Mayat muslim dibakar setelah dibantai
"Krisis
di CAR telah berubah menjadi genosida yang dilakukan terhadap warga Muslim
negara ini, dengan respon bisu dari masyarakat dunia, dalam peristiwa yang
mengingatkan kita pada genosida Tutsi di Republik Rwanda yang telah
mempermalukan rasa kemanusiaan sampai hari ini," kata organisasi Union
of African Scholars dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari
Sabtu, 15 Februari dan dikutip dari OnIslam.net, Minggu (16/2).
"Metode
mengerikan dari kejahatan ini, termasuk mutilasi dan membakar korban
hidup-hidup di depan kamera, bahkan terhadap wanita dan anak-anak yang tidak
melakukan perlawanan, memerlukan reaksi yang tepat dengan mengejar para
penjahat dan membawa mereka ke pengadilan," tambah pernyataan tersebut.
Awal
bulan ini, kelompok HAM Amnesty International mengatakan, telah terjadi
“pembersihan etnis” di CAR, negara yang didera oleh kudeta dan kekacauan
politik selama beberapa dekade. Laporan Amnesty International menyebut, terjadi
sedikitnya 200 pembunuhan warga sipil Muslim oleh kelompok-kelompok milisi
Kristen yang dikenal sebagai “anti-Balaka”.
Massa
Kristen, bergerak dari satu daerah ke daerah lain menargetkan tempat-tempat
ibadah Muslim di Afrika Tengah. Milisi Kristen juga membunuh umat Islam dan
menjarah barang-barang mereka. “Dari 36 masjid yang awalnya berdiri di
Bangui, hari ini, mereka tinggal kurang dari sepuluh,” kata Imam Oumar Kobine
Layama, seorang pemimpin komunitas Muslim di Afrika Tengah kepada Anadolu
Agency (12/02) yang kemudian dilansir Onislam.net.
Selama
beberapa minggu terakhir, ribuan Muslim sipil yang ketakutan melarikan diri
dari pembunuhan, penjarahan dan pelecehan yang dilakukan oleh milisi bersenjata
kristen yang bernama milisi anti-Balaka. Meskipun terjadi peningkatan serangan
yang menargetkan masjid, beberapa Muslim Afrika Tengah menemukan masjid
di distrik Kilometer 5 sebagai tempat berlindung yang tersisa untuk ribuan
muslim.
“Kami
biasa untuk hidup harmoni dengan orang-orang Kristen di negara ini selama
bertahun-tahun,” Marriam, seorang wanita tua yang berlindung di sebuah
masjid di Kilometer 5, mengatakan kepada Anadolu Agency.
“Kami
tidak tahu siapa yang meracuni pikiran mereka untuk memulai pembunuhan ini. Ini
adalah negara kami, tapi mereka mengatakan kepada kami untuk meninggalkan atau
mereka akan membunuh kami,” tambah Marriam sambil menangis.
Masjid
pusat di distrik Kilometer 5 berfungsi sebagai fasilitas pengungsi di mana
anak-anak bermain, perempuan memasak dan laki-laki berpatroli untuk
memastikan keamanan.
Mau mengungsi pun tidak mudah bagi Muslim Afrika Tengah. Tiga orang
Muslim dibunuh dengan senjata tajam di pasar utama di Bangui, ibu kota Republik
Afrika Tengah (CAR), pada Sabtu (22/02) ketika hendak mengungsi.
muslim dibantai ramai-ramai
Ketiga
orang Muslim malang itu tengah naik taksi ke pangkalan militer M’poko
dekat bandara Bangui saat pengemudi taksi tiba-tiba menepi dan berteriak kepada
massa Kristen bahwa ia sedang mengkut penumpang muslim. Area bandara Bangui
saat ini memang menjadi tempat mengungsi bagi umat Islam yang dikejar-kejar
massa Kristen radikal, seperti dilaporkan Worldbulletin.
Mereka diseret keluar dari taksi dan dibacok sampai mati dengan senjata tajam. Massa Kristen segera melarikan diri dari TKP seiring dengan kedatangan kontingen Kamerun dari pasukan penjaga perdamaian Afrika, MIISKA.
Mereka diseret keluar dari taksi dan dibacok sampai mati dengan senjata tajam. Massa Kristen segera melarikan diri dari TKP seiring dengan kedatangan kontingen Kamerun dari pasukan penjaga perdamaian Afrika, MIISKA.
Republik
Afrika Tengah adalah sebuah negara yang tidak memiliki garis pantai namun kaya
mineral, menjadi ajang konflik pada bulan Maret tahun lalu ketika pemberontak
Seleka menggulingkan François Bozize, seorang Kristen, yang berkuasa setelah
kudeta 2003.
mayat-mayat muslim berserakan dibantai oleh kafir kristen ajaran kasih Yesus
Selama
beberapa minggu terakhir, milisi Kristen anti-Balaka menggerebek rumah Muslim,
membunuh anak-anak dan perempuan dan menjarah dan merusak properti.
Seiring dengan pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan penangkapan sewenang-wenang dan penahanan di Afrika Tengah yang dilanda konflik, penyelidikan PBB juga menemukan bukti kekerasan seksual kepada para muslimah.
Seiring dengan pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan penangkapan sewenang-wenang dan penahanan di Afrika Tengah yang dilanda konflik, penyelidikan PBB juga menemukan bukti kekerasan seksual kepada para muslimah.
wajah-wajah iblis salibis
Kekejaman
yang dialami kaum Muslim Afrika Tengah berlangsung secara sitematis dengan
pasukan penjaga Perdamaian Perancis terlibat. Sekjen Komisi Internasional untuk
Pengenalan Rasulullah saw., Khalid Abdurrahman Syayi’, meminta Uni Eropa
melakukan tekanan kepada Perancis untuk menghentikan aksi-aksi kejam terhadap
warga Muslim di Afrika Tengah.
Khalid menyatakan, pembantaian yang dialami warga Muslim Afrika Tengah terjadi karena kerja sama milisi Kristen, pasukan pemerintah, dan juga pasukan Perancis yang sebenarnya bertugas menjaga perdamaian dan mencegah terjadinya pertumpahan darah di negara tersebut.
Khalid menyatakan, pembantaian yang dialami warga Muslim Afrika Tengah terjadi karena kerja sama milisi Kristen, pasukan pemerintah, dan juga pasukan Perancis yang sebenarnya bertugas menjaga perdamaian dan mencegah terjadinya pertumpahan darah di negara tersebut.
kapan penderitaan muslim Afrika berakhir
Pernyataan
ini didasarkannya para kesaksian saksi mata yang bisa dihubunginya di Afrika
Tengah. Menurut saksi mata tersebut, aksi pembantaian dilakukan dengan
sistematis dan sangat kejam. Warga Muslim dibakar, dimutilasi, di putus
lehernya, dipotong kelaminnya hingga tewas, dan sebagainya. Telah ratusan warga
Muslim yang menjadi korban, dan ratusan ribu lainnya mengungsi k negara
tetangga.
Menurut
Khalid, di antara bukti keterlibatan pasukan Perancis adalah merampas senjata
warga Muslim yang sebenarnya digunakan untuk membela diri. Setelah tanpa
senjata, milisi-milis Kristen dengan mudah menyerang dan membantai mereka.
Majalah
politik dunia, Foreign Policy, edisi 31 Januari 2014, seperti dilansir
dakwatuna, mengangkat laporan tentang krisis kemanusiaan yang terjadi di
Afrika Tengah. Berikut laporan tersebut seperti diringkas dalam situs elmarsad.
Muslimin Afrika Tengah terancam eksistensinya karena pembantaian besar-besaran
yang dilakukan kelompok Kristen. Mereka menjarah dan membakari rumah. Sambil
menghancurkan masjid, mereka berteriakan, “Kami tidak ingin ada seorang Muslim
di sini. Kami akan bantai mereka semua. Negeri ini milik orang-orang Kristen.”
pengungsi muslim afrika tengah
Lalu
mayat-mayat itu dikubur begitu saja dalam pekuburan massal tanpa didata nama
dan identitas mereka. Data di kantor otopsi menyebutkan telah puluhan ribu
korban meninggal dalam beberapa bulan terakhir kerusuhan di sana.
Koalisi
Seleka adalah kelompok pejuang Muslimin yang telah berhasil mengepung kota
Bangui dan menggulingkan pemerintahan Bozize pada awal tahun 2013. Namun tak
lama kemudian, mereka kehilangan beberapa kekuatan dan wilayahnya. Sedangkan
kelompok Kristen yang menamakan dirinya “Kelompok Perlawanan Parang” semakin
menggencarkan serangannya di wilayah-wilayah sipil Muslimin yang telah
ditinggalkan pasukan Seleka.
PBB
menampakkan usaha meredakan kondisi dengan mengirim pasukan penjaga perdamaian,
namun pembantaian tidak juga berkurang. Pasukan perdamaian ini justru berpihak
kepada Kristen Pembantai. Pada tanggal 14 Januari yang lalu, terjadi
peristiwa yang sangat memilukan di kota Buyala, 200 KM utara ibukota.
mengungsi demi menyelamatkan aqidah dan menghindari kekejaman kafir kristen
muslim yang tidak sempat melarikan diri akan jadi mayat
Di
tempat pengungsian Muslimin, Dayro Soba (25 tahun) menceritakan kejadian yang
dialaminya. Dia tertembak senjata api di lututnya saat milisi “Parang”
menyerang kampungnya. Kakak, ayah, dan pamannya meninggal dunia karena sabetan
parang bersama 34 orang Muslimin lainnya, termasuk kepala kampungnya.
Masyarakat
internasional seperti tak mau tau. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon awal
bulan hanya berkomentar basa basi, memperingatkan bahwa konflik agama di
RAT berpotensi membelah negara itu menjadi dua kubu, Islam dan Kristen.
"Warga Muslim dan Kristen dibunuh dan dipaksa mengungsi. Kebrutalan
sektarian ini mengubah demografi negara tersebut," kata Ban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar