Selasa, 17 Juni 2014

MENYAMBUT “BULAN SUPER BONUS” YANG SEBENTAR LAGI AKAN TIBA

Selamat datang bulan penuh berkah, bulan super bonus..!

Bulan Ramadhan sungguh adalah bulan penuh dengan limpahan pahala. Bahkan pahala setiap amalan akan dilipatgandakan di bulan Ramadhan (bulan super bonus). Berikut penjelasannya.

Allah Ta’ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Ta’ala memuji bulan Ramadhan (bulan puasa) dibanding bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan tersebut, Allah memilihnya sebagai waktu turunnya Al Qur’an yang mulia. Ini menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa dari bulan lainnya.

Allah Ta’ala pun telah mewajibkan puasa Ramadhan. Ini berarti puasa Ramadhan lebih utama dari puasa lainnya yang dihukumi sunnah. Dan amalan wajib tentu saja harus lebih didahulukan daripada amalan sunnah. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

وَجَبَ التَّقَرُّبُ بِالْفَرَائِضِ قَبْلَ النَّوَافِلِ وَالتَّقَرُّبُ بِالنَّوَافِلِ إنَّمَا يَكُونُ تَقَرُّبًا إذَا فُعِلَتْ الْفَرَائِضُ

“Wajib mendekatkan diri pada Allah dengan melakukan hal-hal wajib sebelum yang sunnah. Mendekatkan diri pada Allah dengan perkara yang sunnah bisalah dianggap sebagai ibadah jika yang wajib dilakukan.”

Telah ada dalil yang menjelaskan motivasi untuk melaksanakan qiyam ramadhan yaitu shalat tarawih. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Begitu pula dalam hadits lainnya diterangkan mengenai keutamaan melakukan amalan lainnya (amalan apa saja) di bulan Ramadhan. Sebagaimana yang dikeluarkan dalam Sunan At Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan”.

Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar Ruhaili hafizhohullah mengatakan, “Dalil ini menunjukkan keutamaan seluruh amalan kebaikan yang dilakukan di bulan Ramadhan, lebih-lebih lagi amalan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) setelah puasa wajib, sebagaimana keterangan yang telah lewat mengenai keutamaan qiyam Ramadhan.”

Dari sinilah ada beberapa hadits dho’if (hadits lemah) yang menjelaskan bahwa amalan di bulan Ramadhan itu akan berlipat-lipat pahalanya. Hadits dho’if tersebut masih tercakup dalam hadits shahih riwayat Tirmidzi di atas.

Berlipatnya pahala amalan di bulan Ramadhan ini mutlak untuk amalan apa saja sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Ibrahim Ar Ruhaili dalam kitabnya Tajridul Ittiba’. Kita dapat pula melihat dari perkataan para salaf berikut.

Guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam rahimahumullah pernah mengatakan, “Jika tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah untuk bersedekah. Karena bersedekah di bulan tersebut lebih berlipat pahalanya seperti seseorang sedekah di jalan Allah (fii sabilillah). Pahala bacaaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) lebih afdhol dari seribu bacaan tasbih di bulan lainnya.”

An Nakho’i rahimahullah mengatakan, “Puasa sehari di bulan Ramadhan lebih afdhol dari puasa di seribu hari lainnya. Begitu pula satu bacaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) di bulan Ramadhan lebih afdhol dari seribu bacaan tasbih di hari lainnya. Begitu juga pahala satu raka’at shalat di bulan Ramadhan lebih baik dari seribu raka’at di bulan lainnya.”

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, “Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam.”

Beberapa contoh amalan yang berlipat ganda

Sedekah
konsep sedekah dalam Islam senantiasa tumbuh dan bercabang. Merujuk pada Al Baqarah ayat 261, bahwa Allah senantiasa melipatgandakan sedekah jariyah tiap muslim. Bayangkan saja, tiap derma diumpamakan sebagai seseorang yang tengah menanam benih. Tumbuh menjadi tujuh cabang, tiap cabang terdapat seratus tunas baru. Secara  matematis kita bisa mendapat 700 kebaikan dalam tiap sedekah. Tentu jumlah ini akan berlipat lagi selama Ramadhan. Bukankah di bulan penuh berkah ini, Allah tengah ‘obral’ pahala? 700 kebaikan itu bisa berlipat menjadi 70 kali selama Ramadhan. Misalkan, kita bersedekah untuk pembangunan masjid sebsar Rp 2,5 juta. Maka perhitungannya adalah 2,5 juta X 700 x 70 setara dengan 122 miliar! Biaya yang cukup untuk membangun sebuah pesantren. Tak cuma itu, sedekah selama Ramadhan adalah yang paling utama. Rasul pernah ditanya, “kapankan sedekah paling utama?” Rasul bersabda, “sedekah paling baik ialah pada bulan Ramadhan (HR Tirmidzi).”

Tilawah
Rasul pernah bersabda, bahwa tiap huruf yang kita baca dalam Al Qur’an sama dengan sepuluh kebaikan. “Aku tidak mengatakan ‘Alif Laam Miin’ adalah satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf (HR Tirmidzi).” Bila kita optimal ibadah selama Ramadhan, bukan tak mungkin kita bisa raih pahala maksimal. Kita asumsikan satu juz berjumlah 34.233 huruf. Maka selama Ramadhan kita akan mendapat kalkulasi sebagai berikut; 34.233 X 10 X 70 (potensi maksimal) = 23.963.100 kebaikan! Sungguh luar biasa. 

Masihkah kita hendak melewati hari-hari Ramadhan tanpa tilawah? Bagaimana dengan malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bila kita hitung, lailatul qadar setara dengan 354.000 malam. Bila kita membaca satu juz dimalam ini, akan muncul kalkulasi pahala; 34.233 X 10 X 70 X 354.000 = 8.482.937.400.000 kebaikan! Itu bila kita baca satu juz dalam satu hari, konon para ulama mampu khatam Al Qur’an dalam sehari.

Shalat
Salah satu keistimewaan bulan ini adalah perhitungan ibadah sunnah yang diganjar wajib. Artinya bila kita rajin shalat rawatib, dhuha, tahiyatul masjid, dan tahajud maka berbahagialah selama Ramadhan. Karena ibadah-ibadah itu akan dihitung sebagai amalan sahalat wajib. Sedangkan untuk ibadah wajib berlaku perhitungan berlipat, termasuk untuk urusan shalat. Memperbanyak shalat sunnah dan berjamaah di masjid mempunyai keutamaan tersendiri selama Ramadhan. 

Bila selain bulan Ramadhan saja, kita mendapat 27 derajat kebaikan lebih banyak dari shalat berjamaah di masjid. Tentu saja jumlah itu akan berlipat selama puasa. Apalagi bila kita shalat di Masjid Nabawi, yang pahalanya lebih baik dari seribu masjid. Bahkan, Rasul melanjutkan, “shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya (HR Ahmad).” Bisa dibayangkan bila kita shalat berjamaah selama Ramadhan di tanah suci. 27 X 70 X 100.000, begitulah kira-kira kalkulasinya. Belum lagi dengan keutamaan-keutamaan shalat berjamaah lainnya. Masih berpikir untuk shalat munfarid?

I’tikaf
Banyak amalan dan kebiasaan yang Rasul contohkan agar kita menggapai keberkahan Ramadhan. Diantaranya adalah ‘menghidupkan’ malam-malam dan ‘mengencangkan ikat pinggang’ saat memasuki sepuluh hari terakhir untuk beritikaf. Aisyah berkata, “Rasulullah selalu itikaf pada sepuluh malam terakhir hingga beliau wafat, kemudian istri-istri beliau itikaf setelahnya (HR Bukhari dan Muslim).” 
 
Fenomena I’tikaf sebenarnya lumrah juga dilakukan di bulan lain, tapi khusus bulan Ramadhan, ibadah yang satu ini semakin banyak dilakukan oleh masyarakat kita. Selain mengikuti sunnah Rasul, itikaf pun membuka ruang bagi kita untuk mendulang pahala. Kita tidak pergi itikaf untuk tidur bukan? Tentu selama itikaf kita akan memperbanyak ibadah, mulai dari shalat, tilawah Al Qur’an, dzikir, hingga menimba ilmu agama. Kita sudah sama-sama mengetahui berlipatgandanya ibadah-ibadah; shalat dan tilawah. Nah, selama itikaf kita akan dipermudah untuk melakukannya. Beragam aktivitas ibadah (yang berlipat pahala) dalam satu aktivitas ibadah; itikaf. Sungguh kegiatan yang tak cuma efektif, tapi juga banyak mendatangkan keberkahan.

Umrah 
“Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji.” (HR. Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, “seperti haji bersamaku.” Tentu saja ini merupakan kabar gembira bagi umat. Mengingat batas kuota haji yang tiap tahun kian sedikit.
Minimalnya, bila kita tak sempat berhaji kita pernah berumroh. Sedangkan umroh ketika Ramadhan merupakan yang terbaik. Hal ini sangat wajar, mengingat pengorbanan yang kita keluarkan tak sedikit untuk melakukan ibadah yang satu ini. Mulai dari segi materi, fisik, hingga waktu, ditambah dalam kondisi puasa Ramadhan. Tak cuma keutamaan umroh itu sendiri yang bernilai tinggi, dengan umroh selama Ramadhan memungikinkan kita untuk shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Anda sudah bisa bayangkan berapa pahala yang akan diperoleh bukan? Sungguh sebuah kesempatan yang sayang bila 
dilewatkan.

Puasa
Semua amal ibadah selama bulan Ramadhan akan berlipat ganda, bukankah Rasul pernah bersabda bahwa amal ibadah anak Adam akan dilipatgandakan, kecuali puasa. Lho? Pahala puasa hanya Allah yang tahu. Inilah uniknya ibadah shaum selama Ramadhan, kita berlomba-lomba meraih ‘obral’ pahala, tetapi kita tak pernah tahu berapa banyak pahala yang diraih dari puasa. Puasa, mempunyai nilai ibadah ‘vertikal’ yang snagat tinggi. Bahkan, orang lain takan pernah tahu bila kita tidak berpuasa. Meski puasa terlihat begitu ‘misterius’ bagi benak manusia. Tetapi bila kita lakukan dengan iman dan sungguh-sungguh hasilnya akan berbuah ‘manis’. Sebagaimana sabda Rasul, “barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).” Bagi kita, yang senantiasa berbuat dosa, tentu puasa adalah solusi.

Intinya, di antara pahala suatu amalan bisa berlipat-lipat karena amalan tersebut dilaksanakan di waktu yang mulia yaitu seperti pada bulan Ramadhan. Begitu amalan bisa berlipat pahalanya jika dilaksanakan di tempat yang mulia (seperti di Makkah dan Madinah) atau bisa pula berlipat pahalanya karena dilihat dari keikhlasan dan ketakwaan orang yang mengamalkannya.

Semoga dengan mengetahui hal ini, kita akan semakin semangat melakukan amalan di bulan suci Ramadhan ini. Apalagi dengan dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka dan dibelenggunya setan di bulan Ramadhan, seharusnya kita lebih giat lagi untuk beribadah dan beramal. Oleh karena itu, janganlah meremehkan satu kebaikan sedikit pun juga di bulan penuh berkah ini. Semoga Allah beri kemudahan untuk beramal sholih dengan senantiasa meminta pertolongan Allah, dengan niatan ikhlas karena mengharap wajah-Nya dan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Di edit kembali oleh: Eros Dai