin masuk
ke dalam kelompok Yesus harus di bai’at (dibaptis) “atas nama” Yesus dan
menyatakan kesetian mereka kepada Yesus.
Oleh karena itu pembaptisan atas nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus
sebagaimana Matius 28:19 adalah aneh dan tidak masuk akal. Di zaman Yesus dan
murid-muridnya tidak pernah nama Bapa dan Roh Kudus diikut-ikutkan dalam
upacara pembaptisan. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah pernyataan Pakar
Pemikiran Kristen, Paul Tillich dalam bukunya A History of Christian
Tnougnt.
“Baptism was the sacrament of entrance into the church…then he was
baptized in the name o f Christ. Later on the name o f God the Father and the
Spirit ware added”.
(Pembaptisan merupakan upacara memasuki suatu kelompok Kristen (gereja)…. Lalu dia dibaptis atas nama Kristus. Kemudian barulah nama Tuhan Bapa dan Roh Kudus ditambahkan).
Di zaman Yesus dan murid-muridnya ide Roh Kudus sebagai Tuhan atau
sesuatu yang disembah tidak pernah dikenal. Hal ini dengan jelas dapat dilihat
dalam Kitab “Kisah Para Rasul” ketika paulus menanyai murid Yohanes Pembaptis
di Eferus.
“Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya: ”
akan tetapi mereka menjawab dia: “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar,
bahwa ada Roh Kudus. ” ( Ki s 19 : 2 )
Tanya
Apakah para Pastor, Pendeta dan Penginjil mengetahui bahwa Yesus
bukan Tuhan dan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas?
Jawab
Para Pastor, Pendeta dan Penginjil telah ditatar oleh Para Pakar
Alkitab bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas bahwa Yesus bukanlah
oknum kedua dari Trinitas. Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru,
Universitas Harvard menjelaskan:
“Jesus was nothing more than a man wi th avision f or d ecad es,
they (the scholar) have taught it to generation of priest and ministers, who do
not pass i t along to their f locks because they f ear the backlash o f anger.
So the only ones le f t in the dark are ordinary Christians. “
(Yesus hanyalah seorang manusia yang berpandangan luas selama
berpuluhpuluh tahun, mereka (para pakar Alkitab) telah mengajarkannya kepada
para pastor dan pendeta, yang pada gilirannya (para pastor dan pendeta ini)
tidak menyampaikannya kepada jamaat mereka karena takut didamprat. Oleh sebab
itu umat Kristianilah yang dibiarkan tetap berada dalam kegelapan)
Tanya
Siapa yang mengajarkan Trinitas?
Jawab
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mereka yang memperkenalkan dan
mengajarkan Trinitas adalah para pemimpin Gereja yang umumnya memiliki latar
belakang paham penyembah berhala. Buku Should You Believe in the Trinity
yang diterbitkan oleh Watchtower and bible Tract Society of Pennsylvania,
1989 menjelaskan:
“Throughout the ancient world, as f ar back as Babylonia the
worship o f pagan gods grouped in triplets were common. This practice was a(so
prevalent, be f ore, during, and a f ter Christ in Egypt, Greece and Rome”.
(Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama, maupun sesudah Yesus)
Cave dalam bukunya Is the Trinity Doctrine divinely Inspired?,
menambahkan:
“A f ter the death o f the Apostles, such pagan belie f s
began to invade Christianity”
(Sesudah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen)
(Sesudah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen)
Filsafat Platonis dan Stoic yang diajarkan Plato (?-347 SM) dan
Zeno (?-263 SM) tentang Logos menjadi jembatan untuk mempertuhankan Yesus
menuju konsep Trinitas yang dinanti-nantikan para penyembah berhala untuk
dikawinkan dengan ajaran Kristen. Ajaran tiga Tuhan dalam satu yang dianut para
penyembah berhala inilah yang menginspirasi para pemimpin Gereja unutk
mengembangkan ajaran tersebut dalam Kristen. Upaya para pemimpin Gereja yang
saat itu dikenal dengan golongan Apologis untuk mengawinkan ajaran filsafat
Yunani dengan ajaran Kristen dijelaskan oleh Paul Tilich dalam bukunya A
History of Christian Thought sebagai berikut:
“The Apologist arose to attempt a joining of Christianity dan
Greek thought”
(Para pemimpin Gereja yang umumnya Aplogis (mereka yang ingin mengawinkan filsafat Yunani dengan ajaran Kristen) bangkit untuk mencoba mengawinkan ajaran Kristen dengan filsafat Yunani)
Di satu pihak umat Kristen memiliki Yesus yang diambil dari
Yahudi, sememtara dipihak lain, para pengikut ajaran Platonis dan Stoic memiliki
Logos yang diambil dari Plato (?-347 SM) dan zeno (?-263 SM). Hasil akhir dari
perpaduan keduanaya yang diterima oleh umat Krsistiani adalah Logos Yesus.
Yesus bukan lagi sekedar seorang Nabi Isa untuk bani Israel, tetapi sudah
berubah menjadi
Yesus baru yang penuh dengan embel-embel Platonis dan Stoic- Yesus
Kristus anak Allah, perantara antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan juru selamat.
Athanasius kemudian menambahkan satu Tuhan lagi yakni Roh Kudus
untuk melengkapi Ketuhanan Kristen menjadi Tiga dalam Satu (Trinitas), persis
seperti ajaran Ketuhanan Agama Mesir, dimana Athanasius berdomisili.
Pengaruh agama Mesir terhadap Kristen dijelaskan oleh Cave sebagai
berikut:
“The Trinity was a major preoccupation of Egytian theologians….
Three gods are combinet and treated as single being, addressed in the singular.
In this way the spiritual force of Egyptian religion shows a direct ling with
Christian theology”
(Trinitas merupakan paham utama para penganut agama Mesir…. Tiga Tuhan bersatu dan diperlakukan sebagai satu, yang disebut esa. Dalam hal ini nampak kekuatan spiritual agama Mesir yang langsung mempengaruhi agama Kristen)
Tanya
Mengapa para pemimpin Gereja mencetuskan ajaran-ajaran seperti
trinitas yang tidak ada dasarnya dalam Alkitab?
Jawab
Apa saja yang ditetapkan oleh Kaisar Romawi dan para pemimpin
Gereja dianggap benar, sah dan berlaku untuk umat pada saat itu. Kebenaran
dalam Kristen berubah dari satu konsili ke konsili lainnya. Kebenaran sangat
tergantung kepada golongan mana yang mayoritas dalam konsili, atau golongan
mana yang didukung oleh Kaisar Romawi. Oleh karena itu, kutuk mengutuk dalam
setiap konsili merupakan hal yang lumrah. Ignatius dalam suratnya kepada
orang-orang Smyrna mengatakan:
“Where the bishop is, there the congregation should be Prophets
who appear may be riqht or wrong, but the bishop is right, because the bishop
were the representative of the true doctrine”
(Apa saja pendapat sikap uskup, jemaat harus mengikutinya. Para
Nabi boleh benar atau salah, tetapi uskup selalu benar, karena uskup adalah
yang mewakili ajaran yang benar)
Keputusan-keputusan Gereja yang di luar ajaran Yesus dilindungi
oleh hukum keimanan (regulafidei). Apa yang sudah diyakini dan diucapkan oleh
pemimpin Gereja menjadi hokum yang mutlak berlaku, walaupun tidak ada dasarnya
atau tidak sejalan dengan Alkitab.
Alhasil ajaran Trinitas tumbuh subur dan berkembang dari satu
konsili ke konsili lainnya, bukan karan ajaran Trinitas merupakan ajaran yang
dipetik dari ajaran murni Yesus, tetapi karena kaisar Romawi mendukung ajaran
ini menjadi ajaran resmi kerajaan.
Tanya
Mengapa orang-orang Romawi begitu mudah menerima Yesus sebagai
Tuhan mereka?
Jawab
Karena tersebarnya berita bahwa “katanya” Yesus mati, “katanya”
Yesus bangkit kembali pada hari ketiga, “katanya” terangkat ke surga. Mereka
tidak pernah melihat atau bertemu dengan Yesus apalagi tinggal bersama-sama
dengan beliau. Mereka menciptakan cerita tentang kamatian, kebangkitan serta
terngkatnya Yesus ke sorga sesuai dengan kepentingan mereka, lama setelah Yesus
tiada.
Uskup Agung Prof. David Jenkins, salah seorang pemimpin Gereja
tertinggi di Inggris, dalam wawancaranya dengan TV di London dalam program
“Credo” menegaskan bahwa ajaran Ketuhanan dan Kabangkitan Yesus sesungguhnya
tidak benar.
“Were not strictly true but were added to the story of Jesus by
the early Christians to express their faith in him as a Messiah”
(Ajaran tentang ketuhanan dan kebangkitan Yesus sesungguhnya tidaklah benar, tetapi baru ditambahkan dalam cerita tentang Yesus oleh para penulis Kristen untuk mendukung keimanan mereka (bahwa Yesus) adalah Kristus)
Merekapun merubah, menambahkan atau mengurangi ucapan-ucapan
Yesus, atau sekalian menciptakan ucapan-ucapan baru dan mengatakan bahwa ucapan
tersebut diucapkan Yesus (misalnya Matius 28:19) hanya untuk mendukung keimanan
mereka tentang Tuhan mereka yang mati, bangkit kembali lalu terangkat ke sorga.
Prof. Alvar Ellegard dalam bukunya Jesus One Hundred Year Before
Christ ha1.19, mendukung kenyataan ini dengan mengatakan”
“Their aim was to launch a story which brought aout the conception
abouth Jesus that they and their churches had formed, from whatever material
they found suitable: historical sources, fictional stories, imagination.”
(Tujaun mereka adalah untuk meyebarkan cerita tentang Yesus yang dikemas sesuai dengan ajaran yang ditetapkan oleh gereja mereka yang dipungut dari berbagai sumber yang cocok dengan keinginan mereka: baik dari sumber sejarah, cerita dongeng, maupun khayalan).
Tanya
Mengapa murid-murid Yesus, keluarga, famili maupun pengikutnya
tidak percaya pada Trinitas atau menyembah Yesus sebagai Tuhan?
Jawab
Mereka hidup siang malam dengan Yesus. Saudara-saudaranya, ibunya,
familinya melihat Yesus lahir dan tumbuh sebagai seorang bayi. Dalam kenyataan
seperti itu, mereka tentu tidak mungkin membayangkan bahwa yang menangis dalam
ayunan atau basah guritanya adalah Tuhan yang pernah berpartisipasi dalam
penciptaan jagat raya atau penguasa alam semesta. Begitu pula murid-murid seta
para pengikutnya. Mereka melihat Yesus sebagai seorang Rabi (guru) mengajarkan
Taurat dan berkhotbah di rumah ibadat setiap hari sabtu. Dari berbagai sumber
yang dapat diperolah, tidak satu pun pertanda bahwa Yesus pernah disembah
sebagai Tuhan di Rumah Ibadat. Murid dan pengikutnya mengenal dirinya sebagai
pemimpin mereka, sebagai tuan mereka, malah sebagai nabi, tetapi sama sekali
mereka tidak akan pernah menganggap bahwa yang naik berkhotbah di mimbar adalah
“Tuhan penguasa alam semesta.”
“Dan mereka berusaha menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada
oranq banyak karena orang banyak itu mengangap dia nabi”. (Matius 21:46)
Tanya
Apakah Yesus tidak membimbing murid-muridnya tentang siapa dirinya
dan siapa Tuhan Allah?
Jawab
Yesus telah mengajarkan syahadah sebagai pegangan bagi murid-murid
dan pengikut-pengikutnya agar tidak tercampak ke neraka.
“Inilah hidup yang kekal itu (masuk sorqa), yaitu bahwa mereka
menqenal Engkau (Allah) satu-satunya Tuhan yang benar. Dan mengenal Yesus
Kristus yang Engkau utus”. (Yohanes 17:3)
Kalau dibahasa Arabkan mirip dengan kalimat syahadat. “Asyhadu
Allah ilaha illallah, wa asyhadu anna Isa Rasulullah”
Anak kalimat pertama “mengenal engkau satu-satunya Allah yang
benar” berarti Allah (juga Tuhannya Yesus) adalah Tuhan yang benar. Jadi kalu
ada Tuhan lain yang diperkenalkan orang, itu berarti tuhan-tuhanan saja, karena
Tuhan yang benar hanyalah satu yakni Tuhan Allah. Dengan demikian Yesus bukan
Tuhan. Anak kalimat kedua, “dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau utus”,
memperlihatkan bahwa Yesus di utus oleh Allah sebagai Rasul untuk bani Israil.
Oleh karena itu Yesus bukan Tuhan karena dari semua Injil dalam Alkitab, tidak
ada pernyataan bahwa Tuhan mengutus diriNya, melaikan Tuhan mengutus Yesus
sebagai Rasul.
“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan
pekerjaan yanq Engkau berikan kepadaku untuk melakukannya”. (Yohanes 17:4)
Dua zat yang berbeda Al-Khalik, Allah, dan makhluk, Yesus, tidak
akan saling tumpah tindih satu sama lain. Allah tidak akan menerima perintah
dari dirinya sendiri.
Untuk menghilangkan keraguan dan kebingungan perhatikanlah
syahadat serupa yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW. Andaikata umat
Kristiani tetap berpegang teguh pada ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus, tentu
mereka tidak akan begitu saja menerima ajaran asing untuk mempertuhankan Yesus,
dan ajaran Trinitas tidak akan mencemari keimanan sekitar satu milyar penduduk
bumi.
Tanya
Apakah benar bahwa Yesus bukan Tuhan yang harus di sembah?
Jawab
Ya, benar!
1. Yesus mengajari umatnya agar hanya menyembah Allah. Dia tidak
pernah memerintahkan murid-muridnya untuk menyembah dirinya dengan alasan bahwa
Allah berada di dalam dirinya.
“Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia
sajalah Engkau berbakti” (Matius 4:10)
” Karena itu berdoalah demikian: ‘Bapa kami yang di sorga”‘ (Matius
6:9)
2. Yesus adalah guru Yahudi yang mengajarkan Taurat untuk hanya
menyembah Tuhan Allah.
“Denqarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa”. (Markus
12:29)
Kata “Tuhan itu Esa” berarti Tuhan tidak ada dalam diri Yesus.
Andaikata Tuhan itu adalah dirinya, atau ada dalam dirinya, maka dengan tegas
beliau akan mengatakan “Tuhan ini” sambil menunjuk dirinya.
3. Ketika Yesus akan ditangkap di taman Getsemani semua muridnya
lari meninggalkan beliau.
“Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri” (Markus
14:50)
Coba bayangkan! Ketika “Tuhan” dalam keadaan genting mereka semua
lari meninggalkan dia. Kepada siapa murid-muridnya mencari perlingdungan?
Kepada setan? Bukankah yang mereka tinggalkan adalah Tuhan? Padahal “katanya”
segala kuasa di sorga dan di bumi telah diserahkan oleh Tuhan Allah kepada
“Tuhan” Yesus? (Matius 28:18)
Kalau memang murid-murid Yesus yakin bahwa Yesus adalah Tuhan
Penguasa Alam Semesta, dimana segala kuasa disorga dan di bumi sudah diberikan
kepada beliau, untuk apa mereka lari?
Ini ikut membuktikan bahwa Matius 28:18 adalah ayat palsu
yang tidak pernah diucapkan oleh Yesus.
Disinilah akal sehat yang dianugrahkan Allah perlu digunkan untuk
menyaring mana yang masuk akal, mana yang tidak. Kalau Tuhan berkehendak,
sekali tiup saja, tentara Romawi sudah berterbangan seperti kertas di hembus
badai.
Tetapi tidak! Mereka menyadari bahwa Yesus adalah pemimpin mereka.
Namun mereka tidak pernah menganggap Yesus sebagai Tuhan yang mereka sembah.
Buktinya dalam keadaan kepepet, mereka lebih memilih menyelamatkan diri dan
membiarkan “Tuhan” mereka ditangkap dan dihukum salib oleh tentara Romawi.
Tanya
Kalau Yesus dengan jelas mengajarkan kepada umatnya untuk hanya
menyembah Tuhan Allah, mengapa umat Kristiani masih saja menyembah Yesus?
Jawab
Sebagaimana dijelaskan bahwa menurut teologi Yunani, manusia yang
berdosa tidak dapat berhubungan / minta tolong langsung kepada Tuhan yang
mulia. Untuk menyelamatkan manusia dari dosa mereka, diperlukan perantara/ wakil
Tuhan (Logos) untuk urusan dunia. Wakil Tuhan (Logos) inilah yang mengurusi
segala tetek bengek kaluhan manusia. Para teolog yunani yang kemudian memeluk
agama Kristen atau para pemimpin Gereja yang ingin mengawinkan ajaran Kristen
dengan teologi Yunani, kemudian menganggap Logos yang roh telah menjadi manusia
lengkap dengan daging dan tulang agar mudah menyelamatkan mereka untuk kembali
bersatu dengan Tuhan.
Oleh sebab itu, agar manusia dapat bersatu dengan Tuhan kelak
(similitudo), maka manusia harus berbaik-baikan dengan logos yang “katanya”
sudah menjadi Yesus, menerimanya sebagai juru selamat, atau sekalian
menyembahnya sebagai Tuhan karena ia telah “diserahi segala wewenang urusan
dunia”.
penyembah berhala di Roma, Korintus, Efesus, Filipi,Tesalonika, Laudica dan lain-lain. Ajaran yang tidak pernah diajarkan Yesus ini, oleh Gereja kemudian ditetapkan sebagai salah satu doktrin ajaran kristen.
Yesus mengajarakan: “Bertobatlah kepada Allah”. Paulus
mengajarkan: “Bertobatlah kepada Yesus”.
Umat Kristen ternyata ramai-ramai ikut ajaran Paulus. Disini jelas
kelihatan bahwa umat Kristen lebih taat kepada Paulus daripada kepada Yesus.
Tanya
Apakah kalau seseorang menyembah Yesus sudah berarti sekalian
menyembah Tuhan Allah, karena menurut Hamran Ambrie dalam bukunya “Keilahian
Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa” ha1.87, bahwa: “Allah yang roh itu
tinggal diam atau berkarya atau berkuasa dalam pribadi Yesus. “? Untuk ini
Hamran Ambrie mengutip Injil Yohanes 14:10)
“Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku?” (Yohanes 14:10)
Jawab
1. Ayat diatas kalau hanya dibaca tersendiri akan dapat
menyesatkan. Penjelasan Hamran Ambrie merupakan contoh yang paling baik
bagaimana seseorang dengan iktikad tertentu memanfaatkan suatu ayat keluar dari
konteksnya hanya karena didorong oleh keinginan untuk mempertuhankan Yesus.
Untuk itu baiklah kita ulas ayat diatas sesuai konteksnya agar
lebih jelas.
Dalam Injil Yohanes 14:10, Yesus mengatakan :
“Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku “.
Apa artinya ini? Apakah Allah ada di dalam diri Yesus seperti yang
diklaim oleh Hamran Ambrie?
Untuk memahaminya marilah kita menelusuri penjelasan dari Yesus
sendiri. Perhatikanlah Yohanes 14:20: “Pada waktu itulah kamu
akan tahu, bahwa Aku di dalam BapakKu dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu”.
Perhatikanlah baik-naik ayat ini. Kalau kita sepakat bahwa Allah
bersatu dalam diri Yesus berdasarkan injil Yohanes 14:10, maka secara jujur
kita pun harus menerima bahwa 12 murid-murid Yesus bersatu dalam diri Yesus dan
Tuhan Allah menjadi 14 oknum dalam satu Tuhan berdasarkan Injil Yohanes 14:20.
Lalu kalau kita mengatakan tidak dan memang tidak. Untuk apa arti
kata “di dalam” tersebut?
Jawabannya ada pada ayat-ayat berikutnya!
“Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapakku dan
Aku pun akan mengasihi dia…” (Yohanes 14:21)
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah
mengasihi kamu, tinggallah di dalam kasihku itu. Jikalau kamu menuruti
perintahku, kamu akan tinggal di dalam kasihKu. Seperti aku menuruti perintah
Bapaku dan tinggal di dalam kasihNya. ” (Yohanes 15:9)
Tanpa diperjelas lagi, kedua ayat di atas sudah memberikan
penjelasan yang terang benderang bahwa yang dimaksud dalam istilah “di dalam”
pada Yohanes 14:10 adalah “di dalam kasih”, bukan tumpang tindihnya Tuhan Allah
yang Roh dalam tubuh Yesus! ! !
2. Dalam berbagai kesempatan, Yesus berdoa kepada Allah dengan
menengadahkan kepalanya ke langit sambil mengangkat tangan memohon pertolongan
Tuhan. Kalau Allah ada dalam dirinya, untuk apa lagi beliau mengangkat
tangannya keatas serta menengadahkan kepalanya ke langit? Ada siapa diatas
sana???
“… Yesus menengadah ke langit dan mengucapkan berkat,…” (matius
14:19)
“… Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak yang
Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan”. ( Lu kas 3: 22 )
“Lalu Yesus menegadah ke atas dan berkata `Bapa, Aku mengucapkan
syukur kepadaMu, karena Engkau telah mendengarkan aku”. (Yohanes 11:41).
Kalau benar-benar Tuhan ada dalam dirinya, ya, diam saja atau
komatkamit sambil memandang dirinya sendiri. Dari semua ayat-ayat Alkitab,
tidak satu pun yang memperlihatkan bahwa Yesus pernah berdo’a memohon kepada
Allah yang ada dalam dirinya. Mudah-mudahan adegan yang tidak lucu ini, memang
tidak pernah terjadi dalam kehidupan Yesus.
3. Setiap saat Yesus selalu mengatakan bahwa Allah ada di sorga,
bukan dalam dirinya.
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapakmu yang di
sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48)
“Ingatlah, jangan kamu melalukan kewajiban agamamu di hadapan
orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari
Bapamu di sorga. ” (Matius 6:1).
4. Dalam berbagai kesempatan Yesus berdoa memohon kepada Allah
serta mengajarkan umatnya untuk berdoa langsung kepada Tuhan Allah/Bapa. Yesus
tidak pernah berperan sebagai perantara doa atau mengatakan kepada para
pengikutnya untuk berdoa melalui dirinya, nanti beliau yang akan mengangkut
doa-doa tersebut ke hadirat Tuhan Allah. “Karena itu berdoalah demikian:
Bapa kami di sorga, dikuduskanlah namaMu”. (Matius 6:9).
5. Kalau memang Yesus sudah menyatakan dengan tegas bahwa dirinya
adalah Tuhan yang harus di sembah, serta sudah ada standar untuk menyembahnya
sejak beliau masih hidup, mengapa harus ada pertumpahan darah serta
penganiayaan yang sedemikian hebat selama berabad-abad? Ini memperlihatkan
bahwa di saat suatu golongan ingin mempertahankan Tauhid murni, golongan lain
yang ingin mempertuhankan Yesus berusaha menyelipkan filsafat asing untuk
merusak kemurnian Tauhid.
6. Tahun 325M dalam konsili di Nicea, Kaisar Romawi, Constatine,
bersama pemimpin Gereja yang ingin mempertuhankan Yesus, menaklukkan kelompok
Tauhid dan mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Yesus adalah Tuhan. Oleh sebab
itu setiap ayat Injil yang mengarah kepada ketuhanan Yesus dapat dianggap
sebagai ayat-ayat yang baru diciptakan kemudian.
Tanya
Mengapa orang-orang Romawi senang mempertuhankan Yesus?
Jawab
Karena mereka sangat rindu ingin melihat wajah dan tampang Tuhan
berjalan di muka bumi. Selama ini tuhan-tuhan mereka adalah tokoh-tokoh
khayalan seperti Zeus, Mithra, Osiris dan lain-lain, yang tidak ada kongkritnya
di bumi. Istilah “Imanuel” (Tuhan bersama kita) adalah cetusan kerinduan yang
menginginkan Tuhan hadir di depan mata mereka dalam jasad kasar. Oleh karena
itu ketika Paulus memperkenalkan bahwa “Anak Allah yang baru” adalah Yesus yang
pernah turun ke dunia beberapa puluh tahun yang lalu, mereka sangat berbahagia
dan ingin segera memiliki pengalaman rohani dengan Anak Allah yang baru
tersebut. Manakala mereka tidak melihat Yesus secara langsung, maka gambar atau
patungnya pun sudah cukup untuk membayangkan bahwa mereka sudah berhadapan
dengan Tuhan.
“Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona
kamu? Bukankan Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang
di depanmu?… Sia-siakah semua yang telah kamu alami (pengalaman rohani)
sebanyak itu? (Galatia 3:1,4)
Gereja Romawi dan Gereja-gereja Bagian Barat lainnya menjadi
pelopor ajaran Tuhan turun ke bumi mengambil bentuk manusia dalam diri Yesus.
Keinginan ini tercermin jelas dalam cara mereka menafsirkan Kitab Kejadian 1:26
dimana manusia Yesus dianggap sebagai fotokopi Tuhan yang ada di muka bumi.
“Berfirmanlah Allah: `Baiklah kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa kita” (Kejadian 1:26)
Tanya
Mengapa orang-orang Romawi butuh Tuhan yang turun ke bumi?
Jawab
Untuk menebus dosa mereka. Menurut filsafat Yunani, Adam sebagai
manusia berdosa mewariskan dosanya kepada seluruh keturunannya. Agar dosa ini
terampuni, seseorang yang memiliki keilahian harus menyelamatkan manusia
melalui darahnya. Manusia seperti ini menurut Paulus adalah Yesus. Untuk
memenuhi status baru ini, maka Yesus harus diberi gelar Anak Allah, Tuhan dan
Juru Selamat. Dengan demikian Yesus menjadi Tuhan yang berjalan-jalan di bumi.
BAB IX
MISTERI TRINITAS
|
Tanya
Dari mana asal ide Dosa Warisan?
Jawab
Dari filsafat Yunani yang diperkenalkan oleh Origen, bapak teologi
Yunani. Filsafat Yunani yang diperkenalkan Origen ini dijelaskan oleh Tony
Lane dalam bukunya Christian Thought, 1984, hal 22-23:
“The foundation is Christian while the further development tends
to be thoroughly Greek. This is seen clearly in his doctrine of salvation. He can
explain how Jesus Christ died for our sins on the cross and ransomed us from
the devil”
(Dasarnya adalah Kristen ketika perkembangan selanjutnya sepenuhnya (dipengaruhi filsafat) Yunani. Ini nampak jelas dari ajaran keselamatan yang dia ajarkan. Dia dapat menjelaskan bagaimana Yesus Kristus mati untuk menembus dosa kita di tiang salib untuk menebus kita dari (kekuasaan) setan)
Teologi Yuniani ini kemudian dimasukkan ke dalam ajaran Kristen
oleh Athanasius (297-373M). Dalam bukunya The Incarnation of the Word, hal
20 dia mengatakan :
“After he has demonstrated his deity by his works, he offered his
sacrifice on behalf of all and surrendered his temple (body) to death in the
place of all men”
(Setelah menjalankan tugas ketuhannnya, dia menyerahkan dirinya sebagai korban untuk semua dan menyerahkan dirinya untuk mati demi menebus semua manusia)
Ini sangat bertentangan dengan ajaran Yesus yang mengajarakan
bahwa keselamatan dapat dicapai dengan bertaqwa kepada Allah.
“Jawab Yesus: `Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang
apa yang baik? Hanya satu yang baik (Tuhan Allah). Tetapi jikalau engkau ingin
masuk ke dalam hidup (sorga), turutilah segala perintah Allah”. (Matius
19:17)
“Inilah hidup yang kekal itu (sorga), yaitu bahwa mereka mengenal
Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah
Engaku utus” (Yohanes 17:3)
Sejak ide dosa warisan diperkenalkan oleh Athanasius, pemimpin
gereja lainnya seperti Arius dan pengikut-pengikutnya menentang ajaran yang
dipetik dari ajaran penyembah berhala ini. Arius menggunakan ayat-ayat Kitab
Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa tidak ada satu pun nabi di Perjanjian
Lama yang mengajarkan dosa warisan. Namun Athanasius pun tidak kehabisan akal.
Dia memetik ayat-ayat Perjanjian Lama kemudian menafsirkannya sesuai apa yang
dia inginkan.
Tanya
Apakah Trinitas itu suatu misteri?
Jawab
Trinitas adalah tiga Tuhan dalam satu. Tuhan Allah adalah misteri.
Tak seorang pun pernah melihat atau mengetahui seperti apa Tuhan itu. Yesus
adalah manusia dengan tulang dan daging. Beliau hidup di dunia ini sebagai
orang yang memiliki sejarah hidup. Roh Kudus adalah “Tuhan” ciptaan Konsili
yang tidak dikenal di zaman Yesus.
“….kami belum pernah mendengar bahwa ada Roh Kudus”. (Kis.
19:2)
Naskah Laut Mati yang di tulis di zaman Yesus tidak pernah
menyebut tentang Roh Kudus yang di sembah.
Reverend Dr. Charles Francis Potter dalam bukunya The
Lost Year of Yesus Revealed, 1992, hal 16, menjelaskan:
“Few believing Christians yet realize (for few scholar are yet adminitting)
how many important doctrines are doe to be change radically, and how many
others should eventually be eliminated when the Scroll are properly recognized
and evaluated in relation to the New Testament. The very vulnerable doctrine of
the Holly Spirit will have to go, as we shall see, and will take with it
inevitably the doctrine of the Trinity, which was never in the Bible anyway”.
(Hanya sedikit pemeluk agama Kristen yang hingga saat ini menyadari (sebagaimana hanya sedikit para ilmuwan yang hingga saat ini mau mengakui), betapa banyak ajaran dasar agama Kristen yang harus dirubah secara radikal dan beberapa banyak lainnya yang harus di singkirkan (dari Alkitab) bila Naskah (Laut mati) diakui dan dipelajari dengan benar dalam hubungannya dengan Kitab Perjanjian Baru. Ajaran yang paling lemah dan harus di singkirkan adalah tentang Roh Kudus, sebagaimana yang terlihat (dalam Naskah Laut Mati), dan tanpa bisa dihindari, ajaran tentang Trinitas harus pula ikut tersingkir, karena sama sekali tidak pernah diajarkan dalam Alkitab)
Biarawati dan penulis kawakan Karen Armstrong dalam bukunya
A History of God hal. 135, mengutip pernyataan Gregory of Nazianzus,
tokoh pemikir Trinitas di abad ke IV yang menceritakan bagamana Roh Kudus yang
tidak dikenal di zaman Yesus menimbulkan berbagai permasalahan ketika mulai
diperkenalkan di abad ke IV.
“The Cappadocians were also anxious to develop the notion of the
Holy Spirit, which they fe(t have been dealt with very perfunctorily at Nicea:
`And we believe in the Holy Spirit’ seemed to have been added to Athanasius’s
creed almost as an after thought. People were confused about the Holy spirit.
Was it simply a synonym for God ar was it something more? `Some have conceived
(the Holy Spirit) as an activity’, noted Gregory of Nazianzus, `some as a
creature, some as God and some have been uncertain what to call him”.
(Golongan Cappadocian (Pendukung Trinitas) juga pusing untuk menetapkan pengertian Roh Kudus, yang dulu mereka sama sekali mengabaikannya pada Konsili di Nicea: `Dan Kami percaya kepada Roh Kudus’ nampaknya baru ditambahkan ke Credo Athanasius (di Necia) setelah dipikirkan kemudian. Masyarakat dibuat bingung tentang apa sesungguhnya Roh Kudus itu. Apakah ini sama dengan Tuhan ataukah sesuatu yang lain? `Sebagian orang menganggap (Roh Kudus) sebagai suatu kegiatan’, kata Gregory of Nazianzus, sebagian lagi menganggapnya makhluk, sebagian menganggapnya Tuhan, dan sebagian lagi tidak tahu mau menyebutnya apa).
Oleh karena itu untuk menyatakan bahwa Allah yang tidak tampak,
manusia Yesus yang memiliki tulang dan daging dan Roh Kudus yang tidak pernah
dikenal di zaman Yesus adalah suatu zat, memang dapat dianggap misteri yang
artinya aneh bin ajaib. Doktrin ini membingungkan pencetusnya sendiri serta
para agamawan Kristen. Mereka kesulitan menjelaskan ajaran penyembah berhala
ini dalam konteks Kristen. Ujung-ujungnya mereka menetapkan doktrin Trinitas
sebagai suatu misteri (Cave 1997).
Perhatikan bagaimana pengkuan jujur “Romonya” Trinitas, Athanasius,
dalam buku The Decline and Fall of the Roman Empire yang ditulis oleh Edward
Gibbon:
“Christian Theologian, the great Athanasius himself, has candidly
confessed that whenever he forced his understanding to mediate on the divinity
of the Logos, his toilsome and unavailing efforts recoiled on themselves; that
the more he thought, the less he comprehend; and the more he wrote, the less
capable was he expressing his thought”.
(Teolog besar Kristen Athanasius sendiri secara terbuka mengakui bahwa semakin dia memaksakan pengertiannya untuk menjelaskan ketuhanan Logos (Firman), segala daya dan upaya yang diusahakannya kandas dengan sendirinya; bahwa semakin dia berfikir, semakin dia kurang memahami; semakin banyak penulis, semakin kurang kemampuan menjelaskan jalan pikirannya).
Baru saja Athanasius mencoba memformulasikan hubungan Yesus
sebagai Logos (Firman) penyembah berhala dengan Tuhan Allah, dia sudah pusing.
Belum lagi di tambah dengan “Tuhan” Roh Kudus.
Monsignor Eugene Clark mengakui konsep Trinitas sulit
dimengerti. Untuk itu menurut dia, sebaiknya konsep Trinitas diterima saja
walaupun tidak dimengerti.
“God is one, God is three. Since there is nothing like this in
creation, we cannot understand it, but anly accept it”
(Tuhan itu satu, Tuhan itu tiga. Karena tidak ada yang seperti ini di alam ini, sehingga kita terima saja walaupun kita tidak mengerti).
Hubungan ketiga oknum dalam Trinitas dengan susah payah diciptakan
oleh Gereja di tengah-tengah pertentangan, kontroversi dan malah pertumpahan
darah. Pemimpin Gereja terpaksa harus mengeluarkan pernyataan untuk menerima
ajaran Kristen tanpa harus menyelidikinya. Uskup Agung Anslem, pemimpin
Gereja di Canterbury (1093-1109) dalam bukunya Prosologian I,
mengatakan:
“For 1 am not seeking to understand in order to believe, but 1
believe in order that 1 may understand” (Saya tidak perlu mengerti untuk
percaya, tetapi saya percaya agar saya mengerti).
Selanjutnya dalam bukunya Cur Deus Homo 1:2 dia menjelaskan
urut-urutan menerima ajaran yang misterius dalam Kristen :
”The correct order is to believe the deep thing of Christian faith
before undertaking to discuss them by reason……so that even though 1 totally
unable to understand it, nothing could shake the constancy of my belief.”
(Urutan yang tepat adalah meyakini keimanan Kristen secara mendalam lebih dahulu, baru kemudian mendiskusikannya berdasarkan akal sehat….dengan demikian, walaupun saya tidak mengerti sama sekali, tidak ada yang akan dapat mengguncang keteguhan iman saya).
Kalau sudah begini keadaannya, berarti tidak ada lagi jalan bagi
mereka yang ingin mempertanyakan kebenaran suatu ajaran sebelum diyakini. Kalau
yang diajarkan kepada kita adalah sesuatu yang salah, sekuat apa pun kita
mengimaninya, ya, tetap saja salah, dan konsekwensinya kita akan dicampakkan ke
dalam api neraka.
Kalau gereja sudah mengatakan demikian, sementara Yesus tidak
pernah mengatakan bahwa dirinya adalah oknum kedua dari Trinitas, berarti kita
diberi kesan seakan-akan Yesus sengaja menipu umatnya bani Israel, hanya untuk
menyenangkan para penyembah berhala di kerajaan Romawi.
Tanya
Mengapa umat Kristen dapat menerima ide yang tidak masuk akal ini?
Jawab
Para penginjil menurut Dr. Bruce Goldbert dalam bukunya ”
New Age Hypnosis” hal. 2, sudah terlatih dalam pemanfaatan jurus-jurus
hipnotisme dan sugesti. Melalui teknik-teknik ini, dengan mudah mereka
menaklukkan alam bawah sadar jemaat atau individu. Mereka menggunakan cara-cara
ini untuk mencuci otak jemaat agar mudah memerima pesan-pesan, baik yang masuk
akal maupun yang tidak masuk akal, yang dikemas dengan retorika yang mempesona.
Dengan cara ini mereka dapat membuat sesuatu yang tidak masuk akal seakan-akan
masuk akal. Sementara jemaat yang sudah “berserah diri” hanya mampu menyahut ”
Amin, Amin”. Gordon Urquhart dalam bukunya The Pope’s Armada,
1995, pada halaman belakang menjelaskan misi rahasia Kristen mencuci otak
jemaat:
“The three most powerful of the ultra tradition-alist movement
within the Catholic Church engage in secret initiation ceremonies, brainwashing
techniques involving ego destruction, moral and spiritual intimidation and
highly questionable, even dangerous psychtherapeutic practices.”
(Tiga kekuatan besar gerakan ultra-tradisional dalam Kristen Katolik, terlibat dalam upacara rahasia penerimaan anggota, teknik cuci otak termasuk penghancuran pribadi seseorang, intimidasi moral dan spiritual serta praktekpraktek pengobatan spiritual yang tidak lazim dan malah berbahaya).
Tertullian dalam bukunya “The Flesh of Christ”, hal. 5,
memainkan jurus ini :
“The Son of God was crucified. 1 am not ashamed because it
shameful. The Son of God died. It is credible because it is absurd. He was
buried and rose again. It is certain because it is impossible”.
(Anak Tuhan di salib. Saya tidak malu karena ini memalukan. Anak
Tuhan mati. Ini dipercaya karena tidak masuk akal. Dia dikuburkan dan bangkit
kembali. Ini pasti karena tidak mungkin).
Mike Velarde, salah seorang pemimpin Kristen kharismatik di
Filipina memperlihatkan keampuhan pengaruhnya terhadap lebih sejuta pengikutnya
dilapangan Philippine International Convention Center dengan mengatakan bahwa
mereka dapat memperoleh rejeki dari Tuhan dengan membalikkan payungnya keatas
untuk menampung rejeki dari langit. Kemampuan Mike Velarde ini dikomentari oleh
Pastor Robert Reyes di Harian Philippine Daily Inquirer terbitan
29 Desember 1999, hal. 9:
“Mike Velarde is better because he manages to fool poor people
into believeing that he can make them rich. The people are desperate. Any
promise that gives them hope to go for improved life, they’ll grab it” (Mike Velarde lebih
cerdik karena dia mampu memperdaya orang-orang miskin untuk percaya bahwa dia
dapat membuat mereka menjadi kaya raya. Rakyat cukup menderita. (Oleh karena
itu) setiap janji yang memberi mereka harapan untuk meningkatkan taraf hidup mereka,
akan mereka rebut).
BAB X
MAKNA TAUHID DALAM
ISLAM & KRISTEN
|
Tanya
Apa perbedaan Islam dan Kristen dalam perjuangan Tauhid?
Jawab
Kristen mengembangkan ajaran Tauhid murni yang diajarkan Yesus
untuk hanya menyembah Tuhan Allah, menjadi menyembah Tuhan Allah ditambah Tuhan
Yesus dan Tuhan Roh Kudus. Artinya, membawa ajaran Tauhid Yesus ke ajaran
Trinitas. Sedangkan Islam yang disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW mengembalikan
ajaran Trinitas dan Politheisme ke Tauhid yang murni.
Tanya
Apakah pengertian Tauhid, dan apa hubungannya dengan keimanan
Kristen?
Jawab
Tauhid atau Keesaan Allah adalah menyakini bahwa Allah itu Esa
tanpa ada sekutunya. Ada tiga aspek tauhid:
1. Keesaan Ketuhanan Allah (Tauhid Rububiyah).
Seorang muslim percaya bahwa Tuhan pencipta dan penguasa alam
semesta ini hanya satu (tidak pernah dikerjakan gotong royong dengan
oknum-oknum lain). Dia adalah Pencipta dan Pemelihara alam semesta tanpa sekutu
atau patner. Ini adalah inti ajaran Nabi Muhammad SAW dan Yesus.
2. Keesaan menyembah Allah (Tauhid Uluhiyyah).
Seorang muslim percaya bahwa hanya Allah yang wajib disembah,
tidak ada yang lain. Ini diajarkan pula oleh Yesus sebagaimana yang di
terangkan diatas.
3. Keesaan nama dan sifat Allah (Tauhid-al Asma was Sifat).
Seorang muslim harus menyebut nama Allah dengan nama-nama yang
sudah disebut dalam Al-Qur’an (Asma-ul-Husna). Sifat-sifat Allah inilah yang
oleh para penyembah berhala dianggap sebagai oknum-oknum lain yang ikut
disembah sebagai Tuhan.
Dari ketiga aspek Tauhid diatas tidak ada yang bertentangan dengan
ajaran Yesus (Isa) sebagai seorang Muslim. Tetapi tentu bertentangan dengan
ajaran penyembah berhala Platonis dan Stoic yang mengatakan bahwa Tuhan
memiliki perantara (Logos) unutk urusan dunia yang kemudian oleh Gereja
dikatakan bahwa Logos (Firman) telah menjadi daging dan mengambil bentuk
manusia dalam diri Yesus.
Disamping itu ajaran Tauhid dalam Islam jelas bertentangan dan
merupakan koreksi terhadap ajaran Trinitas dalam Kristen yang dipetik dari
ajaran agama Mesir, Babylonia dan Yunani.
Tanya
Apa pengertian Penyembah Berhala dalam Islam?
Jawab
Penyembah Berhala adalah keyakinan yang dianut oleh para Penyembah
Berhala bahwa :
1. Tuhan mempunyai
sekutu. Ini meliputi pengertian bahwa ada Tuhan lain disampin Tuhan Allah,
Apakah Tuhan lain tersebut terpisah dari Tuhan Allah, berserikat, maupun
bersatu.
2. Penyembah Berhala
juga berarti percaya bahwa selain Tuhan Allah adalah oknum lain yang memiliki
sifat-sifat keilahian.
3. Penyembah Berhala
juga percaya bahwa selain Tuhan Allah, ada oknum lain yang dapat mendatangkan
ganjaran baik dan buruk.
Penyembah berhala di zaman dahulu percaya bahwa perserikatan Tuhan
memiliki struktur kepemimpinan. Tuhan merupakan pemimpin atau kepala. Kemudian
menyusul Anak. Yang lebih rendah dari anak adalah para dewa. Kesemuanya
disembah. Dewa pun disembah dan dimohon pertolongan untuk kasus-kasus tertentu
seperti Dewa Cinta, Dewa Padi, Dewa Laut dan lain-lain.
Dalam Agama Kristen Pemimpin Gereja dan Kaisar Romawi menganut
ajaran Kesatuan Tiga Tuhan dalam Trinitas. Kalau bagi penyembah berhala di
zaman dahulu, Tuhan, Anak dan dewa-dewa berada dalam struktur atasan-bawahan,
maka ajaran Kristen, Tuhan Allah, Yesus, dan Roh Kudus diangap satu kesatuan
dalam Trinitas dan masing-masing memiliki kedudukan yang sama (co-equal).
Dalam ajaran Islam Keesaan Allah berarti Allah satu-satunya Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan demikian Allah sama sekali tidak punya sekutu, baik dalam
bentuk bawahan, maupun patner sebagaimana yang diajarkan oleh semua Nabi
termasuk Nabi Muhammad SAW maupun Nabi Isa (Yesus).
Dalam Islam, setiap ajaran yang mensyarikatkan Tuhan baik dalam
bentuk atasan-bawahan maupun dalam bentuk patner yang bersatu maupun seimbang
(co-equal) dianggap penyembahan berhala.
Tanya
Menurut Hamran Ambrie, orang Kristen menjadikan Yesus dan Ibunya
menjadi illah (Tuhan) disamping Allah (Al-Maidah 5:116) adalah tidak benar.
Menurutnya ajaran Kristen tidak mengajarkan demikian.
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa putra Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia, jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah?….” (Al-Maidah 5:116)
Apakah mempertuhankan Yesus dan Ibunya bukan ajaran Kristen?
Jawab
Kalau Hamran Ambrie mengingkarinya, kita bersyukur! Ini berarti
sudah ada kemajuan. Hamran Ambrie mengingkari ajaran ini, karena memang tidak
pernah diwahyukan Allah, tidak pernah diajarakan Yesus, dan tidak ada dalam
Alkitab. Seharusnya sikap seperti ini juga diperlihatkannya untuk menolak
ajaran Trinitas dan Ketuhanan Yesus, karena kategorinya sama dengan apa yang
dia ingkari diatas. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah “Apakah tuduhan
ayat Al-Qur’an diatas tidak punya dasar?” Ada dua alternatif dari pernyataan diatas:
1. Kalau Al-Qur’an
menuduh demikian sementara Gereja tidak pernah mengatakanlmemutuskan untuk
menyembah Yesus dan Ibunya, berarti tuduhan Al-Qur’an tersebut tidak ada
dasarnya.
2. Kalau
Gereja pernah mengatakanlmemutuskan untuk menyembah Yesus dan Ibunya, berarti
Hamran Ambrie tidak memahami sejarah Kristen, atau kalau dia sudah tahu berarti
dia ingin mengibuli umatnya.
Kalau pembaca pernah berkunjung ke Filipina, terutama di kota
Metropolitan Manila, pembaca akan menyaksikan gambar Yesus dan bunda Maria
dipajang di hampir setiap pintu gerbang rumah penduduk. Apakah Gambar Yesus
yang bersanding dengan bunda Maria ini hanya sekedar pajangan atau hiasan?
Ataukah lebih dari itu?
Ralph Edward Woodrow, dalam bukunya Babylon Mystery
Religion, 1966, hal. 10, menjelaskan bagaimana Tuhan Ibu para penyembah
berhala di Babylonia dibawa ke dalam agama Kristen:
“You see, many pagans had been drawn to Christiani ty, but so
strong was their adoration for the mother goddess, they did not want to forsake
her. Compromising Church leaders saw that i f they cou(d f ind some similarity
in Christianity with the worship of the mother goddess they could greatly
increase their number. But who could replace the most logical person f or them
to chosee…. Little by little, the worship that had been associated with the
pagan mother was transf er to Mary” (Lihatlah, berapa banyak para penyembah
berhala yang menganut agama Kristen, namun pemujaan mereka terhadap Tuhan Ibu
sedemikian kuat, sehingga mereka tidak mampu untuk meninggalkannya. Para
pemimpin Gereja melihat kesempatan bahwa kalau mereka dapat menemukan dalam
Kristen penganti Tuhan Ibu (Penyembah berhala), maka (golongan Kristen) akan
bertambah dengan pesat. Namun siapa (di dalam Kristen) yang akan menggantikan
Tuhan Ibu penyembah berhala ini? Sudah tentu (bunda) Maria adalah yang paling
cocok mereka pilih…. Lambat laun penyembahan mereka terhadap (Tuhan) Ibu
penyembah berhala beralih ke (bunda) Maria).
Apakah Para Pemimpin Gereja dan para penyembah berhala yang masuk
Kristen hanya berhenti pada kompromi-kompromi seperti ini? Ternya tidak benar.
Kaisar Romawi, Theodosius II bersama para pemimpin Gereja yang bersidang di
Efesus Jini 431, mengeluarkan SK Bunda Maria sebagai Ibu Tuhan (theotokos) yang
disembah. Woodrow menambahkan:
“Yet, within just a few more years, Mary worship was not on(y
condoned but become an o f f icial doctrine at the Council o f Ephesus in 431
AD” (Namun, hanya dalam beberapa tahun kemudian, penyembahan terhadap
Maria bukannya diabaikan, malah ditetapkan menjadi ajaran resmi Gereja yang
diputuskan dalam sidang di Efesus tahun 431 M).
Mengapa sidang tentang Ibu Tuhan ini diselenggarakan di Efesus?
Fausset dalam bukunya Fausset’s Bib(e Encyclopedia, hal 484, menjelaskan bahwa
di kota inilah Diana disembah sebagai Tuhan Perawan dan Keibuan sejak zaman
purbakala. Tony Lane dalam bukunya Christian Thought, 1984, hal. 46,
memperlihatkan bagian dari SK Maria sebagai Ibu Tuhan yang disembah.
“Accord ing to this understanding o f the uncon f used union, we
con f ess the holy virgin to be theotokos, because God the Word was incarnate
and become man and from his conception itself united to himself the temple that
he took from her”. (Berdasarkan pengertian tentang kesatuan yang tidak meragukan ini,
kita menyatakan perawan yang suci (Maria) sebgai Ibu Tuhan, Karena Tuhan Firman
berinteraksi dan menjadi manusia dan dari kelahirannya sendiri, tubuh kasar
yang diwarisi dari Maria bersatu dengannya).
Jadi rupanya Hamran Ambrie tidak menyadari bahwa nenek moyang umat
Kristen pernah berkumpul di Efesus 16 abad yang lalu untuk memutuskan: Maria
sebagai Ibu Tuhan yang disembah!
Kelemahan seperti ini ditunjukan oleh John Davidson dari
Cambridge University, Inggris dalam bukunya The Gospel of Jesus, 1992, hal.
13:
“For the most part, they have channeled their religious aspiration
– weak ar wrong – into a belief in certain received tenets without ever
questioning their reliability and while understanding still less of their
history” (Sebagian besar, mereka (umat Kristiani) menyandarkan aspirasi
agama mereka – baik yang lemah ataupun yang kuat – pada kepercayaan berdasarkan
ajaran ajaran yang diterima, tanpa pernah mempertanyakan kebenarannya,
sementara pengetahuan mereka tentang sejarah (Kristen) masih sangat terbatas).
Oleh karena itu Yesus diminta oleh Allah SWT dalam ayat Al-Qur’an
diatas untuk mempertanggung jawabkan perbuatan jahil orang-orang yang
menyembahnya yang kemudian memperparah kemusyrikan mereka dengan
mempersandingkan Yesus dan Maria sebagai oknum yang disembah sealain Allah.
Makanya Davidson bertanya secara serius kepada umat
Kristen, termasuk kepada dirinya sendiri dalam buku yang sama di hal. 15:
“Have we been misled f or the last two thosand years?” (Apakah kita (umat
Kristiani) telah tersesat selama dua ribu tahun?)
Tanya
Hamran Ambrie dalam bukunya “Keilahian Yesus Kristus dan Allah
Tritunggal Yang Esa”, hal. 114 mengatakan : “Ayat Qur’an ini (surat
an-Nisa:171) jelas menolak pahan Tritheisme (Ketiga Allah-an) dan bukanlah
menolak paham Allah Tritunggal (Trinity), ajaran imannya orang-orang Kristen”.
Apakah ayat tersebut di atas benar-benar tidak mengoreksi ajaran Trinitas?
Jawab
Sebelum dijawab benarn atau salah, baiklah kita perhatikan ayatnya
dengan seksama!
“Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya
Almasih, Isa putra Maryam itu, ada(ah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan
kalimatNya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh
dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah
kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) (ebih
baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari
mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah menjadi Pemelihara”. (an-Nisa 5:171)
Marilah kita ulas seobyektif mungkin setiap pernyataan dari ayat
tersebut diatas.
a. “Wahai Ahli Kitab” adalah himbauaan dan ajakan terhadap mereka
yang menganut ajaran Taurat yang diwahyukan Allah kepada Nabi Musa dan ajaran
Injil yang diwahyukan Allah kepada Nabi Isa (Yesus).
b. “Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu”. Catatan kaki AlQur’an
dan Terjemahnya menjelaskan: `Maksudnya : jangan kamu mengatakan Nabi Isa (Yesus)
itu Allah’, sebagaimana yang dikatakan oleh Hamran Ambrie dalam bukunya
tersebut di atas halaman 100.
c. “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang
benar”. Kaisar Romawi dan Gereja ternyata tidak berkata benar tentang Tuhan
Allah yang disembah Yesus. Karena Tuhannya Yesus tidak berserikat ataupun
bersatu dengan Yesus dan Roh Kudus dalam Trinitas.
d. “Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan
Allah”. Berkali-kali dalam Alkitab Yesus dengan tegas mengatakan bahwa dirinya
adalah rasullutusan Allah. Umatnya, bani Israel, juga menganggapnya sebagai
seorang pemimpin dan nabi mereka. Karena Yesus adalah utusan Allah, tentu
beliau bukanlah Allah, karena Allah tidak mungkin mengutus diriNya sendiri.
e. “Dan (yang diciptakan dengan kalimatNya) yang disampaikan-Nya
kepada Maryam”. Yesus diciptakan dengan kalimat (firman) Allah: “Kun”
(jadilah). Kata “Jadilah” ini yang menciptakan jasad Yesus, Adam, serta segala
makhluk di jagat raya ini termasuk kita semua. “Kun” yang menjadikan Yesus
tidak lebih istimewa bagi Allah dari “Kun” yang menjadikan Adam dan kita semua.
Perhatikan ayat Al-Qur’an berikut ini
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa (Yesus) disisi Allah adalah
seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: `Jadilah’ (seorang manusia) maka jadilah dia”. (Ali Imron 3: 59 )
“Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak,
padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun. ” Allah berfirman
(dengan perantaraan Jibrill: “Demikianlah Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya
cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia” . (Ali Imron 3:47)
Dalam Islam Allah menciptakan manusia dalam dua tingkatan. Yang
pertama adalah penciptaan jasad. Dengan firman Allah : “Jadilah”, maka jadilah
jasad seorang manusia. Oleh sebeb itu setiap manusia termasuk Adam, Yesus dan
kita semua adalah hasil firman Allah, hasil kata “Jadilah”. Oleh karena itu
Islam tidak dan tidak akan pernah menganut ajaran yang dipetik dari filsafat
penyembah berhala bahwa Yesus adalah Logos atau satu-satunya Firman. Hamran
Ambrie yang mengatakan bahwa ayat ini dapat dijadikan dalil bahwa firman telah
menjadi manusia, adalah jauh panggang dari api. Ini adalah paham penyembah
berhala orang-orang Romawi bahwa setiap fungsi Tuhan (mencipta, berfirman,
memelihara, dan lain-lain) menjadi oknum-oknum Tuhan yang lain.
Dengan pernyataan Al-Qur’an seperti diatas, maka Roh Kudus tidak
perlu harus turun ke bumi menaungi Maria agar hamil, sebagaimana yang
dikemukakan penulis Injil Lukas 1:35.
f. “Dan (dengan tiupan) roh dari-Nya”. Tingkat kedua dalam
penciptaan manusia adalah disaat Allah meniupkan roh ke suatu jasad sehingga
jasad makhluk tersebut menjadi jasad yang hidup. Ayat-ayat Al-Qur’an berikut
ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang roh dari Allah untuk kehidupan
jasad manusia.
“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadanya” (Shaad 38:72).
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh
(ciptaan)Nya..” (as-Sajdah 32:9)
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”(Trinitas)”.
Ulasan diatas sangat jelas memperlihatkan bahwa firman Allah
bukanlah Yesus, melainkan ucapan Allah (“jadilah”) yang menjadikan jasad
manusia dan makhluk lainnya termasuk Yesus sendiri. Sedangkan yang dimaksud
dengan roh, bukanlah Roh Kudus, melainkan roh dari Allah atau roh ciptaan Allah
yang ditiupkan Allah kepada jasad agar hidup. Allah memisahkan dan tidak
mencampur adukkan antara Al-Khalik dan makhluk ciptaan-Nya termasuk para rasul.
Oleh karena itu Allah melarang keras mereka yang mengatakan Imengajarkan
Trinitas.
h. “Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu”. Kalau
saat ini para pakar Alkitab dan sejarawan dunia ini meneriakkan slogan
“Demythologize Jesus!” (jangan mengkultuskan Yesus!
), maka sesungguhnya slogan seperti ini telah didengungkan oleh
Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu: “Jangan mengatakan Trinitas! Yesus itu
hanyalah seorang Nabi! Berhentilah dari ucapan itu! “. Ayat ini sama sekali
tidak berbicara tentang Zeus, Mithra, Apollo, Tammuz, Osiris, Ra, Krisna,
Buddha Gautama, atau ratusan tuhan dan dewa-dewa lainnya. Jadi bukan tentang
Tritheis atau Politheis. Ayat ini semata-mata berbicara tentang Trinitas!!!
Tentang Yesus, rasul Allah, yang dipertuhankan sama dengan Allah dalam kesatuan
Trinitas.
i. “Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa”. Ketika Yesus
mengatakan kepa umat Israel bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan Yang Maha
Esa, umatnya mengaminkannya dengan mengatakan:
“Tepat sekali, guru, benar katamu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa
tidak ada yang lain kecuali Dia” (Markus 12:32).
Jika Yesus adalah anggota Trinitas bersama Tuhan Allah dan Roh
Kudus, tentu Yesus akan menginterupsi misalnya: “Sesungguhnya Aku dan Roh Kudus
ada dalam kesatuan Trinitas bersama Tuhan Allah”. Namun Yesus malah membenarkan
pendapat mereka.
Yesus semasa hidupnya didunia, dalam kapasitas apa pun, beliau
selalu berdoa kepada tuhan Allah. Kegiatan berdoa ini hanya dilakukan oleh
manusia yang tiada berdaya, yang senantiasa memohon pertolongan Tuhan Allah.
Tuhan tidak mungkin berdoa. Kalau Tuhan Allah Al-Khalik bersatu dalam diri
Yesus, untuk apa lagi beliau berdoa, sementara AlKhalik ada dalam dirinya
sebagaimana yang diaku oleh Hamran Ambrie.
j. “Maha Suci Allah dari mempunyai anak”. Siapakah yang diulas
dalam ayat ini? Tiada lain, tiada dua, hanyalah Yesus.
Siapakah anakAllah dalam ajaran Kristen?Tiada lain tiada dua,
hanyalah Yesus. Yesus adalah anak tunggal Allah. Yesus anak Allah inilah yang
menurut Paul Tillich dipetik dari ajaran penyembah berhala.
“Son of God” is very familiar pagan concept. The pagan gods
propagated son on earth. Because o f this the words “only begotten” were
added”. (“Anak Allah” adalah istilah yang sangat umum dalam ajaran penyembah
berhala. Tuhan-tuhan penyembah berhala beranak pinak di bumi. Oleh karena itu mereka
menambahkan istilah “satu-satunya yang diperanakkan” (anak tunggal)
k. “Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah menjadi Pemelihara”.
Dalam ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa, Tuhan Allah tidak memerlukan
Logos/Firman/Anak untuk urusan dunia. Allah Yang Maha Kuasa mampu mengatur dan
memelihara seluruh alam semesta.
Paham Platonisme, Stoicisme dan Gnostisisme mengajarakan bahwa
Tuhan yang mulia tidak dapat berhubungan langsung untuk menolong dunia yang
berdosa ini. Oleh karena itu dibutuhkan Logos/Firman atau Anak untuk berurusan
dengan dunia dan manusia.
Rudolf Bultmann dalam bukunya Primitive
Christiannity (1956), hal. 195, memperlihatkan ajaran Gnostosisme tentang
“Anak”:
“The supreme dei ty takes pi ty on the imprisoned spark o f ligh,
and sends down the heavenly figure of light, his Son, to redeem them. This son
array himself f in the garment o f the earthly body, lest the demons should
recognize him. He invites him own to join him, awaken them f rom their sleep,
remind them o f their heavenly home, and teach them about the way to return.
His chief task is to pass on the sacred password which are needed on the
journey back”. (Tuhan Yang Maha Kuasa ingin menyucikan berkas-berkas cahaya (umat
manusia) yang terbelenggu (dalam dosa), dan mengirim cahaya dari sorga,
Anaknya, untuk menyelamatkan mereka. Anak ini menyamar dalam pakaian manusia,
agar setan tidak mengenalnya. Dia mengajak miliknya (manusia) untuk
mengikutinya, membangunkan dari tidur mereka, mengingatkan mereka akan hidup
yang kekal, dan bagaimana menuju kesana. Tugas utamanya adalah menyampaikan
kunci rahasia yang diperlukan untuk mengetahui jalan pulang (ke sorga).
Ajaran Platonisme dan Gnostisisme tentang “Anak” yang akan
mengurus dunia inilah yang dipetik oleh Paulus dan dijadikan ajaran Kristen (Filipi
2:6-7).
Islam bukan agama penyembah berhala sehingga umat Islam tidak
mengenal istilah “Anak Allah” sebagai perantara urusan dunia untuk menembus
dosa manusia dengan dalih apapun!
Tanya
Benarkah menurut Hamran Ambrie yang mengatakan bahwa
Mesias/Almasih berarti “Utusan Allah yang teragunglterakhir, sehingga
penyebutan “Muhammad Utusan Allah” sudah tidak relevan lagi, karena terakhir
sudah menjadi batasan yang tidak boleh dilampaui lagi?
Jawab
Kita tidak dapat membayangkan, apa yang akan terjadi dengan suatu
agama kalau setiap orang seperti Hamran Ambrie yang dengan bebas membuat
definisi yang tidak ada dasarnya. Kalau Hamran Ambrie berdusta kepada umat
Kristiani,
umat Islam tidak perlu memusingkannya. Tetapi kalau pernyataan
tersebut sudah berkaitan dengan iman Islam tentu sangat perlu untuk diluruskan.
Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa dusta untuk
menyenangkan umat ini adalah ajaran pendiri agama Kristen, Paulus. Jadi kalau
Hamran Ambrie mengikuti jurus-jurus Paulus, dapat dimaklumi.
“Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi
kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?” (Roma
3:7)
“Mesias” adalah istilah Yahudi. Apa arti kata “Mesias” bagi
mereka? Perhatikanlah pernyataan Pakar Yahudi, Max I. Dimont dalam
bukunya “Jews, god and History”:
” The word “Mesias” come f rom the Hebrew word mashiah, meaning
“one who is anointed”, that is a messiah” (Kata “Messiah”IMesias diambil dari
bahasa Ibrani mashiah yang berarti “seorang yang dilantik” (dalam suatu jabatan
tertentu)
Edward Gibbon dalam bukunya “The Decline and Fall of the Roman Empire”
(1980), ha1.265, menjelaskan pengertian Mesias bagi umat Yahudi:
“Messiah…of the Jews had been more frequently represented under
the character of a king and conqueror…”. (Mesias…bagi orang Yahudi lebih banyak
diharapkan akan hadir sebagai seorang raja dan penakluk…. )
Russell Shorto dalam bukunya “Gospel Truth” (1997), Hal. 1 b7,
menjelaskan:
“A Messiah was a warrior, a king, an absolut victor on the
battlefield” (Mesias adalah panglima perang, raja, pemenang dalam pertempuran)
Michael Baigent, Richard Leigh & Henry Lincoln dalam bukunya The
Messianic Legacy, menjelaskan konsep Mesias:
“The Messiah whom Jesus’ contemporaries awaited was…the
specifically Judaic equivalent o f the sacred priest-king” (Mesias yang
dinanti-natikan para pengikut Yesus adalah kepala pemerintahan sekaligus
pemimpin agama sesuai dengan ajaran Yahudi)
Kalau kita menelaah pengertian yang diberikan para pakar Alkitab
dan sejarawan di atas, maka secara jujur, definisi diatas, malah lebih tepat
untuk Nabi Muhammad SAW dari pada untuk Yesus.
Ini hanya sekedar beberapa kutipan yang mewakili ratusan buku yang
menjelaskan tentang arti kata “mesias”. Tidak ada satu pun tanda-tanda yang
memberi petunjuk bahwa Mesias berarti ” utusan Allah yang teragunglterakhir”.
Oleh sebab itu penerbit buku ini dengan senang hati menyediakan
hadiah cuma-cuma sebesar Rp 1.000.000,- bagi mereka yang dapat menunjukkan buku
yang menyatakan bahwa kata “mesias” berarti “Utusan Allah yang teragung /
terakhir”.
Tanya
Benarkah menurut Hamran Ambrie bahwa Yesus disebut Tuhan karena
Ketuhanan dan kepenguasaan Allah telah dilimpah-kuasakan kepada Yesus sesuai
dengan Matius 11:27 dan Matius 28:18?
Jawab
Sebelum di jawab ya atau tidak, baiklah kita memperhatikan konteks
ayat tersebut dengan memperhatikan ayat 25-29:
“Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa,
Tuhan langit dan bumi, karena semua itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan
orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya, Bapa, itulah yang
berkenan kepadaMu. Semua telah diserahkan kepadaku dan tidak seorang pun
mengenal anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain anak dan
orang yang kepadanya anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepadaku, semua
yang letih, lesu dan berbeban berat, aku akan memberi kelegahan kepadamu.
Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah padaku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”. (Matius 11:25-29).
Konteks dari ayat-ayat tersebut diatas adalah tentang
ilmulpengetahuan yang disembunyikan orang bijak dan pandai tetapi diajarkan
kepada orang kecil / tidak terpelajar. Oleh sebab itu ayat 27: “Semua telah
diserahkan kepaku oleh Bapaku, bukan berarti telah terjadi acara serah terima
segala kekuasaan dari Allah kepada Yesus, tetapi pemberian ilmu dari Allah,
khusus kepada Yesus.
Ini diperjelas dengan komentar tentang ayat ini oleh Robert
Funk, Roy W. Hoover dan 74 orang anggota Seminar Yesus dalam buku The
Five Gospels (1993) hal. 182,:
“The second (Matius 11:27) of which has to do with privileged
knowledge and communication…involve two claims: one has to do with privilege
knowledge shared by Father and son, the other with privilege communication
between son and f ollower. ” (Yang kedua (Matius 11:27) berhubungan
dengan ilmu khusus dan komunikasi…. Menyangkut dua hal: yang satu berhubungan
dengan ilmu khusus yang dimiliki oleh bapa dan anak, sedang yang kedua
berhubungan dengan komunikasi antara anak dengan para pengikutnya).
Jurus untuk memotong-motong ayat dan menafsirkannya keluar dari
konteksnya merupakan pekerjaan para penginjil sejak zaman dahulu kala. Hamran
Ambrie tinggal mewarisinya saja. Burton L. Mack, Professor Sejarah Kristen
pada institute Theologi di Claremont dalam bukunya Who Wrote the New
Testament, (1989), hal. 2, menjelaskan taktik ini:
“And it does not matter that, for a particular teaching or view,
the “biblical” basis may consist o f only a small set o f sentences taken out o
f contexy and pressed into a dogma” (Dan tidak perduli, demi untuk ajaran
atau pandangan tertentu landasan “Alkitab” dapat berupa kalimat / penggalan
kalimat, yang ditafsirkan keluar dari konteksnya, kemudian dipaksakan menjadi
dogma (ajaran agama).
Dengan penjelasan diatas, maka pernyataan Hamran Ambrie bahwa
Yesus adalah Tuhan karena ke-Tuhan-an dan Ke-Penguasa-an Allah telah dilimpah
kuasakan kepada Yesus sebagai-mana Matius 11:27 adalah tidak benar! ! !
Menganai Matius 28:18 “Kepadaku telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi”, sudah dijelaskan sebelumnya bahwa para pakar
Alkitab menyatakan ayat ini sebagai ayat palsu. Robert Funk menjelaskan:
“The charge to annunce the good news to the whole world (Mark
13:10 and Matt 28:18-20) was developed by Paul”. (Perintah untuk
memberikan injil ke seluruh dunia (Markus 13:10 dan Matius 28:18-20)
baru diciptakan oleh Paulus)
Selanjutnya Hugh J. Sconfield (1998) mengomentari Matius
28:16-20 sebagai berikut:
“This (Matt. 28:15) would apper to be the end o f the Gospel. What
f ollows (Matt 28:16-20), f rom the nature o f what is said, would then be a
later addi tion “. (Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup injil (Matius).
Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan
isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang baru ditambahkan kemudian).
Untuk itu amatlah keterlaluan bagi mereka yang masih mau
menggunakan ayat palsu yang tidak pernah diucapkan oleh yesus ini sebagai dasar
untuk mempertuhankan Yesus.
Labih keterlaluan lagi adalah ayat-ayat palsu ciptaan Gereja yang
tidak pernah diucapkan Yesus, diakui sebagai ucapan Yesus dan menjadi senjata
pamungkas untuk mendiskreditkan keimanan umat Islam.
Tanya
Kalau menurut ajaran islam, Yesus diutus dunia ini sebagai Nabi
Muslim untuk mengajarkan tauhid, mengapa Allah masih mengutus Nabi Muhammad
SAW?
Jawab
Andaikata ajaran tauhid yang diajarkan Yesus tidak di cemari
ajaran penyembah berhala, atau hanya diselewengkan oleh bani Israil, mungkin
Allah hanya akan mengutus lagi Nabi dari antara Bani Israil. Namun karena yang
menyelewengkan ajaran tauhid bukan lagi orang-orang Yahudi, tetapi bangsabangsa
lain, sehingga kehadiran Nabi Muhammad SAW kedunia ini demikian pentingnya
berdasarkan pertimbangan berikut ini:
1. Yesus (Nabi Isa) diutus Allah hanya untuk bani Israil. “Jawab
Yesus: `Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat israel… tidak
patut mengambil roti (ajaran Yesus) yang disediakan bagi anak-anak (bani
Israel) dan melemparkannnya kepada anjing (bangsa non Yahudi). (Mati us 15: 24,
26 )
2. Ajaran Tauhid Yesus di cemari oleh ajaran penyembah berhala
dari luar Israel (Romawi, Yunani, Babilonia dan Mesir), sehingga tidak mungkin
lagi mengutus nabi untuk bani Israel, tetapi untuk seluruh umat manusia.
” Sebab itu, aku berkata kepadamu (Hai Bani Israil), bahwa
Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa
yang akan menghasilkan buah kerajaan itu”. (Matius 21:43)
Tugas berat yang dinyatakan Yesus ini dipikul dan dilaksanakan
dengan baik oleh Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia:
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu….” (an-Nisa
4:1)
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi….” (al-Baqarah 2:168)
Oleh karena itu alangkah tidak bijaksananya kalau kita mengaku
seorang manusia kemudian tidak mengikuti ajakan Nabi Muhammad SAW. Demikian
pula, alangkah tidak bijaksananya kalau kita sebagai bangsa Indonesia yang
jelas-jelas bukan bani israil, ikut-ikutan menyahuti panggilan yang tidak
ditujukan kepada kita, tetapi hanya kepada bani israil.
3. Injil yang diwahyukan Allah kepada Yesus tidak lagi
dipertahankan kemurniannya dari serbuan ajaran penyembah berhala. Para penulis
injil bukannya menulis ajaran Tauhid yang diajarakan Yesus tetapi ajaran baru
yang mengawinkan ajaran Yesus dengan ajaran penyembah berhala disesuaikan
dengan keinginnan para penyembah berhala di kerajaan Romawi. Hal ini
dikemukakan dengan jelas oleh Max I Dimont, professor sejarah Yahudi di
amerika Serikat, Kanada, Afrika Selatan, Brazilia dan Finlandia dalam bukunya
Jews, God and History, 1962, hal 147:
” The accounts o f the history o f Christianity in the Pauline
Epistles and the Gospels, especially the latter relate to the trial o f Christ,
become under-standable now that we realize they were written not for the Jews
but for the pagans” (Cerita tentang sejarah Kristen dalam Surat-Surat Paulus dan
Injil-injil (dalam Alkitab), terutama (Injil-injil) yang menulis tentang
penyaliban Yesus, menjadi jelas dan kita sadari sekarang bahwa (Surat-Surat
Paulus dan Injil-injil) tersebut bukan ditulis untuk umat Yahudi (umatnya
Yesus), tetapi unutk penyembah berhala).
4. Ajaran Yesus yang bercampur baur dengan ajaran penyembah
berhala yang ditulis oleh para penulis Injil dari kerajaan Romawi, menjadi
lebih parah ketika para penyalin Injil mendapat restu Gereja untuk merubah,
menambah dan mengurangi atau menciptakan ayat-ayat baru dan memasukkannya
kedalam Alkitab seakan-akan ayat asli atau ucapan Yesus. James H.
Charlesworth dalam bukunya Jesus and the Dead Sea Scrolls, 1992, hal 150
menjelaskan:
” It is certain that Jesus’ authentic words were altered signi f
icantly in the f orty years that separated his cruci f ixion f rom the composi
tion o f the first Gospel” (Jelas bahwa kata-kata yang diucapkan Yesus telah banyak
dirubah selama 40 tahun yang memisahkan antara penyaliban dan penulisan Injil
yang pertama (Injil Markus)
Pernyataan serupa juga datang dari Robert W. funk dan Roy W.
hoover dalam buku mereka The Five Gospels:
“Word borrowed f rom the f und o f common lore or the Greek
scriptures are o f ten put on the lips o f Jesus.. the evangelists f requently
attributed their own statement to Jesus”(Kata-kata yang diambil dari cerita
rakyat atau naskah Yunani sering disuapkan kepada Yesus untuk diucapkan… Para
penginjil sering mengaku bahwa ucapan yang mereka ciptakan adalah ucapan Yesus)
Selanjutnya mereka menambahkan:
“And handmade manuscript have almost always been ‘corrected’ here
and there, o f ten b y more than one hand” (Dan naskah yang ditulis tangan hampir
selalu ‘dikoreksi’ (dirubah) disana sini, kebanyakan oleh lebih dari satu
orang).
Perbuatan ini sangat dicelah oleh Allah SWT yang tercermin dalam
surat al-Baqarah 2:79:
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al
Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”,
(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan i tu.
Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan
mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang
mereka kerjakan”. (al-Baqarah 2:79)
Akibat dari bencana yang menimpa agama tauhid yang diajarkan semua
nabi sebelumnya inilah, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah sebagai nabi
terakhir unutk menyempurnakan dan memurnikan iman dan akhlak umat manusia yang
telah dicemari oleh ajaran penyembah berhala. Kepercayaan dengan menyembah
Allah dan oknum-oknum lain di samping Allah, dikembalikan utnuk hanya berserah
diri kepada Allah SWT.
Renungkanlah peringatan Allah berikut ini, semoga kita semua
menjadi umat yang bertaqwa, mendapat ridha Allah, dan selamat dunia akhirat:
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. ” (alIkhlas
112:1-4)
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
“Sesungguhnya Allah ialah AlMasih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri)
berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. (alMaidah
5:72)
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya
Allah salah seorang dari yang tiga (dalam Trinitas)” (al-Maidah 5:73)
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”. (Ali
Imran 3:19)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (al-Maidah 5:3)
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi “. (Ali I m ran 3: 85 )
Semoga
menjadi amal ibadah untuk kita dunia dan akhirat bagi yang menyebar luaskan tulisan
ini.