Minggu, 06 Desember 2015

BENARKAH INJIL YANG ADA DITANGAN UMAT KRISTEN ADALAH TULISAN PARA SAHABAT JESUS?

Paulus sedang menulis surat yang akhirnya dijadikan bagian kitab Injil

Benarkah Injil yang di Genggam Umat Cristiani Ini Adalah Tulisan Para Sahabat  yesus yang masuk ke dalam Injil kanonik ? Seperti Markus, Matius ,Lukas Dan Johanes Bin Zabdi ?

1. MARKUS

Para pakar Alkitab dan sejarawan sependapat bahwa dalam kitab Perjanjian Baru hanya Surat-surat Paulus yang dianggap ditulis oleh Paulus. Itu pun tidak semuanya. Semua Injil yang ada dalam kitab Perjanjian Baru ditulis oleh orang misterius yang tidak dikenal. Perhatikan pernyataan Prof. Sanders dalam bukunya yang sama halaman 63-64:

"We do not know who wrote the gospels.... Present evidence indicates that the gospels remained unfitted until the second half of the second century. I have summarized this evidence elsewhere...The gospels as we have them were quoted in the first half of the second century, but always anonimously. . Names suddenly appear about the year 180."

(Kita tidak tahu siapa yang menulis Injil-injil..... Bukti- bukti yang ada menunjukkan bahwa Injil-injil tetap tidak memiliki nama sampai pada tahun 150an. Saya telah memeriksa bukti-buktinya di mana-mana. Injil-injil sebagaimana yang kita miliki telah dikutip sebelum tahun 150an, tetapi tanpa nama... Nama-nama penulis tiba-tiba muncul sekitar tahun 180)

Lembaga Biblika Indonesia mengakui bahwa sampai saat ini penulis Injil Markus masih belum jelas, meski diduga bahwa penulisnya adalah bukan Yesus dan bukan pula murid Yesus, melainkan orang lain yg diduga sebagai murid Petrus. Injil Markus ditulis sekitar 65 M atau 70 M.

2. MATIUS
Pendapat misionaris yg mengatakan bahwa Injil Matius ditulis oleh murid Yesus yg bernama Matius yg berprofesi sebagai pemungut cukai ditentang oleh teolog2 yg lain.

“Tradisi-tradisi kuno menganggap bahwa Injil ini berasal dari Rasul Matius, tetapi para ilmuawan sekarang menolak pendapat ini. Pengarangnya secara tepat masih dapat diberi nama Matius. Matius menyontek Injil Markus secara bebas. Padahal ketika Yesus mengajar, Markus adalah anak yg masih ingusan yg belum pernah bertemu Yesus.” (J.B.Philips, The Gospels Translated into Modern English)

“Menurut pendapat kita, pengarang Injil Matius bukannya seorang dari kedua-belas Rasul, melainkan seorang Kristen berbangsa Yahudi yg tidak dikenal.” (K.Riedel, Tafsiran Injil Matius)

3. LUKAS
Dalam Injil ini tak ada satu keterangan pun yg mengatakan bahwa Lukas adalah murid Yesus. Pendapat yg mengatakan bahwa Lukas dan Markus adalah nama lain dari Bartolomeus dan Thomas adalah tidak benar, karena tidak ada ayat dan fakta sejarah yg mendukungnya..
Riwayat lain mengatakan bahwa Lukas adalah dokter pribadi Paulus. Karena dalam Injil Lukas (Kisah Rosul2) kelihatan sekali kalau Paulus sangat diagungkan, bahkan mendapat gelar Hermes (Dewa Romawi yg terkenal).

4. YOHANES
“Memang ada banyak kejadian yg diceritakan dalam Injil Yohanes berdasarkan pada sejarah, termasuk penyaliban itu sendiri. Tetapi itu semua sudah melewati penyulingan otak penginjil terkait, lalu keluar dalam keadaan sudah berubah.” (Crawford Burkitt, sarjana Bibel Perancis)

Lembaga Al-Kitab Indonesia dalam buku Injil Yohanes Edisi Studi, halaman 7 mengatakan bahwa penulis Injil Yohanes masih belum diketahui secara pasti. Karena Yohanes Sang Pembaptis sudah dibunuh oleh Raja Herod Agrippa II semasa ‘Isa ‘alaihi salam (Yesus) masih hidup. Sedangkan Yahya (Yohanes) bin Yabdi, salah satu murid Yesus konon juga sudah tewas dalam penjara tahun 67M)

Ya Mereka ini adalah orang-orang Romawi pengikut Paulus yang menulis Injil bukan untuk bacaan umat Yahudi (umatnya Yesus) tetapi untuk kepentingan orang-orang Romawi penganut filsafat Yunani.
Sebenarnya ada lebih 300 Injil yang berbeda-beda yang tersebar di masing-masing gereja tanpa diketahui siapa penulisnya.Pemberian nama-nama Injil baru diberikan tahun 180 demi kepentingan mempertahankan Injil-injil yang diinginkan untuk masuk dalam kanonisasi Alkitab.

Jadi kalau pembaca melihat nama Matius dan Yohanes, jangan sekali-kali membayangkan bahwa Injil yang mencantumkan nama mereka adalah tulisan mereka.
Ini hanyalah sekedar upaya Gereja mencatut nama mereka agar sidang kanonisasi mau menerimanya masuk dalam Alkitab. Ini dijelaskan pula oleh Professor Alvar Ellegard, dari University of Guteborg, Sweden dalam bukunya Jesus, One Hundred Years before Christ, halaman 188:

"Thus we can only conclude that ascribing the authorship of the Gospels to a certain of Jesus' disciples was a step taken towards the mid- second century AD by member of the Church who, like Papias and Justin, were eager to find - or indeed fabricated -support for the view that the Gospels they chose to accept as canonical were the memories of Jesus' contemporaries"

(Dengan demikian kita hanya dapat menyimpulkan bahwa dengan mencatut nama- nama murid-murid Yesus sebagai penulis Injil-injil adalah suatu langkah yang diambil menjelang tahun 150an oleh para pemimpin Gereja yang, seperti Papias dan Justin, sangat bersemangat untuk memperoleh - atau benar- benar memalsukan - dukungan agar orang berpendapat bahwa Injil-injil yang mereka pilih sebagai kitab suci tersebut adalah tulisan mereka yang sezaman dengan Yesus)

Dengan mencantumkan nama murid-murid Yesus berarti Injil tersebut harus diterima karena ditulis oleh murid Yesus atau saksi mata kehidupan Yesus. Oleh karena itu kalau pembaca melihat bahwa Matius dan Markus sudah melantik Yesus menjadi Anak Allah, atau Yohanes melantik Yesus menjadi (Logos penyembah berhala,) harap jangan kaget atau terkecoh!
Janganlah pembaca bermimpi bahwa Matius murid Yesus yang hidup siang malam dengan Yesus dan sama-sama orang Yahudi, akan lancang mengatakan bahwa Yesus Anak Allah, seperti ajaran Platonis yang dipromosikan oleh Paulus, atau ramai-ramai makan babi.

Demikian pula jangan sampai pembaca terkecoh bahwa Johanes murid kesayangan Jesus akan tega mengkhianati tuannya dengan melantiknya menjadi Logos penyembah berhala yang turun dari sorga ke dunia untuk menebus dosa manusia, sebagaimana yang dipromosikan Paulus dalam Suratnya kepada jemaat di Filipi. Semua ini adalah hasil kerja pengikut-pengikut setia Paulus yang siap melakukan apa saja untuk mendukung tuannya.

Pendeta Gaius meyakini bahwa penulis Injil Yohanes adalah seorang GNOSTIK bernama Corinthus. Corinthus kemungkinan besar adalah seorang anggota Jemaat Nikolaus yg terlibat dalam konspirasi pembentukan Agama Kristen seperti sekarang ini. Bukti bahwa

Injil Yohanes adalah sebuah karya gnostik adalah sbb:

TEOLOGI PAGAN
Menurut Poimandres, dewa Pagan digambarkan sebagai Akal (nous) dan Firman (logos). Tuhan sebagai Akal memancarkan Firman yg hidup dan menjadi Anak Tuhan. Sama dengan dalam Injil Yohanes 1: 1-5

TEORI KULTUS KESUBURAN
Tuhan berinkaranasi menjadi anakNya sendiri dalam bentuk manusia yg berjalan di atas bumi, dibunuh, dan dibangkitkan kembali sebagai penjelamaan dari panen dan kehidupan tumbuh2an. Lihat Injil Yohanes 1:14

TEOLOGI DUALISME
Doktrin2 Majusi Persia meyakini bahwa Tuhan (Ahura Mazda) telah menjadikan Mitra, Tuhan Kebenaran dan Cahaya, sebagai zat yg memeliki keagungan yg sejajar dg diriNya. Lihat Injil Yohanes 1:6-14

apa itu GNOSTIK ? Gnostik berkembang dari abad kedua hingga abad keempat Masehi. Gnostik merupakan paham terbalik dari agnostic. Gnostik berasal dari bahasa yunani yaitu gnosis yang berarti pengetahuan dan merujuk pada pengetahuan mistis atau rahasia dari Allah dan penyatuan diri dengan Allah.

Salah satu bukti berdasarkan ayat dalam Bibel bahwa Perjanjian Baru tidak ditulis oleh murid-murid Yesus tetapi ditulis oleh orang lain dg mengatas namakan mereka perhatikan dengan cermat ayat berikut ini!!!

Matius 9:9
“Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.”

Ayat di atas bukanlah Matius yg menulis melainkan orang lain,sebab jika matius sendiri yang menulis maka ayat itu akan berbunyi

Matius 9:9
“Setelah Jesus pergi dari situ, dia melihat daku duduk di rumah cukai, dan dia (Jesus) berkata kepada aku, “Ikutlah Aku” maka aku pun berdiri dan mengikutinya”

Demikian pula Gereja, tetap saja menyembunyikan kepada jemaat mereka kenyataan bahwa Injil yang mereka pilih sesungguhnya bukan hasil kerja murid-murid Yesus. Ini dijelaskan pula secara detail oleh Herman Hendrickx dalam bukunya From One Jesus, to four Gospels." Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Spong dalam bukunya Why Christianity Must Change or Die, halaman XV:

"I contended that the authors of the synoptic Gospels, Matthew, Mark, and Luke, were not eyewitnesses, nor were these Gospels even based primarily on eyewitness memories of the life of Jesus."

(Saya yakin bahwa para penulis Injil-injil Matius, Markus dan Lukas, bukanlah saksi mata, dan bahkan Injil- injil ini malah tidak didasarkan pada catatan-catatan para saksi mata kehidupan Yesus)

Iktikad kurang baik Gereja juga terlihat dari penempatan Injil-injil sebelum Surat-surat Paulus yang dapat memberi kesan keliru seakan-akan cerita tentang kelahiran Yesus, cerita tentang kematian, kebangkitan maupun terangkat ke sorga sudah ada sebelum Paulus menulis Surat- suratnya.

Padahal kenyataannya hampir semua adalah mitos yang baru dibuat-buat puluhan tahun setelah surat-surat Paulus selesai ditulis berdasarkan kepentingan narasi untuk mendukung ajaran Paulus.

Belum lagi ribuan perubahan maupun tambahan ayat-ayat palsu yang baru dibuat oleh penyalin-penyalin Injil yang pada ujung-ujungnya bermuara pada Yesus sebagai Juruselamat sebagaimana yang diinginkan Paulus...

“Apakah kamu masih mengharapkan mereka (Bani Israel.) akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar Firman Allah, lalu mereka mengubahnya(Orang-Orang Yahudi Yang Gemar Merubah Kalimat Allah.) setelah mereka memahaminya,sedang mereka mengetahui? (QS.Al Baqarah :75)

Reverensi

Herman Hendrickx in her book From One Jesus, to four ospels. "The same opinion was also expressed by Spong in his book Why Christianity Must Change or Die,

Book DR. H. Sanihu Munir, SKM, MPH.Save saviour

Books Prof. Sanders, and Professor Alvar Ellegard, from the University of Guteborg, Sweden in his book Jesus, One Hundred Years before Christ,