Syarifuddin
Khalifah, bayi ajaib asal Afrika kini telah menjadi Mubaligh dewasa
TANZANIA - Masih
hangat dalam ingatan saat dunia gempar akan bayi ajaib non-Muslim Afrika
menolak untuk dibaptis di tahun 90-an. Kini, Syarifuddin Khalifah telah dewasa,
dan menjadi mubaligh yang mengislamkan ribuan orang. Demikian dikutip SMAZ dari Buku
Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin
Khalifah, Senin (16/3/2015).
“Mama, unisibi baptize naamini kwa Allah, na jumbe wake Muhammad.”
“Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah
orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad,” begitu sepenggal
kalimat penolakan Syarifuddin saat berusia 2 bulan saat hendak dibaptis.
Ayah dan ibunya, Domisia-Francis, pun
bingung. Kemudian didatangkan seorang pendeta untuk berbicara kepada bayinya
itu: “Are You Yesus?” (Apakah kamu Yesus?).
Kemudian dengan tenang sang bayi Syarifuddin
menjawab: “No, I’m not Yesus. I’m created by God. God, The same God who
created Jesus.” (Tidak, aku bukan Yesus. Aku diciptakan oleh Tuhan,
Tuhan yang sama dengan yang menciptakan Yesus). Saat itu ribuan umat Kristen di
Tanzania dan sekitarnya dipimpin bocah ajaib itu mengucapkan dua kalimat
syahadat.
Bocah Afrika kelahiran 1993 itu lahir di
Tanzania Afrika, anak keturunan non-Muslim. Sekarang bayi itu sudah remaja,
setelah ribuan orang di Tanzania-Kenya memeluk agama Islam berkat dakhwahnya
semenjak kecil. Syarifuddin Khalifah namanya, bayi ajaib yang mampu berbicara
berbagai bahasa seperti Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Ia pun
pandai berceramah dan menterjemahan al-Qur’an ke berbagai bahasa tersebut. Hal
pertama yang sering ia ucapkan adalah: “Anda bertaubat, dan anda akan diterima
oleh Allah Swt.”
Syarifuddin Khalifah hafal al-Qur’an 30 juz
di usia 1,5 tahun dan sudah menunaikan shalat 5 waktu. Di usia 5 tahun ia mahir
berbahasa Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Satu bukti kuasa Allah
untuk menjadikan manusia bisa bicara dengan berbagai bahasa tanpa harus
diajarkan.
a. Latar Belakang
Syarifuddin Khalifah
Mungkin
Anda terheran-heran bahkan tidak percaya, jika ada orang yang bilang bahwa di
zaman modern ini ada seorang anak dari keluarga non-Muslim yang hafal al-Qur’an
dan bisa shalat pada umur 1,5 tahun, menguasai lima bahasa asing pada usia 5
tahun, dan telah mengislamkan lebih dari 1.000 orang pada usia yang sama. Tapi
begitulah kenyatannya, dan karenanya ia disebut sebagai bocah ajaib; sebuah
tanda kebesaran Allah Swt.
Syarifuddin Khalifah, nama bocah itu. Ia
dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania adalah sebuah negara di Afrika
Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35 persen penduduknya beragama
Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya beragam kepercayaan terutama
animisme. Namun, kota Arusha tempat kelahiran Syarifuddin Khalifah mayoritas
penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua adalah Kristen Anglikan, kemudian
Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu.
Seperti kebanyakan penduduk Ashura, orangtua
Syarifuddin Khalifah juga beragama Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro,
sedangkan ayahnya bernama Francis Fudinkira. Suatu hari di bulan Desember 1993,
tangis bayi membahagiakan keluarga itu. Sadar bahwa bayinya laki-laki, mereka
lebih gembira lagi.
Sebagaimana pemeluk Katolik lainnya, Domisia
dan Francis juga menyambut bayinya dengan ritual-ritual Nasrani. Mereka pun
berkeinginan membawa bayi manis itu ke gereja untuk dibaptis secepatnya. Tidak
ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja. Namun ketika mereka hampir
memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan suara yang aneh. Ternyata suara
itu adalah suara bayi mereka. “Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe
wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman
kepada Allah dan RasulNya, Muhammad).
Mendengar itu, Domisia dan Francis gemetar.
Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu pandang dan sedikit berbincang,
mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya pulang. Tidak jadi
membaptisnya.
Awal Maret 1994, ketika usianya melewati dua
bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak disusui ibunya. Domisia merasa
bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika tidak mau minum ASI. Tetapi,
diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran Domisia tidak terbukti.
Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada penjelasan apapun mengapa
Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau minum ASI dari ibunya setelah
dua bulan.
Di tengah kebiasaan bayi-bayi belajar
mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma” atau lainnya, Syarifuddin
Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai mengeluarkan lafal-lafal
aneh. Beberapa tetangga serta keluarga Domisia dan Francis terheran-heran
melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan berbunyi: “Fatuubuu
ilaa baari-ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum ‘inda baari-ikum,
fataaba ‘alaikum innahuu huwattawwaburrahiim.”
Orang-orang yang takjub menimbulkan kegaduhan
sementara namun kemudian mereka diam dalam keheningan. Sayangnya, waktu itu
mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca Syarifuddin Khalifah adalah QS.
al-Baqarah ayat 54.
Domisia khawatir anaknya kerasukan setan. Ia
pun membawa bayi itu ke pastur, namun tetap saja Syarifuddin Khalifah
mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi kerasukan setan itu
terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal di daerah itu.
Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat itu. Tak kuasa
melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur di dekat bayi itu.
“Francis dan Domisia, sesungguhnya anak
kalian tidak kerasukan setan. Apa yang dibacanya adalah ayat-ayat al-Qur’an.
Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah,” kata Abu Ayub.
Beberapa waktu setelah itu Abu Ayub datang
lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan kepada Francis dan Domisia
ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua butuh waktu dalam pergulatan
batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya mendapatkan hidayah. Mereka masuk
Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka memberikan nama untuk anaknya sebagai
“Syarifuddin Khalifah”.
Keajaiban berikutnya muncul pada usia 1,5
tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu melakukan shalat serta menghafal
al-Qur’an dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun, ia menguasai lima bahasa. Pada
usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan safari dakwah ke berbagai penjuru
Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya, lebih dari seribu orang masuk Islam.
b. Kisah Nyata Syarifuddin
Mengislamkan Ribuan Orang
Kisah
nyata ini terjadi di Distrik Pumwani, Kenya, tahun 1998. Ribuan orang telah
berkumpul di lapangan untuk melihat bocah ajaib, Syarifuddin Khalifah. Usianya
baru 5 tahun, tetapi namanya telah menjadi buah bibir karena pada usia itu ia
telah menguasai lima bahasa. Oleh umat Islam Afrika, Syarifuddin dijuluki
Miracle Kid of East Africa.
Perjalanannya ke Kenya saat itu merupakan
bagian dari rangkaian safari dakwah ke luar negeri. Sebelum itu, ia telah
berdakwah ke hampir seluruh kota di negaranya, Tanzania. Masyarakat Kenya
mengetahui keajaiban Syarifuddin dari mulut ke mulut. Tetapi tidak sedikit juga
yang telah menyaksikan bocah ajaib itu lewat Youtube.
Orang-orang agaknya tak sabar menanti. Mereka
melihat-lihat dan menyelidik apakah mobil yang datang membawa Syarifuddin
Khalifah. Beberapa waktu kemudian, Syaikh kecil yang mereka nantikan akhirnya
tiba. Ia datang dengan pengawalan ketat layaknya seorang presiden.
Ribuan orang yang menanti Syarifuddin
Khalifah rupanya bukan hanya orang Muslim. Tak sedikit orang-orang Kristen yang
ikut hadir karena rasa penasaran mereka. Mungkin juga karena mereka mendengar
bahwa bocah ajaib itu dilahirkan dari kelarga Katolik, tetapi hafal al-Qur’an
pada usia 1,5 tahun. Mereka ingin melihat Syarifuddin Khalifah secara langsung.
Ditemani Haji Maroulin, Syarifuddin menuju
tenda yang sudah disiapkan. Luapan kegembiraan masyarakat Kenya tampak jelas
dari antusiasme mereka menyambut Syarifuddin. Wajar jika anak sekecil itu
memiliki wajah yang manis. Tetapi bukan hanya manis. Ada kewibawaan dan
ketenangan yang membuat orang-orang Kenya takjub dengannya. Mengalahkan
kedewasaan orang dewasa.
Kinilah saatnya Syaikh cilik itu memberikan
taushiyah. Tangannya yang dari tadi memainkan jari-jarinya, berhenti saat
namanya disebut. Ia bangkit dari kursi menuju podium.
Setelah salam, ia memuji Allah dan
bershalawat kepada Nabi. Bahasa Arabnya sangat fasih, diakui oleh para ulama
yang hadir pada kesempatan itu. Hadirin benar-benar takjub. Bukan hanya kagum
dengan kemampuannya berceramah, tetapi juga isi ceramahnya membuka mata hati
orang-orang Kristen yang hadir pada saat itu. Ada seberkas cahaya hidayah yang
masuk dan menelusup ke jantung nurani mereka.
Selain pandai menggunakan ayat al-Qur’an,
sesekali Syarifuddin juga mengutip kitab suci agama lain. Membuat pendengarnya
terbawa untuk memeriksa kembali kebenaran teks ajaran dan keyakinannya selama
ini.
Begitu ceramah usai, orang-orang Kristen
mengajak dialog bocah ajaib itu. Syarifuddin melayani mereka dengan baik.
Mereka bertanya tentang Islam, Kristen dan kitab-kitab terdahulu. Sang Syaikh
kecil mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Dan itulah momen-momen hidayah.
Ratusan pemeluk Kristiani yang telah berkumpul di sekitar Syarifuddin
mengucapkan syahadat. Menyalami tangan salah seorang perwakilan mereka,
Syarifuddin menuntun syahadat dan mereka menirukan: “Asyhadu an laa
ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah.”
Syahadat agak terbata-bata. Tetapi hidayah
telah membawa iman. Mata dan pipi pun menjadi saksi, air mata mulai berlinang
oleh luapan kegembiraan. Menjalani hidup baru dalam Islam. Takbir dari ribuan
kaum Muslimin yang menyaksikan peristiwa itu terdengar membahana di bumi Kenya.
Bukan kali itu saja, orang-orang Kristen
masuk Islam melalui perantaraan bocah ajaib Syarifuddin Khalifah. Di Tanzania,
Libya dan negara lainnya kisah nyata itu juga terjadi. Jika dijumlah, melalui
dakwah Syarifuddin Khalifah, ribuan orang telah masuk Islam. Ajaibnya, itu
terjadi ketika usia Syaikh kecil itu masih lima tahun.
- See more at:
http://www.arrahmah.com/news/2015/03/16/syarifuddin-khalifah-bayi-ajaib-afrika-yang-sudah-dewasa-ini-telah-mengislamkan-ribuan-orang.html#sthash.BlgcyVFn.dpuf