Senin, 10 November 2014

TOLAK GEMPUR MUJAHIDIN SURIAH, SYAIKH AL-ARIFI KEMBALI DITANGKAP REZIM SAUDI


Syekh Al Arifi ulama pewaris nabi yang tidak bisa dibeli oleh penguasa

HAMAH – Belum genap satu bulan tokoh ulama Saudi Syaikh Muhammad Al-Arifi ditangkap oleh pemerintah Saudi atas tuduhan telah mengkritik layanan kereta api untuk jamaah Muslim selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Tiba-tiba ia dilaporkan telah ditangkap kembali, Selasa (4/11/2014) karena menolak untuk turut serta dalam agenda pemerintah Saudi untuk menggempur para Mujahidin di Suriah, sebagaimana dilansir surat kabar Khosh dalam SP pada Jum’at (6/11).

Rencana pengempuran tersebut dicanangkan oleh Dinas Intelijen Saudi. Disinyalir para penduduk Saudi yang ikut serta berperang melawan syiah di Suriah merupakan target utama penyerangan itu, lapor Muhammad Ruz pada Khosh, Selasa (4/11).

Informasi ini juga dikuatkan dengan laporan situs resmi Asroru ‘Arobiyyah, bahwa Syaikh Muhammad Al-Arifi ditangkap karena menolak untuk turut serta dalam agenda intelijen Saudi menyerang para pejuang Suriah.

Sementara, menurut laporan intelijen, Syaikh Al-Arifi didaulat menjadi bagian dari Jabhatu ‘Ulama’, yakni dijadikan sebagai rujukan oleh para pejuang Suriah. Syaikh juga memberian masukan-masukan kepada para pejuang Suriah.

Dalam penjelasan Dinas Intelijen Saudi tersebut pula, Syaikh Al-Arifi dilaporan pernah melakukan safari ke Turki untuk menemui para Mujahidin. Melalui sebuah misi intelijen pula, mereka menyatakan telah beroleh data bahwa Syaikh Al-Arifi (Hafidzahullah) memberikan petuah kepada para pejuang Suriah untuk bangkit melawan rezim Nushairiyah.


Syaikh Al Arifi ulama pewaris nabi

SP juga melaporkan bahwa Amin Badawi, seorang aktivis HAM, menyatakan Syaikh Al-Arifi menyalahgunakan jabatannya untuk menyeru di mimbar-mimbar. Seruan tersebut berupa ajakan untuk berjihad secara global dan khususnya berjihad ke Suriah. Hal itu tetap Syaikh Al-Arifi lakukan meskipun telah mendapatkan peringatan dari pemerintah.

“Syaikh Al-Arifi sekarang berada di sel, penjara Al-Mubahats di ‘Alisyah tengah menghadapi nasibnya atas 17 tuduhan”, kata Badawi. Dan banyak pula para Masyayikh yang akan ditangkap setelah berkas-berkas mereka selesai ditinjau, lanjut Badawi.

SP menambahkan, aktivis HAM tersebut pun memberikan label sebuah frasa dalam twitternya yang tertuju pada Syaikh Al-Arifi dengan gelar “#العريفي_خلف_القضبان” yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi “#Al ‘Arifiy_Kaum Bar-Bar_Generasi Baru”. Hal terjadi memicu respon yang sangat besar di Twitter mengingat bahwa Syaikh Al-Arifi termasuk sosok yang sangat berpengaruh di Arab Saudi dan bahkan akun Twitter Syaikh Al-Arifi diikuti oleh jutaan orang dari seluruh dunia.