Nabi Muhammad menuntun kita kepada agama Tauhid
Nabi Muhammad sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, beliau
sangat dipercaya sebagai manusia yang sangat amanah, tidak pernah ingkar janji,
tidak pernah berkhianat kepada siapapun. Sehingga pada saat itu orang-orang
kafir Quraisy banyak yang menitipkan barang-barang berharga mereka kepada nabi
Muhammad. Karena mereka tahu nabi Muhammad lah satu-satunya orang yang diberi
gelar “Al Amin” (orang yang dapat dipercaya) oleh bangsanya saat itu.
Ketika nabi Muhammad diperintahkan untuk hijrah ke Madina beliau
memulangkan semua barang-barang milik orang Quraisy yang masih dititipkan
kepada beliau. Pemulangan barang titipan ini membuat pemilik barang-barang
tersebut heran dan curiga, akhirnya tahulah orang-orang Quraisy itu bahwa nabi
Muhammad akan ikut hijrah.
Betapa amanahnya nabi Muhammad, seharusnya beliau bisa langsung
pergi hijrah dan tidak perlu memulangkan barang-barang milik orang-orang
Quraisy yang jadi musuhnya itu. Tetapi, pribadi dan akhlak beliau yang luhur beliau
selalu menjaga kepercayaan dan amanah yang diberikan kepadanya oleh siapapun
sekalipun amanah itu dari musuh-musuhnya.
Benarlah apa yang di firmankan oleh Allah bahwa nabi Muhammad itu
adalah manusia yang berakhlak mulia dan agung.
Berikut firman Allah dalam surat Al
Qolam : 4
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Ayat di atas memuat pujian Allah SWT kepada
Rasul pilihan-Nya Muhammad SAW. Bahwa memang tidak ada manusia yang lebih
sempurna akhlaknya daripada beliau dan merupakan suatu anugerah dari Allah SWT
yang telah memberi taufik kepadanya.
Tidak ada satu pun kebagusan dan kemuliaan
melainkan didapatkan pada diri beliau dalam bentuk yang paling sempurna dan
paling utama. Hal ini pun diakui oleh para sahabat yang menyertai
hari-hari beliau sebagaimana dinyatakan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
“Adalah Rasulullah SAW manusia yang paling
bagus akhlaknya.”
Bagaimana Anas tidak memberikan sanjungan
yang demikian sementara ia telah berkhidmat pada beliau sejak usia sepuluh
tahun dan terus menyertai beliau selama sembilan tahun. Dan tidak pernah
sekalipun ia mendapat hardikan dan kata-kata kasar dari Nabi nan mulia ini.
“Aku berkhidmat
kepada beliau ketika safar maupun tidak. Demi Allah terhadap suatu pekerjaan
yang terlanjur aku lakukan, tidak pernah beliau berkata ‘Kenapa engkau lakukan
hal tersebut demikian?’ Sebalik bila ada suatu pekerjaan yg belum aku lakukan
tidak pernah beliau berkata ‘Mengapa engkau tdk lakukan demikian?’.” Demikian pengakuan Anas radhiyallahu ‘anhu.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika ditanya oleh Sa’d
bin Hisyam bin Amir tentang akhlak Rasulullah SAW ia menjawab:
“Akhlak beliau adalah Al-Qur`an.
Tidakkah engkau membaca firman Allah SWT ‘Sungguh engkau berbudi pekerti yang
agung’?”
Bahwa gambaran apa saja yg diperintahkan
Al-Qur`an pasti beliau lakukan. Dan apa saja yang dilarang Al-Qur`an beliau
tinggalkan. Selain memang Allah SWT telah menciptakan beliau dengan sebaik-baik
tabiat dan akhlak seperti rasa malu, dermawan, berani, penuh pemaaf, sangat
sabar dan lain sebagai dari perangai-perangai yg baik. Kebagusan akhlak ini tampak dari diri beliau
ketika bergaul dengan istri sanak family sahabat masyarakat bahkan dengan
musuhnya. Tidak heran masyarakat Quraisy yang paganis ketika itu memberi gelar
pada beliau Al-Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur, tidak pernah
dusta, lagi amanah, sebagai bentuk pengakuan terhadap salah satu pekerti beliau
yang mulia.
AHLAK RASULULLAH SAW BERSAMA ISTRINYA
Keberadaan Rasulullah SAW sebagai pemimpin
tiap hari tersibukkan dengan beragam persoalan umat, mengurusi dan membimbing
mereka bukanlah menjadi alasan beliau untuk tidak meluangkan waktu membantu
istri di rumah.
Bahkan didapati beliau adalah orang yang
perhatian terhadap pekerjaan dalam rumah. Sebagaimana persaksian Aisyah
radhiyallahu ‘anha ketika ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah SAW
ketika di rumah.
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan: “Beliau
biasa membantu istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluar untuk
menunaikan shalat.”
Beliau ikut turun tangan meringankan
pekerjaan yang ada,
“Beliau manusia sebagaimana manusia yang
lain. Beliau membersihkan pakaian memerah susu kambing dan melayani diri
sendiri.”
Sifat penuh pengertian kelembutan kesabaran
dan mau memaklumi keadaan istri amat lekat pada diri Rasul. Aisyah radhiyallahu
‘anha berbagi cerita tentang kasih sayang dan pengertian beliau SAW:
“Termasuk akhlak Nabi SAW beliau sangat baik
hubungan dengan para istri beliau. Wajahnya senantiasa berseri-seri suka
bersenda gurau dan bercumbu rayu bersikap lembut terhadap mereka dan
melapangkan mereka dalam hal nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya. Sampai-sampai
beliau pernah mengajak Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha berlomba lari
utk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.”
Ummul Mukminin Shafiyyah radhiyallahu ‘anha
berkisah bahwa suatu malam ia pernah mengunjungi
Rasulullah SAW saat sedang i’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang akhir di
bulan Ramadhan. Shafiyyah berbincang bersama beliau beberapa waktu. Setelah ia
pamitan untuk kembali ke rumahnya. Rasulullah SAW pun bangkit untuk
mengantarkan istrinya. Hingga ketika sampai di pintu masjid di sisi pintu rumah
Ummu Salamah lewat dua orang dari kalangan Anshar kedua mengucapkan salam lalu
berlalu dgn segera. Melihat gelagat seperti itu Rasulullah SAW menegur
kedua “Pelan-pelanlah kalian dalam berjalan tdk usah terburu-buru seperti
itu karena tidak ada yang perlu kalian khawatirkan. Wanita yg bersamaku ini
Shafiyyah bintu Huyai istriku.” Kedua menjawab “Subhanallah, wahai Rasulullah
tidaklah kami berprasangka jelek padamu.” Beliau menanggapi “Sesungguhnya setan
berjalan pada diri anak Adam seperti beredarnya darah dan aku khawatir ia
melemparkan suatu prasangka di hati kalian.”
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya: “Apakah
yang dilakukan Rasulullah SAW di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab:
“Beliau SAW adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri,
memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Dari rumah beliau yang penuh berkah itulah
memancar cahaya Islam, sedangkan beliau sendiri tidak mendapatkan makanan yang
dapat mengganjal perut beliau. An-Nu’man bin Basyir menuturkan kepada kita
keadaan Rasulullah SAW:
”Aku telah menyaksikan sendiri keadaan
Rasulullah SAW, sampai-sampai beliau tidak mendapatkan kurma yang jelek
sekalipun untuk mengganjal perut.” (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Kami, keluarga Muhammad, tidak pernah
menyalakan tungku masak selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan
air.” (HR. Al-Bukhari)
Tidak ada satu perkara pun yang melalaikan
Rasulullah SAW dari beribadah dan berbuat ketaatan. Apabila sang muadzin telah
mengumandangkan azan; “Marilah tegakkan shalat! Marilah menggapai
kemenangan!” beliau segera menyambut seruan tersebut dan meninggalkan segala aktifitas
duniawi.
Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia
berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: ‘Apakah
yang biasa dilakukan Rasulullah SAW di rumah?’ ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
menjawab: “Beliau biasa membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan,
beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat).” (HR. Muslim)
Tidak satupun riwayat yang menyebutkan bahwa
beliau mengerjakan shalat fardhu di rumah, kecuali ketika sedang sakit. Beliau SAW pernah terserang demam yang sangat parah. Sehingga
sulit baginya untuk keluar rumah, yakni sakit yang mengantar beliau menemui
Allah SAW.
TAWADHU’ RASULULLAH SAW DI HADAPAN
ISTRI-ISTRI BELIAU
Rasulullah SAW bersikap tawadhu’ (rendah
diri) dihadapan istri-istrinya, sampai-sampai beliau membantu istri-istrinya
dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga –meskipun ditengah kesibukan beliau
menunaikan kewajiban beliau untuk menyampaikan risalah Allah atau kesibukan mengatur
kaum muslimin.
Aisyah berkata, “Rasulullah SAW dalam
kesibukan membantu istrinya, dan jika tiba waktu sholat maka beliaupun pergi
sholat”. (HR Al-Bukhari V/2245 no 5692)
Imam Al-Bukhari membawakan perkataan Aisyah
ini dalam dua bab yaitu “Bab tentang bagaimanakah seorang (suami) di
keluarganya (istrinya)?” dan “Bab seseorang membantu istrinya”
Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul
Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW jika ia bersamamu (di
rumahmu)?”, Aisyah berkata, “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh
salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki
sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember”. (HR Ibnu Hibban
(Al-Ihsan XII/490 no 5676, XIV/351 no 6440),)
Dalam buku Syama’il karya At-Thirmidzi, “Dan
memerah susu kambingnya…” (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di As-Shahihah
671)
Berkata Ibnu Hajar, “Hadits ini menganjurkan
untuk bersikap rendah diri dan meninggalkan kesombongan serta seorang suami
yang membantu istrinya”. (Fathul Bari II/163)
Hal ini tidak sebagaimana yang kita lihat
pada sebagian suami yang merasa terhina jika melakukan hal-hal seperti ini,
merasa rendah jika membantu istrinya mencuci, meneyelesaikan beberapa urusan
rumah tangga…, apalagi jika mereka adalah para suami berjas (alias kantoran).
Maka seakan-akan pekerjaan seperti ini tidak pantas mereka kerjakan. Atau
mereka merasa ini hanyalah tugas ibu-ibu dan para suami tidak pantas dan tidak
layak untuk melakukannya.
AKHLAK RASULULLAH SAW, “MENOLAK KEJAHATAN
DENGAN KEBAIKAN”
Berikut ini adalah realitas kehidupan
Rasulullah yang dapat menjadi renungan kita semua dan dapat kita jadikan
sebagai suri tauladan ……
“ Tatkala seorang pandir Quraisy mencegat rasulullah
di tengah jalan, lalu menyiramkan tanah di atas kepala beliau. Muhammad
SAW diam menahan pedih. kemudian pulang ke rumah dengan tanah yang masih
menempel di kepala. Fatimah, putrinya, kemudian datang mencucikan tanah di
kepala ayahnya itu. Ia membersihkannya sambil menangis. Tak ada yang lebih pilu
rasanya dalam hati seorang ayah daripada mendengar tangis sang anak.
Lebih-lebih anak perempuan.
Setitik air mata kepedihan yang mengalir dari
kelopak mata seorang putri adalah sepercik api yang membakar jantung. Beliau
pun tak kuasa menahan getir, lalu menangis tersedu-sedu di sisi sang putri.
Juga, secercah duka yang menyelinap ke dalam hati adalah rintihan jiwa yang
terasa mencekik leher, dan hampir pula menyuluti emosinya untuk membalas.
Tetapi Rasul Muhammad adalah seorang yang sabar dan pemaaf. lalu, apakah yang
beliau lakukan dengan tangis putrinya yang baru saja kehilangan sang ibu
tercinta itu?
Rasulullah Muhammad SAW hanya bisa
menghadapkan jiwanya kepada Allah, seraya memohon dikuatkan batinnya untuk
menerima perlakuan keji itu. “Jangan menangis anakku” ucap sang ayah
kepada putrinya yang sedang berlinang air mata itu. “Tuhan akan melindungi
ayahmu.”
Inilah akhlak cantik yang telah diperlihatkan
oleh Rasul kepada kita semua, “menolak kejahatan dengan kebaikan “
meskipun ajaran agama memberikan kesempatan pada rasul yang telah diperlakukan
secara tidak manusiawi (dzalim) untuk mengadakan perlawanan demi membela diri,
bahkan, apabila mau bisa membalas . namun rasulullah memilih sabar dan
memaafkan perbuatan keji tersebut.
Sungguh, membalas kejahatan dengan kejahatan
yang sama, tidak dikenakan sanksi dosa, karena dosa itu hanya berlaku bagi
orang-orang yang berbuat aniaya (dzalim) tanpa berpijak pada logika kebenaran,
namun agama lebih mengutamakan sikap sabar dan saling memaafkan ketimbang sikap
saling membalas dan saling memusuhi.Kejahatan hendak dibalas dengan kejahatan,
tentulah bukan sebuah pilihan yang baik bagi responsibiliti moral sebuah agama.
“ Dan, kalau kamu hendak melakukan
pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan kepadamu. Tetapi, kalau kamu
bersabar, maka kesabaranmu itu lebih baik bagimu. Dan hendaklah kamu tabahkan
hatimu, karena berpegang kepada pertolongan Allah. Janganlah kamu bersedih hati
terhadap perbuatan mereka. Jangan pula engkau bersesak dada terhadap apa yang
mereka rencanakan.” (QS. Al-Nahl: 126-127).
RASULULLAH SAW BENCI KEPADA ORANG YANG
BERDIRI MENGHORMATINYA
Dari Anas bin Malik t berkata :
“Tak seorangpun yang mereka cintai lebih dari
cinta kepada Rasulullah SAW tapi jika mereka melihat Rasululloh tidak berdiri
menghormati beliau karena mereka tahu bahwa beliau benci kepada hal yang yang
serupa.” (HR. Ahmad dan Turmudzi).
Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa
indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad SAW
hingga salah seorang isteri beliau, Sayyidatina A’isyah Rodhiyallahuanha
mengatakan bahawa akhlak Rasulullah adalah “Al-Qur’an”.
Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan
implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi.
Begitu halus dan lembutnya perilaku seharian beliau. Rasulullah SAW adalah
sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya.
Beliau selalu menjahit sendiri pakaiannya
yang koyak tanpa harus menyuruh isterinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah
seorang yang ringan tangan dan selalu membantu semua pekerjaan istrinya di
dapur.
Selain itu dikisahkan bahwa beliau tidak pernah
merasa canggung dan merasa jijik makan disamping seorang tua yang penuh kudis,
kotor lagi miskin. Beliau adalah seorang yang paling sabar dimana ketika itu
pernah kain beliau ditarik oleh seorang badui hingga membekas merah dilehernya,
namun beliau hanya diam dan tidak marah.
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika
beliau mengimami shalat berjemaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap
kali beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh.
Selepas shalat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya,
“Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah
baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya
Rasulullah? “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab
Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh,
kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami
yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.
Akhirnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya.
Para sahabatpun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah SAW yang kempis
tengah di lilit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa
lapar.
Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang
menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah SAW bergerak.
Para sahabatpun berkata, “Ya Rasulullah,
adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan
mendapatkannya untuk tuan?”. Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut,
“Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu.
Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin,
menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah
buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di
akhirat nanti.
SIFAT DAN AKHLAK RASULULLAH S.A.W / CIRI-CIRI
FISIK
Diriwayatkan oleh Ya’kub bin al-Fasawy dari
Hassan bin Ali r.a, dia berkata, “Pernah aku tanyakan kepada bapa saudaraku
yang bernama Hindun bin Abi Haala kerana dia adalah seorang yang pandai sekali
dalam menyifatkan tentang peribadi Rasulullah SAW, dan aku sangat senang sekali
mendengarkan sifat Rasulullah SAW untuk aku jadikan bahan ingatan.
Maka katanya, “Rasulullah SAW adalah agung
dan diagungkan, wajahnya berkilauan bagaikan bulan purnama, tingginya cukup
(tidak pendek dan tidak jangkung), dadanya lebar (bidang), rambutnya selalu
rapi dan terbelah di tengahnya, rambutnya panjang sampai pada ujung telinganya,
dan berambut lebat dan ikal, di antara kedua alisnya ada urat yang dapat
dilihat pada waktu Baginda sedang marah, hidungnya mancung.
Janggutnya (jambang) lebat, bola matanya
sangat hitam sekali, kedua pipinya lembut (halus), mulutnya bagus dan manis,
giginya putih bersih dan jarang, pada dadanya tumbuh bulu halus, lehernya indah
seperti berkilauan saja, bentuknya sedang, agak gemuk dan gesit (lincah),
antara perut dan dadanya sama (tegak), dadanya lebar, di antara dua bahunya
melebar, tulangnya besar, kulitnya bersih, antara dada sampai ke pusarnya
ditumbuhi bulu halus seperti garis, pada kedua teteknya dan pada perutnya tidak
ada bulu, sedangkan pada kedua hastanya dan kedua bahunya dan pada dadanya
ditumbuhi bulu, lengannya panjang, telapaknya lebar, halus tulangnya, jari
telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang hujung jarinya,
rongga telapak kakinya tidak terkena tanah apabila Baginda sedang berjalan,
kedua telapak kakinya lembut (licin) tidak ada lipatan dan kerutan.
Apabila berjalan derapan kakinya itu
terangkat tinggi seolah-olah air yang sedang jatuh (jalannya ringan, kakinya
terangkat, tetapi tidak seperti jalannya orang yang sombong), jalannya tunduk
dan menunjukkan kehebatan, apabila berjalan, maka jalannya agak cepat bagaikan
dia turun dari tempat yang tinggi, apabila menoleh, Baginda menolehkan seluruh
badannya, matanya selalu tertunduk ke bawah, dan pandangannya sentiasa
memperhatikan sesuatu dengan bersungguh-sungguh, selalu berjalan dengan para
sahabatnya, dan selalu memulai dengan salam apabila Baginda berjumpa dengan
sesiapa pun.”
sesiapa pun.”
KEBIASAAN RASULULLAH SAW
Kataku selanjutnya, “Terangkanlah kepadaku
tentang kebiasaannya.”
Maka katanya, “Keadaan pribadi Rasulullah SAW itu biasanya tampak selalu kelihatan seolah-olah selalu berfikir, tidak pernah mengecap istirahat walau sedikit pun, tidak berbicara kecuali hanya apabila perlu, senantiasa diam, selalu memulai berbicara dan menutupnya dengan kalimat yang jelas, apabila sedang berbicara Baginda selalu memakai kalimat-kalimat yang banyak artinya (bijaksana), pembicaraannya itu tidak berlebihan ataupun kurang, lemah lembut budi pekertinya, tidak kasar, tetapi bukannya rendah, selalu mengagungkan nikmat Allah SWT walaupun yang sekecil-kecilnya dan tidak pernah mencela-Nya sedikit pun.
Maka katanya, “Keadaan pribadi Rasulullah SAW itu biasanya tampak selalu kelihatan seolah-olah selalu berfikir, tidak pernah mengecap istirahat walau sedikit pun, tidak berbicara kecuali hanya apabila perlu, senantiasa diam, selalu memulai berbicara dan menutupnya dengan kalimat yang jelas, apabila sedang berbicara Baginda selalu memakai kalimat-kalimat yang banyak artinya (bijaksana), pembicaraannya itu tidak berlebihan ataupun kurang, lemah lembut budi pekertinya, tidak kasar, tetapi bukannya rendah, selalu mengagungkan nikmat Allah SWT walaupun yang sekecil-kecilnya dan tidak pernah mencela-Nya sedikit pun.
RASULULLAH SAW APABILA DI LUAR
Kata Hassan selanjutnya, “Kemudian aku
tanyakan kepada ayahku bagaimanakah keadaan Rasulullah SAW apabila berada di
luar.“
Maka jawabnya, “Rasulullah SAW sentiasa
menjaga lidahnya kecuali hanya untuk berbicara seperlunya, apabila berbicara
senantiasa berbicara dengan halus (lemah-lembut) dan tidak pernah berbicara
dengan kasar terhadap mereka, dan senantiasa memuliakan terhadap orang yang
terpandang (berkedudukan) dan memperingatkan orang jangan sampai ada yang
bertindak menyinggung perasaannya dan perbuatannya. Kebiasaan Baginda selalu
menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya, dan Baginda selalu memuji segala sesuatu
yang baik dan membenci segala sesuatu yang buruk.
Segala urusannya itu dibuatnya sebaik
mungkin. Tidak pernah Baginda lalai atau malas, demi menjaga jangan sampai
mereka melalaikan dan meremehkan. Segala sesuatu dipersiapkannya terlebih
dahulu, dan tidak pernah akan meremehkan (mengecilkan) kebenaran. Orang yang
paling terpandang menurut Rasulullah SAW ialah mereka yang paling baik
kelakuannya, orang yang paling mulia ialah mereka yang paling banyak bernasihat
(memberikan petunjuk) kepada orang lain, dan orang yang paling tinggi sekali
kedudukannya ialah orang yang selalu ramah-tamah dan yang paling banyak
menolong orang lain.”.
Kata Hasan, “Kemudian aku tanyakan tentang
duduknya Rasulullah SAW.
Jawabnya, “Kebiasaan Rasulullah SAW tidak
pernah duduk ataupun berdiri melainkan dengan berzikir, tidak pernah menguasai
tempat duduk dan Baginda melarang seseorang untuk menguasai tempat duduk, dan
apabila Baginda sampai pada tempat orang yang sedang berkumpul maka Baginda
duduk di mana ada tempat terluang (tidak pernah mengusir orang lain dari tempat
duduknya) dan Baginda juga menyuruh berbuat seperti itu.
Baginda selalu memberikan kepuasan bagi
sesiapa saja yang duduk bersama Baginda, sehingga jangan sampai ada orang yang
merasa bahawa orang lain dimuliakan oleh Baginda lebih daripadanya. Apabila ada
yang duduk di majlisnya, Baginda selalu bersabar sampai orang itu yang akan
bangkit terlebih dahulu (tidak pernah mengusir teman duduknya).
Dan apabila ada yang meminta pada Baginda
sesuatu hajat maka Baginda selalu memenuhi permintaan orang itu, atau apabila
tidak dapat memenuhinya Baginda selalu berkata kepada orang itu dengan
perkataan yang baik. Semua orang selalu puas dengan budi pekerti Baginda
sehingga mereka selalu dianggap sebagai anak Baginda dalam kebenaran dengan
tidak ada perbedaan sekikit pun di antara mereka dalam pandangan Baginda.
Kemudian majlis Baginda itu adalah tempatnya
orang yang ramah-tamah, malu, orang sabar dan menjaga amanah, tidak pernah di
majlisnya itu ada yang mengeraskan suaranya, di majlisnya itu tidak akan ada
yang mencela seseorang jelek dan tidak akan ada yang menyiarkan kejahatan orang
lain. Di majlisnya itu mereka selalu sama rata, yang dilebihkan hanya ketakwaan
saja, mereka saling berlaku rendah diri (bertawadhu’) sesama mereka, yang tua
selalu dihormati dan yang muda selalu disayangi, sedangkan orang yang punya
hajat lebih diutamakan (didahulukan) dan orang-orang asing (ghorib) selalu
dimuliakan dan dijaga perasaannya.”
RASULULLAH SAW DI TENGAH PARA SAHABAT
Kata Hassan, “Maka aku tanyakan tentang
keadaannya apabila Baginda sedang berada di tengah-tengah para
sahabatnya.
Jawabnya, “Rasulullah SAW sentiasa periang
(gembira), budi pekertinya baik, sentiasa ramah-tamah, tidak kasar maupun
bengis terhadap seseorang, tidak suka berteriak-teriak, tidak suka perbuatan
yang keji, tidak suka mencaci, dan tidak suka bergurau (olok-olokan), selalu
melupakan apa yang tidak disukainya, dan tidak pernah menolak permintaan
seseorang yang meminta.
Beliau meninggalkan tiga macam perbuatan :
Beliau tidak mau mencela seseorang atau menjelekkannya, dan tidak pernah mencari-cari kesalahan seseorang, dan tidak akan berbicara kecuali yang baik saja (yang bermanfaat).
Beliau tidak mau mencela seseorang atau menjelekkannya, dan tidak pernah mencari-cari kesalahan seseorang, dan tidak akan berbicara kecuali yang baik saja (yang bermanfaat).
Namun apabila Baginda sedang berbicara maka
pembicaraannya itu akan membuat orang yang ada di sisinya menjadi tunduk,
seolah-olah di atas kepala mereka itu ada burung yang hinggap. Apabila Baginda
sedang berbicara maka yang lain diam mendengarkan, namun apabila diam maka yang
lain berbicara, tidak ada yang berani di majlisnya untuk memutuskan pembicaraan
Beliau.
Beliau sentiasa ikut tersenyum apabila
sahabatnya tersenyum (tertawa), dan ikut juga takjub (heran) apabila mereka itu
merasa takjub pada sesuatu, dan Baginda sentiasa bersabar apabila menghadapi
seorang baru (asing) yang atau dalam permintaannya sebagaimana sering terjadi.
Beliau bersabda, “Apabila kamu melihat ada
orang yang berhajat maka tolonglah orang itu, dan Baginda tidak mahu menerima
pujian orang lain kecuali dengan sepantasnya, dan Baginda tidak pernah memotong
pembicaraan orang lain sampai orang itu sendiri yang berhenti dan berdiri
meninggalkannya.”
RASULULLAH SAW APABILA DIAM
Kata Hassan, “Selanjutnya aku tanyakan
padanya bagaimanakah peribadi Rasulullah SAW apabila Baginda diam.
Jawabnya, “Diamnya Rassulullah SAW terbagi dalam empat keadaan : diam karena
berlaku santun, diam karenaa selalu berhati-hati, diam untuk mempertimbangkan
sesuatu dan diam karena sedang berfikir.
Adapun pertimbangannya berlaku untuk
mempertimbangkan pendapat orang lain serta mendengarkan pembicaraan orang lain,
sedangkan pemikirannya selalu tertuju pada segala sesuatu yang akan kekal dan
sesuatu yang akan lenyap.
Pribadi Rasulullah SAW sentiasa berlaku santun
dan sabar dan Baginda tidak pernah membuat kemarahan seseorang dan tidak pernah
membuat seseorang membencinya, dan Baginda sentiasa berlaku hati-hati dalam
segala perkara; selalu suka pada kebaikan, dan berbuat sekuat tenaga untuk
kepentingan dan demi kebaikan mereka itu baik di dunia mahupun kelak di
akhirat.”
Rasulullah SAW adalah suri teladan kita.
Beliau dijuluki sebagai The Living Quran (Alquran hidup). Dan ini diperkuat
oleh pernyataan Aisyah RA, ”Akhlak beliau (Rasulullah) adalah Alquran.” (HR Abu Dawud dan Muslim).
Sejak kecil Nabi Muhammad SAW hidup dalam
kemiskinan dan kesederhanaan. Rumah beliau di samping sebelah timur Masjid
Nabawi, sangat kecil. Atapnya rendah terbuat dari rumbia kurma yang bisa
disentuh tangan karena pendeknya.
Di dalam rumah beliau nyaris tak ada perabot.
Yang tampak hanya tempat minum beliau yang terbuat dari kayu keras yang dipatri
dengan besi dan sebuah baju besi yang biasa dipakai beliau ketika berperang.
Baju besi inipun konon menjelang Nabi SAW wafat digadaikan kepada seorang
Yahudi. Tempat tidur beliau selembar tikar dari anyaman pelepah kurma.
Pernah seorang sahabat menawarkan tempat
tidur yang lebih layak bagi seorang Rasul Allah. Namun, beliau menjawab,
”Apalah artinya dunia bagiku … bukankah engkau rela mereka memperoleh dunia
sedangkan kita memperoleh akhirat?” Begitulah gambaran kesederhanaan beliau
yang tidak butuh dunia dan tidak silau dengan gemerlapnya harta.
Rasulullah SAW juga sangat rendah hati. Walau
seorang pemimpin agung, beliau tidak mau disanjung dan dihormati serta
dielu-elukan. Anas bin Malik RA berkata, ”Para sahabat yang mau berdiri
menyambut kehadiran Rasulullah, tidak jadi berdiri, ketika tahu bahwa
Rasulullah tidak mau dihormati seperti itu.” (HR Ahmad).
Walau beliau sibuk dengan pekerjaannya, tapi
jika mendengar azan, beliau segera ke masjid. Belum pernah Rasulullah shalat di
rumah kecuali shalat sunah. Sifat Rasulullah yang lain ialah mudah
berkomunikasi dengan siapa pun, berlaku sopan, lemah lembut, sabar, tidak
pernah marah walau disakiti, namun wajah beliau akan berubah merah padam bila
melihat kemungkaran atau hak-hak Allah diinjak-injak dan dihina.
Sehingga, tidaklah berlebihan kalau Allah
sendiri memujinya, ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab [33]:
21).
AKHLAK RASULULLAH DIUNDANG MAKAN SEORANG
BUDAK
Dan Rasulullah SAW tidak pernah mau
mengecewakan orang lain, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa
seorang wanita ( Barirah RA) seorang budak wanita miskin dari Afrika, ia
mengundang Rasul SAW karena diberi makanan oleh salah seorang sahabat makanan
yang sangat enak, maka ia tidak berani memakannya karena sudah lama ingin
mengundang Rasul SAW tapi malu tidak punya apa-apa.
Maka ketika datang makanan enak sebelum ia
ingin mencicipinya, seumur hidup dia belum mencicipinya dia teringat kepada
Rasul SAW, aku ingin Rasul datang mumpung ada makanan yang enak padahal seumur
hidup dia belum mencicipi makanan itu.
Barirah yang susah ini pun datang mengundang
Rasul SAW ke rumahnya, maka Rasul SAW datang bersama para sahabat untuk
menyenangkan Barirah RA seorang budak wanita yang miskin, Rasul saw tidak ingin
mengecewakan orang lain maka datang Sang Nabi bersama para sahabat, para
sahabat melihat makanan yang sangat enak dan mahal tidak mungkin Barirah
membelinya sendiri, maka berkata para sahabat :
“Yaa Rasulallah barangkali ini adalah
makanan zakat, sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan shadaqah , kalau
bukan makanan zakat ya makanan shadaqah, tentunya kau tidak boleh memakannya”…
Berubahlah hati Barirah dalam kekecewaan,
hancur hatinya dengan ucapan itu walau ucapan itu benar Rasul SAW tidak boleh
memakan shadaqah dan zakat, namun ia tidak teringat akan hal itu karena memang
ia di sedekahi makanan ini, hancur perasaan Barirah RA dan bingung juga risau
dan takut serta kecewa dan bingung karena sudah mengundang Rasul SAW untuk
makan makanan yang diharamkan pada Rasulullah SAW.
Namun bagaimana manusia yang paling indah
budi pekertinya dan bijaksana, maka Rasul SAW berkata : “ Makanan ini
betul shadaqah untuk Barirah dan sudah menjadi milik Barirah, Barirah
menghadiahkan kepadaku maka aku boleh memakannya “, dan Rasul SAW pun
memakannya.
Demikianlah jiwa yang paling indah tidak
ingin mengecewakan para fuqara’, itu makanan sedekah betul untuk Barirah tapi
sudah menjadi milik Barirah dan Barirah tidak menyedekahkannya padaku (
Rasulullah SAW ) tapi menghadiahkannya kepadaku demikian indahnya Sayyidina
Muhammad SAW,
Dalam suatu peperangan
Seorang musuh ( Da’thur ) dengan cara
mengendap-endap akhirnya dapat menghampiri Rasulullah yang sedang beristirahat.
Dengan pedang terhunus musuh berkata, “Siapa lagi yang dapat menyelamatkan
engkau?”
Dengan tenang Rasulullah menjawab, “ALLAH!”
Tiba-tiba pedang terlepas dari tangannya,
sebagai satu mukjizat ALLAH pada Rasulullah. Maka Rasulullah pun mengambil
pedang itu dan mengangkatnya ke hadapan musuh dan bertanya,
“Siapa pula yang dapat menyelamatkan kamu
sekarang?”
“Tiada siapa-siapa lagi” jawabnya.
“Tiada siapa-siapa lagi” jawabnya.
Lantas nabi pun memaafkannya. Sehingga karena itu orang tersebut berkata pada kawan-kawannya, “Aku baru kembali dari berjumpa sebaik-baik manusia.”
Jika dinilai bahwa Rasulullah s.a.w. adalah
sempurna di dalam kedua bentuk sifat akhlak melalui pembuktian di atas, maka
melalui itu dibuktikan juga keluhuran akhlak para Nabi-nabi lainnya dan dengan
demikian telah meneguhkan Kenabian mereka, kitab-kitab yang mereka bawa serta
kenyataan bahwa mereka semua adalah kekasih Allah SWT.
Rasulullah dan Pengemis Buta
Di sebuah sudut Kota Madinah, selalu mangkal
seorang pengemis Yahudi buta. Setiap orang yang mendekati, ia selalu berkata,
“Wahai Saudaraku, jangan engkau dekati Muhammad yang mengaku sebagai Rasul itu.
Dia gila, pembohong, dan tukang sihir. Jika kamu mendekatinya, dia akan
memengaruhimu.”
Walau begitu busuk hati dan perbuatan
pengemis itu, setiap pagi Rasulullah selalu membawakan makanan untuknya. Tanpa
berkata, beliau menyuapi pengemis itu. Rasulullah melakukan hal ini hingga wafat.
Ketika Abu Bakar berkunjung ke rumah Aisyah,
beliau bertanya, “Wahai anakku, adakah sunah Rasulullah yang belum aku
kerjakan?” Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau ahli sunah, hampir tidak ada
sunah yang belum ayah lakukan, kecuali setiap pagi Rasulullah pergi ke ujung
pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di
sana.”
Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke sudut
pasar dengan membawa makanan. Abu Bakar memberikan makanan kepada sang
pengemis. Ketika mulai menyuapi, pengemis marah sambil berteriak, “Siapa kamu?”
Abu Bakar menjawab, “Aku orang yang biasa.” Pengemis membantah, “ Engkau bukan
orang yang biasa datang. Apabila orang itu datang, tanganku tidak susah
memegang dan mulutku tidak akan susah mengunyah. Orang itu selalu menghaluskan
makanan terlebih dahulu sebelum menyuapkannya kepadaku.”
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata jujur, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Orang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.” Setelah pengemis Yahudi itu mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikit pun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia.” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya masuk Islam dan bersyahadat di hadapan Abu Bakar.
Itulah salah satu bentuk keagungan seorang
Muhammad. Kebaikannya dan ketinggian akhlaknya tidak terbendung oleh kebencian
dan cercaan. Bahkan, beda keyakinan yang notabene merupakan hal yang paling
esensial, menjadi lebur di hadapan keluhuran hatinya. Ini sebuah cermin dan
teladan yang sangat dibutuhkan ketika saling pengertian, toleransi, dan
objektivitas menjadi barang mahal.
AKHLAK RASULULLAH TERHADAP ANAK YATIM
Fajar 1 Syawal menyingsing, menandai
berakhirnya bulan penuh kemuliaan. Senyum kemenangan terukir di wajah-wajah
perindu Ramadhan, sambil berharap kembali meniti Ramadhan di tahun depan. Satu
persatu kaki-kaki melangkah menuju tanah lapang, menyeru nama Allah lewat
takbir, hingga langit pun bersaksi, di hari itu segenap mata tak kuasa
membendung airmata keharuan saat berlebaran. Sementara itu, langkah sepasang
kaki terhenti oleh sesegukan gadis kecil di tepi jalan.
“Gerangan apakah yang membuat engkau menangis
anakku?” lembut menyapa suara itu menahan beberapa detik segukan sang gadis.
Tak menoleh gadis kecil itu ke arah suara
yang menyapanya, matanya masih menerawang tak menentu seperti mencari sesosok
yang amat ia rindui kehadirannya di hari bahagia itu. Ternyata, ia menangis
lantaran tak memiliki baju yang bagus untuk merayakan hari kemenangan.
“Ayahku mati syahid dalam sebuah peperangan
bersama Rasulullah,” tutur gadis kecil itu menjawab tanya lelaki di hadapannya
tentang Ayahnya.
Seketika, lelaki itu mendekap gadis kecil
itu. “Maukah engkau, seandainya Aisyah menjadi ibumu, Muhammad Ayahmu, Fatimah
bibimu, Ali sebagai pamanmu, dan Hasan serta Husain menjadi saudaramu?”
Sadarlah gadis itu bahwa lelaki yang sejak tadi berdiri di hadapannya tak lain
Muhammad Rasulullah SAW, Nabi anak yatim yang senantiasa memuliakan anak yatim.
Siapakah yang tak ingin berayahkan lelaki paling mulia, dan beribu seorang
Ummul Mukminin?
Begitulah lelaki agung itu membuat seorang
gadis kecil yang bersedih di hari raya kembali tersenyum. Barangkali, itu
senyum terindah yang pernah tercipta dari seorang anak yatim, yang diukir oleh
Nabi anak yatim. Rasulullah membawa serta gadis itu ke rumahnya untuk diberikan
pakaian bagus, terbasuhlah sudah airmata. Lelaki agung itu, shalawat dan salam
baginya.
TIDAK DENDAM DENGAN MUSUH BAHKAN MEMPERLAKUKAN MUSUH DENGAN BAIK
Sumamah adalah tokoh Hunaifiyah yang banyak
membunuh para pemeluk agama Islam. Namun pada akhirnya, ia tertangkap dan
menjadi tawanan pihak muslim. Tawanan itu pun diajukan ke hadapan Rasulullah.
Segera setelah melihat Sumamah, beliau memerintahkan para sahabat di
sekelilingnya agar memperlakukannya dengan baik. Sumamah sangat rakus bila
makan, bahkan bisa melahap jatah makanan sepuluh orang sekaligus tanpa merasa
bersalah.
Setiap kali bertemu Nabi ia selalu mengatakan,
“Muhammad! Aku telah membunuh orang-orangmu. Jika kamu ingin membalas dendam,
bunuh saja aku! Namun jika kamu menginginkan tebusan, aku siap membayar
sebanyak yang kamu inginkan.”
Rasulullah hanya mendengarkan ucapannya dan
tidak mengucapkan sepatah kata pun. Beberapa hari kemudian Rasulullah
membebaskan Sumamah pergi. Setelah melangkah beberapa jauh, Sumamah berhenti di
bawah sebuah pohon. Ia selalu berpikir, berpikir, dan berpikir. Kemudian ia
duduk di atas pasir dan masih tetap tidak habis pikir. Setelah beberapa lama ia
bangkit, lalu mandi, dan mengambil air wudlu, kemudian kembali menuju rumah
Rasulullah. Dalam perjalanan menuju rumah Rasulullah ia menyatakan masuk Islam.
Sumamah menghabiskan beberapa hari bersama
Rasulullah dan kemudian pergi ke Mekah untuk mengunjungi Ka’bah. Sesampainya di
sana, Sumamah menyatakan dengan suara lantang, “Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar.”
Saat itu Mekah masih berada di bawah
kekuasaan Quraisy. Orang-orang menghampirinya dan mengepung. Pedang sudah terayun-ayun
mengintai kepala dan lehernya. Salah seorang dari kerumunan itu berkata,
“Jangan bunuh dia! Jangan bunuh dia! Dia adalah penduduk Imamah. Tanpa suplai
makanan dari Imamah kita tidak akan hidup.”
Sumamah menimpali, “Tetapi itu saja tidak
cukup! Kalian telah sering menyiksa Muhammad. Pergilah kalian menemuinya dan
minta maaflah pada beliau dan berdamailah dengannya! Kalau tidak, maka aku
tidak akan mengizinkan satu biji gandum pun dari Imamah masuk ke Mekah.”
Sumamah kembali ke kampung halamannya dan ia
benar-benar menghentikan suplai gandum ke Mekah. Bahaya kelaparan mengancam
peduduk Mekah. Para penduduk Mekah mengajukan permohonan kepada Rasulullah,
“Wahai Muhammad! Engkau memerintahkan agar berbuat baik kepada kerabat dan
tetangga. Kami adalah kerabat saudaramu, akankah engkau membiarkan kami mati
kelaparan dengan cara seperti ini?”
Seketika itu pula Rasulullah menulis surat kepada Sumamah,
memintanya untuk mencabut larangan suplai gandum ke Mekah. Sumamah dengan rela
hati mematuhi perintah tersebut. Penduduk Mekah pun selamat dari bahaya
kelaparan. Seperti yang sudah-sudah, setelah mereka kembali menerima suplai
gandum, mereka mulai mempersiapkan rencana busuk untuk menyingkirkan
Rasulullah.
Mengapa Sumamah masuk Islam? Sumamah masuk Islam karena ia mendapat perlakuan baik dari Rasulullah dan para sahabat. Padahal, saat itu Rasulullah punya kuasa untuk menghabisi nyawa Sumamah, baik dengan tangannya sendiri maupun melalui para sahabat. Kalaupun Sumamah dibunuh, wajar karena ia telah membunuh banyak orang dari kaum Muslim.
Namun, mengapa Rasulullah tidak berbalas
dendam kepada Sumamah atas banyaknya korban nyawa kaum Muslim? Di sinilah letak
keluhuran budi Rasulullah. Rasulullah tidak dendam dengan melakukan tindak
kekerasan yang sama—seperti yang pernah dilakukan oleh Sumamah terhadap kaum
Muslim. Rasulullah justru menunjukkan sikap baiknya dengan memberi
makan—seperti yang disukai Sumamah. Karena telah menaruh simpati yang dalam
terhadap Rasulullah, ia masuk Islam dan ia memenuhi permintaan Rasululah Saw
untuk mencabut larangan suplai gandum bagi penduduk Mekah.
Keluhuran budi Rasulullah Saw. tak diragukan
lagi, baik terhadap kawan maupun lawan. Beliau adalah sosok ideal yang layak
kita tiru, tidak terkecuali dalam dakwah. Dengan sikap lembutnya, beliau mampu
menyuguhkan dakwah memikat. Sejarah telah membuktikan kepada kita betapa
Rasulullah Saw selalu berhasil menaklukkan lawan bicara dan akhirnya mereka
tertarik serta masuk Islam dengan penuh kesadaran. Keberhasilan dakwah Nabi
Muhammad Saw. dapat kita rasakan hingga hari ini di mana Islam mampu menembus
pelosok dunia yang semakin mengglobal.
Di antara akhlak Rasulullah terhadap Allah
SWT, ‘Aisyah menceritakan: Suatu ketika ditengah malam ‘Aisyah merasa kehilangan
Rasulullah ditempat tidurnya, setelah diraba-raba, tidak ditemukan, ternyata
dijumpainya beliau sedang shalat. Usai shalat, ‘Aisyah bertanya: “Ya
Rasulullah Anda adalah orang yang sudah dijamin oleh Allah dengan surgaNya,
Anda juga ma’shum (terjaga dari dosa), diampuni oleh Allah, namun kenapa anda
terus melakukan shalat sampai nyaris, kaki anda bengkak? Beliau menjawab:
afala uhibba, an akuuna ‘abadan syakuuraa (apakah aku tidak senang, kalau aku
berpredikat sebagai hamba Allah yang pandai bersyukur?).
Jadi, cara bersyukur Rasulullah adalah dengan
mengabdi dan beribadah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya. Lalu bagaimana
dengan kita, yang selalu berbuat dosa ini?
Ibnu Umar juga pernah menanyakan kepada ‘Aisyah:
“Ya ‘Aisyah! beritahukan kepadaku hal-hal yang menakjubkan pada diri
Rasullulah SAW yang pernah engkau saksikan”. ‘Aisyah sambil menangis menjawab:
“Kullu amrihi kaana ‘ajaban” (semua urusan Rasulullah, semua hal
ikhwal beliau sangat mengagumkan). Suatu malam aku mendekati beliau. Aku menjumpai beliau, kulitku
besentuhan dengan kulit beliau, kemudian beliau bekata: “Dzarinii ata’abbadu
lirobbi ‘azza wajalla” (biarkan aku beribadah kepada Tuhanku yang Maha
perkasa. ‘Aisyah pun berkata: walloohi inii uhibbu an ta’budalloh (sungguh
demi Allah aku senang melihat engkau mendekatkan diri kepada Allah untuk
beribadah).
Selanjutnya diceritakan, Rasulullah pun
kemudian turun mengambil air wudlu, mempergunakan air secukupnya. Menjelang
subuh dia bangkit untuk menunaikan shalat qoblal fajar, beliau menangis
sehingga dagunya basah, ketika sujud beliaupun menangis sehingga tempat
sujudnya basah.
Lalu beliau berbaring menunggu waktu subuh,
beliau tetap menangis, sampai bilal, sang muadzin datang memberitahukan bahwa
waktu subuh telah datang. Kemudian bilal melihat wajah Rasulullah bengkak,
sembab. Dan bilal pun bertanya: wahai baginda
Rasul, mengapa anda menangis? Bukankah Allah telah mengampuni segala dosa anda
yang dahulu maupun yang akan datang. Beliau menjawab: “Wahai Bilal, celakalah,
mengapa aku tidak menangis, padahal malam ini, Allah telah menurunkan kepadaku
firmanNya (surat Ali-Imran ayat: 190)
“Sungguh dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
Kemudian Rasulullah
bersabda: “sungguh celaka orang yang membacanya tanpa memikirkan maknanya).
Demikian secuil dari akhlak Rasulullah terhadap Allah SWT.
SELALU MENYENANGKAN DAN MENGHORMATI ORANG MISKIN
Pada satu hari, hadir di dalam satu majlis
makan seorang fakir yang hitam legam kulitnya. Berkudis badannya. Para sahabat
nampaknya kurang senang dan bimbang kalau-kalau si fakir ini duduk bersebelahan
dengan mereka.
Tetapi apa reaksi Rasulullah s.a.w? Baginda
bangun dan pegang tangan si fakir, dipimpin dan dibawa masuk ke dalam majlis
dan dibawanya duduk betul-betul bersebelahan dengan baginda. Maka makanlah
baginda dengan si fakir itu bersama-sama. Begitulah rendah diri dan tawadhuknya
baginda terhadap manusia. Walhal nama baginda diletakkan di sisi nama Allah,
selaku manusia yang paling dikasihi oleh Allah.
Hingga kini nama itu masih disebut dan
dilaungkan di seluruh dunia setiap waktu dan setiap masa. Namun begitu hatinya
tetap merasakan dirinya hamba Allah yang hina. Tidak sedikit pun rasa sombong,
angkuh dan takabbur. Sebab itu baginda boleh memegang tangan si fakir yang
kotor dan busuk itu untuk duduk bersebelahan dengan baginda. Itulah akhlak yang
menjadi contoh dan tauladan kita.
Rasulullah s.a.w pernah dicaci maki, dihalau
dan dilontar dengan batu hingga mengalir darah meleleh hingga ke kakinya oleh
kaum Thaqif di Taif. Mereka itu marah dengan Rasulullah karena baginda mengajak
mereka kepada agama Islam.
Maka berlarilah Rasulullah s.a.w berlindung
di sebalik bukit menyembunyikan diri. Kemudian turunlah malaikat berkata kepada
baginda : “Wahai kekasih Allah, katakan apa saja untuk kami lakukan terhadap
kaum ini?. Maka Jawab baginda dengan jawaban yang tidak pernah diduga oleh
siapapun. Kata-kata yang lahir daripada jiwa yang benar-benar mulia lagi suci.
Inilah akhlak baginda yang mesti menjadi panutan kita.
Baginda memaafkan kesalahan orang yang
menzalimi baginda dengan katanya : “Wahai Tuhan! Berilah petunjuk kepada kaumku
karena mereka tidak mengetahui.” Begitulah baiknya Rasulullah s.a.w. Orang yang
menyakitinya pun di doakannya.
HANYA ORANG-ORANG KAFIR YANG TIDAK PUNYA AKAL SAJA YANG SELALU
MEMBENCI NABI MUHAMMAD SAW
Tapi masih ada juga orang-orang kafir
terutama orang-orang Kristen yang menolak riwayat nabi Muhammad seperti yang
baru saja kita baca diatas. Mereka mengatakan cerita itu palsu perlu dikritisi,
itu hanya buatan orang-orang yang melebih-lebihkan nabinya.
Perlu orang-orang kafir terutama orang-orang
Kristen ketahui, riwayat tentang kehidupan nabi Muhammad SAW dicatat oleh para
sahabatnya yang memang hidup dan selalu mendampingi
nabi Muhammad sampai nabi Muhammad wafat. Jadi riwayat tentang pribadi nabi
Muhammad SAW diceritakan atau diriwayatkan kembali oleh sahabat-sahabat beliau
sendiri yang sudah kita kenali kejujurannya, keikhlasanya, dan kesetiaannya
kepada Baginda nabi Muhammad SAW.
Sebaliknya, orang-orang Kristen tidak punya
rasa malu sedikitpun sok pintar nekat mencoba mengkritisi riwayat nabi
MuhammadSAW, padahal yang seharusnya mereka kritisi itu adalah alkitab mereka sendiri
yang isinya menceritakan tentang kehidupan Yesus.
Orang-orang Kristen rupanya sudah lupa kalau
penulis-penulis Injil itu bukan murid-murid Yesus, juga bukan orang yang
hidupnya semasa dengan Yesus. Para penulis Injil justru tidak pernah berjumpah
dengan Yesus walau hanya sedetikpun. Mereka hanya mengarang cerita tentang
kehidupan Yesus dari sumber yang tidak jelas. Tidak ada satupun sumber cerita
itu menyebutkan darimana mereka mendapatkan cerita tentang Yesus tersebut.
Mereka penulis Injil hanya menyebutkan sumbernya dari yang disebut “Pelayan
Firman” siapa pelayan firman itu?
Seperti Lukas mencatat sumber yang ia jadikan
rujukan untuk menulis injil adalah dari sumber yang tidak jelas, baca Lukas 1 : 1 – 2
1. Teofilus
yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita,
2. seperti yang disampaikan
kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.
Dalam Injil
karang Lukas, sumber yang ia jadikan rujukan hanya tiga sumber yaitu: mereka, saksi mata,
pelayan firman…!
Siapakah mereka?, siapakah saksi mata? Dan siapakah
pelayan firman?
Seharusnya orang-orang Kristen mengkritisi
sumber-sumber yang tidak jelas ini, bukannya malahan sok mengkritisi keyakinan
umat Islam. Dalam agama Islam kalau riwayat yang disampaikan oleh para sahabat
nabi dan langsung kepada nabi Muhammad itu namanya hadits yang masyhur atau hadits
yang Shahih. Lalu apa yang dimaksud dengan hadits Shahih itu:
Hadits shahih memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Sanadnya bersambung langsung dari para Sahabat nabi kepada nabi
Muhammad SAW.
2. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat
istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan
kuat ingatannya, dan seumur hidupnya tidak pernah berbohong atau berbuat
maksiat.
3. Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz)
serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits.
Sedangkan yang disebut Hadits Dhaif dan Hadits Maudu, adalah :
1. Hadits
Dhaif : adalah hadits lemah, ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung kepada nabi Muhammad,
dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau
diriwayatkan oleh orang yang tidak dikenal, atau mengandung kejanggalan atau
cacat.
2. Hadits Maudu,
bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai
penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.
Sekarang kitab Injil umat Kristen masuk
katagori yang mana kalau dikritisi lewat kacamata ilmu Hadits..?
Baginda yang sedemikian baik akhlaknya,
beliau selalu menghormati dan memuliakan siapapun orangnya baik itu para sahabatnya
ataupun orang itu musuhnya Baginda selalu penuh rasa santun dan hormat terhadap
mereka.
Tapi kita tidak perlu heran kalau ada
orang-orang yang tetap membenci Baginda nabi Muhammad SAW. Ketika beliau mulai
berdakwah menyampaik an risalah dari Tuhannya saat itu pula cacimaki, hinaan,
hujatan terhadap beliau tidak pernah berhenti dan sampai sekarang ini.
Hujatan yang sekarang ini munculnya dari
mulut musuh-musuhnya yang tidak pernah beliau kenal. Seperti sekarang ini
orang-orang Kristen menghina nabi Muhammad SAW lewat internet, dengan hujatan,
cacian, hinaan yang hanya pantas dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak
punya adab dan tidak punya akal. Justru perbuatan mereka itu membuka aib mereka
sendiri, karena hanya orang-orang yang pendengki saja yang berani berbuat
seperti itu, bahkan orang bisa menilai agama apa yang mendidik mereka
melontarkan kata-kata kotor, dan hujatan yang tidak pantas ditujuhkan kepada
siapapun, sekalipun ditujuhkan kepada Iblis dan hewan.
Orang-orang Kristen menuduh nabi Muhammad
nabi palsu, tapi mereka lupa kalau dunia justru berhutang budi terhadap nabi
Muhammad yang membawa berita dari langit untuk menginformasikan tentang ilmu pengetahuan.
Orang-orang Kristen, menuduh nabi Muhammad
SAW Pedofilia, karena mengawini Aisyah yang masih berumur 6 tahun. Padahal,
cerita itu adalah cerita palsu buatan orang-orang Syi’ah yang memang sangat
membenci Aisyah. Jawaban tentang pernikahan nabi Muhammad dengan Aisyah,
silahkan baca di, eros-dai.blogspot.com/anti pemurtadan.
Dan banyak lagi cacian, hujatan dari
orang-orang Kristen yang sangat membenci Islam dan pribadi nabi Muhammad SAW. Yang
herannya, nabi Muhammad tidak pernah merugikan mereka!, nabi Muhammad tidak
pernah menggangu mereka dan keluarga mereka!, nabi Muhammad tidak pernah memusuhi
mereka atau menyusahkan mereka apalagi berhutang dengan mereka! Tapi
orang-orang Kristen kenapa mati-matian memusuhi nabi Muhammad dan agama yang
beliau bawa? Inilah bukti kebatilan selalu bermusuhan dengan kebenaran, dan
kebenaran pasti menang dan kebatilan pasti kalah, buktikan…!
Untuk membuktikan kebenaran nabi Muhammad
SAW, sekalipun dia dihujat, dicacimaki, baik lewat internet, baik lewat TV
barat, baik lewat buku-buku yang jumlahnya ratusan. Tapi lihatlah, sampai hari
ini pengikut nabi Muhammad sudah melebihi 2 milyar manusia.
Kalau nabi Muhammad itu mengajarkan
keburukan, katakanlah seperti tuduhan barat, Teroris, kejam dan sadis, gila
sex, pembantaian terhadap manusia, dan lain-lain. 100% pasti agama yang dibawa
nabi Muhammad tidak akan pernah sampai kepada kita disini. Pasti agama yang
dibawa nabi Muhammad sudah hancur dan tidak akan pernah berkembang.
Kenyataannya, Islam berkembang begitu pesat,
baik di Amerika, Prancis, Jerman, Australia, dan dimana-mana didunia barat
sudah menerima Islam sebagai pedoman hidup mereka. Ingat kebenaran itu akan
selalu mengalahkan kebatilan..!