Jumat, 07 Maret 2014

Muslim Afrika Tengah Dibantai, Dunia pura-pura tidak tahu

 Mayat muslim dibakar setelah dibantai

Memilukan melihat gambar-gambar pembantaian kaum Muslimin di Afrika Tengah (RAT-Republik Afrika Tengah / CAR-Center Africa Republic). Kebiadaban yang tiada terkira masih bisa berlangsung pada jaman kiwari ini dengan dunia internasional membisu. Ini hanya bisa terjadi karena korban pembantaian adalah warga Muslim dan pembantaianya adalah Kristen.  Tapi, sebaliknya, kalau ada satu orang saja umat Kristen dibunuh, beritanya sudah menyebar kedunia dan dunia begitu ramainya menuntut keadilan dan hebohnya tidak habis-habis.

"Krisis di CAR telah berubah menjadi genosida yang dilakukan terhadap warga Muslim negara ini, dengan respon bisu dari masyarakat dunia, dalam peristiwa yang mengingatkan kita pada genosida Tutsi di Republik Rwanda yang telah mempermalukan rasa kemanusiaan sampai hari ini," kata organisasi Union of African Scholars dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu, 15 Februari dan dikutip dari OnIslam.net, Minggu (16/2).

"Metode mengerikan dari kejahatan ini, termasuk mutilasi dan membakar korban hidup-hidup di depan kamera, bahkan terhadap wanita dan anak-anak yang tidak melakukan perlawanan, memerlukan reaksi yang tepat dengan mengejar para penjahat dan membawa mereka ke pengadilan," tambah pernyataan tersebut.
Awal bulan ini, kelompok HAM Amnesty International mengatakan, telah terjadi “pembersihan etnis” di CAR, negara yang didera oleh kudeta dan kekacauan politik selama beberapa dekade. Laporan Amnesty International menyebut, terjadi sedikitnya 200 pembunuhan warga sipil Muslim oleh kelompok-kelompok milisi Kristen yang dikenal sebagai “anti-Balaka”.
mayat muslim dimakan oleh kristen kanibal

Massa Kristen, bergerak dari satu daerah ke daerah lain menargetkan tempat-tempat ibadah Muslim di Afrika Tengah. Milisi Kristen juga membunuh umat Islam dan menjarah  barang-barang mereka. “Dari 36 masjid yang awalnya berdiri di Bangui, hari ini, mereka tinggal kurang dari sepuluh,” kata Imam Oumar Kobine Layama, seorang pemimpin komunitas Muslim di Afrika Tengah kepada Anadolu Agency (12/02) yang kemudian dilansir Onislam.net.

Selama beberapa minggu terakhir, ribuan Muslim sipil yang ketakutan melarikan diri dari pembunuhan, penjarahan dan pelecehan yang dilakukan oleh milisi bersenjata kristen yang bernama milisi anti-Balaka. Meskipun terjadi peningkatan serangan yang menargetkan masjid, beberapa Muslim Afrika Tengah menemukan masjid  di distrik Kilometer 5 sebagai tempat berlindung yang tersisa untuk ribuan muslim.
“Kami biasa untuk hidup harmoni dengan orang-orang Kristen di negara ini selama bertahun-tahun,” Marriam, seorang wanita tua yang berlindung di sebuah masjid  di Kilometer 5, mengatakan kepada Anadolu Agency.
“Kami tidak tahu siapa yang meracuni pikiran mereka untuk memulai pembunuhan ini. Ini adalah negara kami, tapi mereka mengatakan kepada kami untuk meninggalkan atau mereka akan membunuh kami,” tambah Marriam sambil menangis.
Masjid pusat di distrik Kilometer 5 berfungsi sebagai fasilitas pengungsi di mana anak-anak bermain, perempuan  memasak dan laki-laki berpatroli untuk memastikan keamanan.

 
muslim dibantai ramai-ramai

Mau mengungsi pun tidak mudah bagi Muslim Afrika Tengah.  Tiga orang Muslim dibunuh dengan senjata tajam di pasar utama di Bangui, ibu kota Republik Afrika Tengah (CAR), pada  Sabtu (22/02) ketika hendak mengungsi.
Ketiga orang Muslim malang itu tengah naik taksi ke  pangkalan militer M’poko dekat bandara Bangui saat pengemudi taksi tiba-tiba menepi dan berteriak kepada massa Kristen bahwa ia sedang mengkut penumpang muslim. Area bandara Bangui saat ini memang menjadi tempat mengungsi bagi umat Islam yang dikejar-kejar massa Kristen radikal, seperti dilaporkan Worldbulletin.

Mereka diseret keluar dari taksi dan dibacok sampai mati dengan senjata tajam. Massa Kristen segera melarikan diri dari TKP seiring dengan kedatangan kontingen Kamerun dari pasukan penjaga perdamaian Afrika, MIISKA.

Republik Afrika Tengah adalah sebuah negara yang tidak memiliki garis pantai namun kaya mineral, menjadi ajang konflik pada bulan Maret tahun lalu ketika pemberontak Seleka menggulingkan François Bozize, seorang Kristen, yang berkuasa setelah kudeta 2003.  

mayat-mayat muslim berserakan dibantai oleh kafir kristen ajaran kasih Yesus

Pada bulan Januari ini, Catherine Samba-Panza, walikota Bangui, dilantik sebagai presiden perempuan pertama CAR. Dia menggantikan Michel Djotodia, presiden Muslim pertama dinegara itu sejak kemerdekaannya dari Prancis pada tahun 1960, yang mengundurkan diri awal bulan ini karena tekanan internasional dan regional.
Selama beberapa minggu terakhir, milisi Kristen anti-Balaka menggerebek rumah Muslim, membunuh anak-anak dan perempuan dan menjarah dan merusak properti.

Seiring dengan pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan penangkapan sewenang-wenang dan penahanan di Afrika Tengah yang dilanda konflik, penyelidikan PBB juga menemukan bukti kekerasan seksual kepada para muslimah.


 wajah-wajah iblis salibis

Kekejaman yang dialami kaum Muslim Afrika Tengah berlangsung secara sitematis dengan pasukan penjaga Perdamaian Perancis terlibat. Sekjen Komisi Internasional untuk Pengenalan Rasulullah saw., Khalid Abdurrahman Syayi’, meminta Uni Eropa melakukan tekanan kepada Perancis untuk menghentikan aksi-aksi kejam terhadap warga Muslim di Afrika Tengah.

Khalid menyatakan, pembantaian yang dialami warga Muslim Afrika Tengah terjadi karena kerja sama milisi Kristen, pasukan pemerintah, dan juga pasukan Perancis yang sebenarnya bertugas menjaga perdamaian dan mencegah terjadinya pertumpahan darah di negara tersebut.



kapan penderitaan muslim Afrika berakhir
Pernyataan ini didasarkannya para kesaksian saksi mata yang bisa dihubunginya di Afrika Tengah. Menurut saksi mata tersebut, aksi pembantaian dilakukan dengan sistematis dan sangat kejam. Warga Muslim dibakar, dimutilasi, di putus lehernya, dipotong kelaminnya hingga tewas, dan sebagainya. Telah ratusan warga Muslim yang menjadi korban, dan ratusan ribu lainnya mengungsi k negara tetangga.
Menurut Khalid, di antara bukti keterlibatan pasukan Perancis adalah merampas senjata warga Muslim yang sebenarnya digunakan untuk membela diri. Setelah tanpa senjata, milisi-milis Kristen dengan mudah menyerang dan membantai mereka.

Majalah politik dunia, Foreign Policy, edisi 31 Januari 2014, seperti dilansir dakwatuna,  mengangkat laporan tentang krisis kemanusiaan yang terjadi di Afrika Tengah. Berikut laporan tersebut seperti diringkas dalam situs elmarsad. Muslimin Afrika Tengah terancam eksistensinya karena pembantaian besar-besaran yang dilakukan kelompok Kristen. Mereka menjarah dan membakari rumah. Sambil menghancurkan masjid, mereka berteriakan, “Kami tidak ingin ada seorang Muslim di sini. Kami akan bantai mereka semua. Negeri ini milik orang-orang Kristen.”


pengungsi muslim afrika tengah
Terdapat berlembar-lembar daftar korban meninggal di ruang otopsi ibu kota, Bangui. Dari tubuh mereka, terlihat sebab meninggal karena dipenggal kepalanya, disiksa, dihukum mati tanpa proses hukum, terkena tembakan, ledakan, dibakar, dan sebagainya. Bau mayat yang menyengat membuat mustahil berada di ruangan itu untuk beberapa saat saja.
Lalu mayat-mayat itu dikubur begitu saja dalam pekuburan massal tanpa didata nama dan identitas mereka. Data di kantor otopsi menyebutkan telah puluhan ribu korban meninggal dalam beberapa bulan terakhir kerusuhan di sana.
Koalisi Seleka adalah kelompok pejuang Muslimin yang telah berhasil mengepung kota Bangui dan menggulingkan pemerintahan Bozize pada awal tahun 2013. Namun tak lama kemudian, mereka kehilangan beberapa kekuatan dan wilayahnya. Sedangkan kelompok Kristen yang menamakan dirinya “Kelompok Perlawanan Parang” semakin menggencarkan serangannya di wilayah-wilayah sipil Muslimin yang telah ditinggalkan pasukan Seleka.
PBB menampakkan usaha meredakan kondisi dengan mengirim pasukan penjaga perdamaian, namun pembantaian tidak juga berkurang. Pasukan perdamaian ini justru berpihak kepada Kristen Pembantai.  Pada tanggal 14 Januari yang lalu, terjadi peristiwa yang sangat memilukan di kota Buyala, 200 KM utara ibukota.  

mengungsi demi menyelamatkan aqidah dan menghindari kekejaman kafir kristen
Seorang ibu muda bernama Fathimah Yamasa berada dalam sebuah kendaraan umum. Di tengah perjalanan, kendaraan dihentikan oleh milisi Kristen untuk diperiksa. Karena yakin akan segera meninggal, Fathimah menyerahkan anaknya yang masih berusia 7 bulan kepada seorang ibu Kristen yang bersamanya di kendaraan. Fathimah pun meninggal dunia dengan tubuh terkoyak parang bersama dua ibu lainnya dan empat orang anaknya.

muslim yang tidak sempat melarikan diri akan jadi mayat
Itu hanya satu kisah di Buyala. Ketika milisi “Parang” Kristen berhasil merebut kota ini sebelumnya, mereka membunuhi warga Musliminnya secara serampangan. Ada mayat-mayat yang dibuang ke sumur. Personil Palang Merah mengevakuasi mayat-mayat tersebut. Air sumur tidak bisa lagi dimanfaatkan hingga akhirnya juga ditutup.
Di tempat pengungsian Muslimin, Dayro Soba (25 tahun) menceritakan kejadian yang dialaminya. Dia tertembak senjata api di lututnya saat milisi “Parang” menyerang kampungnya. Kakak, ayah, dan pamannya meninggal dunia karena sabetan parang bersama 34 orang Muslimin lainnya, termasuk kepala kampungnya.
Masyarakat internasional seperti tak mau tau. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon awal bulan hanya berkomentar basa basi,  memperingatkan bahwa konflik agama di RAT berpotensi membelah negara itu menjadi dua kubu, Islam dan Kristen. "Warga Muslim dan Kristen dibunuh dan dipaksa mengungsi. Kebrutalan sektarian ini mengubah demografi negara tersebut," kata Ban. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar