Selamat datang bulan penuh berkah, bulan super bonus..!
Bulan Ramadhan sungguh adalah bulan
penuh dengan limpahan pahala. Bahkan pahala setiap amalan akan dilipatgandakan
di bulan Ramadhan (bulan super bonus). Berikut penjelasannya.
Allah Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ
شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al
Baqarah: 185)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Ta’ala
memuji bulan Ramadhan (bulan puasa) dibanding bulan-bulan lainnya. Di bulan
Ramadhan tersebut, Allah memilihnya sebagai waktu turunnya Al Qur’an yang
mulia. Ini menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa dari
bulan lainnya.
Allah Ta’ala pun telah
mewajibkan puasa Ramadhan. Ini berarti puasa Ramadhan lebih utama dari puasa
lainnya yang dihukumi sunnah. Dan amalan wajib tentu saja harus lebih
didahulukan daripada amalan sunnah. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
وَجَبَ التَّقَرُّبُ بِالْفَرَائِضِ قَبْلَ
النَّوَافِلِ وَالتَّقَرُّبُ بِالنَّوَافِلِ إنَّمَا يَكُونُ تَقَرُّبًا إذَا
فُعِلَتْ الْفَرَائِضُ
“Wajib mendekatkan diri pada Allah
dengan melakukan hal-hal wajib sebelum yang sunnah. Mendekatkan diri pada Allah
dengan perkara yang sunnah bisalah dianggap sebagai ibadah jika yang wajib
dilakukan.”
Telah ada dalil yang menjelaskan
motivasi untuk melaksanakan qiyam ramadhan yaitu shalat tarawih. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam
Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni.”
Begitu pula dalam hadits lainnya diterangkan
mengenai keutamaan melakukan amalan lainnya (amalan apa saja) di bulan
Ramadhan. Sebagaimana yang dikeluarkan dalam Sunan At Tirmidzi dari hadits Abu
Hurairah, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ
رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ
النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ
يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ
الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Pada malam pertama bulan
Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka
ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka,
tidak ada satu pun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada
ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah”.
Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di
bulan Ramadhan”.
Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar Ruhaili hafizhohullah mengatakan, “Dalil ini menunjukkan
keutamaan seluruh amalan kebaikan yang dilakukan di bulan Ramadhan, lebih-lebih
lagi amalan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) setelah puasa wajib, sebagaimana
keterangan yang telah lewat mengenai keutamaan qiyam Ramadhan.”
Dari sinilah ada beberapa hadits
dho’if (hadits lemah) yang menjelaskan bahwa amalan di bulan Ramadhan itu akan
berlipat-lipat pahalanya. Hadits dho’if tersebut masih tercakup dalam hadits
shahih riwayat Tirmidzi di atas.
Berlipatnya pahala amalan di bulan
Ramadhan ini mutlak untuk amalan apa saja sebagaimana diterangkan oleh Syaikh
Ibrahim Ar Ruhaili dalam kitabnya Tajridul Ittiba’. Kita dapat pula
melihat dari perkataan para salaf berikut.
Guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam rahimahumullah pernah mengatakan, “Jika
tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah untuk bersedekah. Karena bersedekah di
bulan tersebut lebih berlipat pahalanya seperti seseorang sedekah di jalan
Allah (fii sabilillah). Pahala bacaaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) lebih
afdhol dari seribu bacaan tasbih di bulan lainnya.”
An Nakho’i rahimahullah mengatakan, “Puasa sehari di bulan
Ramadhan lebih afdhol dari puasa di seribu hari lainnya. Begitu pula satu bacaan
tasbih (berdzikir “subhanallah”) di bulan Ramadhan lebih afdhol dari seribu
bacaan tasbih di hari lainnya. Begitu juga pahala satu raka’at shalat di bulan
Ramadhan lebih baik dari seribu raka’at di bulan lainnya.”
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, “Sebagaimana pahala
amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan
Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua
bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah
puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di
bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam.”
Beberapa contoh amalan yang berlipat ganda
Sedekah
konsep sedekah dalam Islam
senantiasa tumbuh dan bercabang. Merujuk pada Al Baqarah ayat 261, bahwa Allah
senantiasa melipatgandakan sedekah jariyah tiap muslim. Bayangkan saja, tiap
derma diumpamakan sebagai seseorang yang tengah menanam benih. Tumbuh menjadi
tujuh cabang, tiap cabang terdapat seratus tunas baru. Secara matematis
kita bisa mendapat 700 kebaikan dalam tiap sedekah. Tentu jumlah ini akan
berlipat lagi selama Ramadhan. Bukankah di bulan penuh berkah ini, Allah tengah
‘obral’ pahala? 700 kebaikan itu bisa berlipat menjadi 70 kali selama Ramadhan.
Misalkan, kita bersedekah untuk pembangunan masjid sebsar Rp 2,5 juta. Maka
perhitungannya adalah 2,5 juta X 700 x 70 setara dengan 122 miliar! Biaya yang
cukup untuk membangun sebuah pesantren. Tak cuma itu, sedekah selama Ramadhan
adalah yang paling utama. Rasul pernah ditanya, “kapankan sedekah paling
utama?” Rasul bersabda, “sedekah paling baik ialah pada bulan Ramadhan (HR
Tirmidzi).”
Tilawah
Rasul pernah bersabda, bahwa tiap
huruf yang kita baca dalam Al Qur’an sama dengan sepuluh kebaikan. “Aku tidak
mengatakan ‘Alif Laam Miin’ adalah satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam
satu huruf dan Mim satu huruf (HR Tirmidzi).” Bila kita optimal ibadah selama
Ramadhan, bukan tak mungkin kita bisa raih pahala maksimal. Kita asumsikan satu
juz berjumlah 34.233 huruf. Maka selama Ramadhan kita akan mendapat kalkulasi
sebagai berikut; 34.233 X 10 X 70 (potensi maksimal) = 23.963.100 kebaikan!
Sungguh luar biasa.
Masihkah kita hendak melewati
hari-hari Ramadhan tanpa tilawah? Bagaimana dengan malam Lailatul Qadar, malam
yang lebih baik dari seribu bulan. Bila kita hitung, lailatul qadar setara
dengan 354.000 malam. Bila kita membaca satu juz dimalam ini, akan muncul
kalkulasi pahala; 34.233 X 10 X 70 X 354.000 = 8.482.937.400.000 kebaikan! Itu
bila kita baca satu juz dalam satu hari, konon para ulama mampu khatam Al
Qur’an dalam sehari.
Shalat
Salah satu keistimewaan bulan ini
adalah perhitungan ibadah sunnah yang diganjar wajib. Artinya bila kita rajin
shalat rawatib, dhuha, tahiyatul masjid, dan tahajud maka berbahagialah selama
Ramadhan. Karena ibadah-ibadah itu akan dihitung sebagai amalan sahalat wajib.
Sedangkan untuk ibadah wajib berlaku perhitungan berlipat, termasuk untuk
urusan shalat. Memperbanyak shalat sunnah dan berjamaah di masjid mempunyai keutamaan
tersendiri selama Ramadhan.
Bila selain bulan Ramadhan saja,
kita mendapat 27 derajat kebaikan lebih banyak dari shalat berjamaah di masjid.
Tentu saja jumlah itu akan berlipat selama puasa. Apalagi bila kita shalat di
Masjid Nabawi, yang pahalanya lebih baik dari seribu masjid. Bahkan, Rasul
melanjutkan, “shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di
masjid lainnya (HR Ahmad).” Bisa dibayangkan bila kita shalat berjamaah selama
Ramadhan di tanah suci. 27 X 70 X 100.000, begitulah kira-kira kalkulasinya.
Belum lagi dengan keutamaan-keutamaan shalat berjamaah lainnya. Masih berpikir
untuk shalat munfarid?
I’tikaf
Banyak amalan dan kebiasaan yang
Rasul contohkan agar kita menggapai keberkahan Ramadhan. Diantaranya adalah
‘menghidupkan’ malam-malam dan ‘mengencangkan ikat pinggang’ saat memasuki
sepuluh hari terakhir untuk beritikaf. Aisyah berkata, “Rasulullah selalu
itikaf pada sepuluh malam terakhir hingga beliau wafat, kemudian istri-istri
beliau itikaf setelahnya (HR Bukhari dan Muslim).”
Fenomena I’tikaf sebenarnya lumrah
juga dilakukan di bulan lain, tapi khusus bulan Ramadhan, ibadah yang satu ini
semakin banyak dilakukan oleh masyarakat kita. Selain mengikuti sunnah Rasul,
itikaf pun membuka ruang bagi kita untuk mendulang pahala. Kita tidak pergi
itikaf untuk tidur bukan? Tentu selama itikaf kita akan memperbanyak ibadah,
mulai dari shalat, tilawah Al Qur’an, dzikir, hingga menimba ilmu agama. Kita
sudah sama-sama mengetahui berlipatgandanya ibadah-ibadah; shalat dan tilawah.
Nah, selama itikaf kita akan dipermudah untuk melakukannya. Beragam aktivitas
ibadah (yang berlipat pahala) dalam satu aktivitas ibadah; itikaf. Sungguh
kegiatan yang tak cuma efektif, tapi juga banyak mendatangkan keberkahan.
Umrah
“Umrah pada bulan Ramadhan
menyerupai haji.” (HR. Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, “seperti haji
bersamaku.” Tentu saja ini merupakan kabar gembira bagi umat. Mengingat batas
kuota haji yang tiap tahun kian sedikit.
Minimalnya, bila kita tak sempat
berhaji kita pernah berumroh. Sedangkan umroh ketika Ramadhan merupakan yang
terbaik. Hal ini sangat wajar, mengingat pengorbanan yang kita keluarkan tak
sedikit untuk melakukan ibadah yang satu ini. Mulai dari segi materi, fisik,
hingga waktu, ditambah dalam kondisi puasa Ramadhan. Tak cuma keutamaan umroh
itu sendiri yang bernilai tinggi, dengan umroh selama Ramadhan memungikinkan
kita untuk shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Anda sudah bisa
bayangkan berapa pahala yang akan diperoleh bukan? Sungguh sebuah kesempatan
yang sayang bila
dilewatkan.
Puasa
Semua amal ibadah selama bulan
Ramadhan akan berlipat ganda, bukankah Rasul pernah bersabda bahwa amal ibadah
anak Adam akan dilipatgandakan, kecuali puasa. Lho? Pahala puasa hanya
Allah yang tahu. Inilah uniknya ibadah shaum selama Ramadhan, kita
berlomba-lomba meraih ‘obral’ pahala, tetapi kita tak pernah tahu berapa banyak
pahala yang diraih dari puasa. Puasa, mempunyai nilai ibadah ‘vertikal’ yang
snagat tinggi. Bahkan, orang lain takan pernah tahu bila kita tidak berpuasa.
Meski puasa terlihat begitu ‘misterius’ bagi benak manusia. Tetapi bila kita
lakukan dengan iman dan sungguh-sungguh hasilnya akan berbuah ‘manis’.
Sebagaimana sabda Rasul, “barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan
mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu
(HR. Bukhari).” Bagi kita, yang senantiasa berbuat dosa, tentu puasa adalah
solusi.
Intinya, di antara pahala suatu
amalan bisa berlipat-lipat karena amalan tersebut dilaksanakan di waktu yang
mulia yaitu seperti pada bulan Ramadhan. Begitu amalan bisa berlipat pahalanya
jika dilaksanakan di tempat yang mulia (seperti di Makkah dan Madinah) atau
bisa pula berlipat pahalanya karena dilihat dari keikhlasan dan ketakwaan orang
yang mengamalkannya.
Semoga dengan mengetahui hal ini,
kita akan semakin semangat melakukan amalan di bulan suci Ramadhan ini. Apalagi
dengan dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka dan dibelenggunya
setan di bulan Ramadhan, seharusnya kita lebih giat lagi untuk beribadah dan
beramal. Oleh karena itu, janganlah meremehkan satu kebaikan sedikit pun juga
di bulan penuh berkah ini. Semoga Allah beri kemudahan untuk beramal sholih
dengan senantiasa meminta pertolongan Allah, dengan niatan ikhlas karena
mengharap wajah-Nya dan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi
tatimmush sholihaat.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Di edit kembali oleh: Eros Dai