Bibel yang kontradiksi
Injil-injil kanonik dalam Perjanjian
Baru ternyata mengandung banyak kesalahan periwayatan sejarah, yang tak dapat
dijelaskan dan dijawab secara memuaskan, dan sekaligus membuktikan bahwa
Injil-injil kanonik (Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes)
hanya bisa disejajarkan dengan dongeng mitologi zaman baheula. Injil-injil
berisi berbagai peristiwa yang sebenarnya tak pernah terjadi. Injil-injil
hanyalah kelanjutan episode cerita mitos pagan seperti dewa matahari seperti
Mithras, Horus, dan Bacchus, dll.
Cerita mengenai penyaliban, kebangkitan orang-orang kudus versi Matius, gempa bumi, kebangkitan, dan penyaliban itu sendiri adalah peristiwa-peristiwa mitos, yang tidak direkam oleh sejarawan yang tinggal selama periode waktu tsb. Philo Judaes hidup sekitar tahun 50 M dan ia tidak pernah menyebutkan peristiwa-peristiwa seperti apa yang telah diceritakan oleh Injil kanonik. Kesaksian Pilatus TIDAK menyebut Yesus. Ribuan orang kriminal disalib oleh Romawi, tetapi tidak ada cerita mengenai Yesus, karena memang Pilatus tidak pernah menyalib Yesus. Yesus telah diselamatkan oleh Allah berdasarkan Qur’an 4:157.
Yesus tidak pernah disalib apalagi seperti ini
Matius adalah satu-satunya Injil
Perjanjian Baru yang mencatat ‘pembantaian bayi-bayi yang tidak berdosa atas
perintah Herodes’. Kami memiliki berbagai komentar cendekiawan yang menyatakan
bahwa ‘peristiwa pembantaian bagi-bayi oleh Herodes’ hanyalah kilas balik dari
mitologi pagan. Dewa matahari orang Yunani kuno, Roma, dan Mesir diancam ketika
lahir, dan perintah pembunuhan kepada ‘semua bayi-bayi yang baru lahir’.
Episode Injil Matius 2:16 adalah suatu bentuk replay yang dilakoni oleh Yesus
yang menjiplak kepercayaan masyarakat pagan.
Istilah ‘Tuhan Anak’ yang diatributkan untuk Yesus mengimplikasikan kepercayaan Pagan Trinitas. Title ‘Domba Tuhan’ (Lamb of God) tidaklah unik, sebab telah terlebih dahulu dipakai agama Hindu untuk kristus atau mesias mereka yaitu Krishna. Berikut ini adalah beberapa error historis dalam Injil. Kami harap Anda enjoy membacanya.
Istilah ‘Tuhan Anak’ yang diatributkan untuk Yesus mengimplikasikan kepercayaan Pagan Trinitas. Title ‘Domba Tuhan’ (Lamb of God) tidaklah unik, sebab telah terlebih dahulu dipakai agama Hindu untuk kristus atau mesias mereka yaitu Krishna. Berikut ini adalah beberapa error historis dalam Injil. Kami harap Anda enjoy membacanya.
Herodes tidak pernah memerintahkan
pembantaian balita
Ramalan yang dihubung-hubungkan
untuk kelahiran seorang mesias bernama Yesus yang jiwanya terancam karena
keputusan Herodes membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa hanya ada dalam Injil
Matius 2:16-18 yang mengklaim itu adalah nubuat dari Yeremia 31:15 yang
menyatakan bahwa “Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel
menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka
tidak ada lagi”.
Konteks Yeremia adalah bukan nubuat
masa depan dimana anak-anak dibantai oleh Herodes. “Rahel menangisi
anak-anaknya’ merefer kepada ibu dari Yusuf dan Benyamin (dan istri dari Yakub)
yang menangisi anak-anaknya. Pada konteks ini adalah mengenai penawanan
Babylonia. Ayat berikutnya mengatakan bahwa orang-orang yang mengalami
pembuangan akan kembali.
Pembantaian oleh Herodes (Matius
2:16) adalah bohong karena pengarang Injil Matius adalah satu-satunya orang
yang mencatat peristiwa ini. Sejarawan Yahudi Flavius Josephus tidak mencatat
peristiwa ini.
“Karena kita telah melihat, cerita-cerita malaikat-malaikat dan gembala-gembala, dalam Lukas, dan dari orang bijak, dalam Matius, adalah catatan ulang dari tema mistis orang-orang Mesir pada tahun sekurang-kurangnya dua ribu tahun lebih awal. Mereka melukiskan dalam bentuk seni di Luxor.
Tidak ada bukti historis
“pembantaian orang-orang yang tak berdosa” oleh Herodes. Pikiran sehat
mengatakan kepada kita bahwa sebuah perintah seperti ini tidak mungkin. Apakah
Herodes bermaksud untuk membunuh anak-anak dari teman-temannya,
tentara-tentaranya, pelayan-pelayan sipilnya, turis-turis yang lewat, dan
lain-lain (Tom Harper, The Pagan Christ, hal. 126) Injil-injil Error dalam Geografi
Markus 7:31 menyatakan bahwa Yesus meninggalkan kota Tyre pergi ke Danau
Galilee (Laut Galilee) melalui kota Sidon. Ini benar-benar tidak masuk akal.
Kita lihat peta dibawah ini.
Selain itu, Markus menyatakan bahwa Yesus naik perahu menyeberangi Danau Galilee (Laut Galilee) menuju Dalmanutha. Lokasi Dalmanutha secara pasti tidak diketahui, atau tidak akurat, karena terletak di sebelah timur perairan Galilee sebagai negeri Gadarenes (Markus 8:10 KJV Bible). Gerasa terletak lebih dari 30 mil dari tenggara Danau Galilee, jadi jauh sekali jika kita melihat setting cerita Bible ini. Pengarang Injil Matius tampaknya sadar betapa errornya Injil Markus, sehingga ia mengubah kata ‘Gadarenes’ menjadi ‘Gergesenes’ (Lihat Matius 8:28 KJV). Gadara hanya berjarak 8 mil dari Danau Galilee.
Selain itu, Markus menyatakan bahwa Yesus naik perahu menyeberangi Danau Galilee (Laut Galilee) menuju Dalmanutha. Lokasi Dalmanutha secara pasti tidak diketahui, atau tidak akurat, karena terletak di sebelah timur perairan Galilee sebagai negeri Gadarenes (Markus 8:10 KJV Bible). Gerasa terletak lebih dari 30 mil dari tenggara Danau Galilee, jadi jauh sekali jika kita melihat setting cerita Bible ini. Pengarang Injil Matius tampaknya sadar betapa errornya Injil Markus, sehingga ia mengubah kata ‘Gadarenes’ menjadi ‘Gergesenes’ (Lihat Matius 8:28 KJV). Gadara hanya berjarak 8 mil dari Danau Galilee.
Banyak contoh-contoh yang tidak
masuk akal dalam memahami alur cerita Injil-injil Perjanjian Baru ini. Markus
10:46 menyatakan bahwa lokasi dimana orang buta disembuhkan adalah setelah
Yesus meninggalkan kota Jericho, sedangkan Lukas 18:35;19:1 menyatakan lokasi
orang buta disembuhkan adalah sebelum Yesus memasuki kota Jericho. Jika umat
Kristen menganggap masalah ini bukan kontradiksi, maka konsekuensinya
injil-injil Perjanjian Baru hendak memberitahu kita bahwa ada dua kota bernama
Jericho di Palestina.
Dalam Markus 10:46 juga disebutkan
bahwa rombongan Yesus berjalan dari Jericho ke Yerusalem via Bethpage dan
kemudian Bethany. Ini sangat aneh, sebab Yerusalem lebih jauh daripada
Bethpage. Matius yang sering menjiplak Injil Markus tampak hati-hati dalam
masalah ini, Matius dengan pintar telah menghilangkan kata ‘Bethany’ seperti
yang dapat kita saksikan dalam Matius 21:1.
Cerita Injil mengenai kegelapan,
gempa bumi, dan mayat berjalan-jalan adalah bohong. Matius (27:50-54) menyatakan
bahwa pasca kematian Yesus terdapat beberapa peristiwa ajaib, berawal dari
terbelahnya kuil, disusul gempa bumi, terbelahnya bukit-bukit batu, dan
tiba-tiba saja kuburan tempat bersemayam orang-orang kudus terbuka dan terjadi
penampakkan mayat sedang berjalan berombongan dari kuburan menuju kota
Yerusalem dan disaksikan orang-orang dan tentara Romawi.
Dongeng Kristen tsb hanya dapat diciptakan oleh gereja dan diimani berdasarkan ketakhayulan umat Kristiani, karena pada faktanya tidak mendapat dukungan dari sumber-sumber sejarah sekuler (non-biblikal). Dapatkah kita bayangkan jika kuburan di TMP Kalibata Jakarta tiba-tiba saja terbuka, dan tengkorak-tengkorak keluar dari kuburan mereka masing-masing lalu berjalan berombongan dengan hanya mengenakan sehelai kain kafan menuju Stasiun Gambir, pastilah peristiwa ini akan menjadi bahan berita yang luar biasa hebohnya dan diliput/dicatat oleh berbagai media massa cetak dan elektronik, menjadi bahan perbincangan penduduk kota Jakarta, serta dicatat oleh sejarawan Indonesia maupun para turis yang hanya sekedar berwisata ke Jakarta.
Faktanya adalah bahwa kisah-kisah
takhayul omong kosong dari agama Kristen ini tidak didukung oleh catatan
sejarawan Romawi, Yahudi, maupun sejarawan yang tinggal diPalestina kala itu, dan
hal ini memudahkan kita untuk dapat menarik kesimpulan bahwa cerita Injil
Matius adalah tak lebih hanya dongeng yang dibuat-buat oleh bapak-bapak gereja.
“…mengenai kegoncangan dan “kegelapan menyelimuti seluruh bumi”…tidak ada sejarawan-sejarawan yang mencatat peristiwa tsb…” (Deceptions & Myths of the Bible, Lloyd Graham hal. 349)
“Cerita mengenai gempa bumi, kenaikan lapisan bebatuan, terbukanya kuburan-kuburan, dan penampakkan orang mati, adalah hanya dinyatakan dalam Injil Matius, yang ditulis hampir delapan puluh tahun setelah peristiwa tsb, sehingga tidak dipastikan keautentikannya. Tentu saja tidak ada alasan mengapa satu gempa bumi seharusnya tidak terjadi pada hari itu, tetapi jika itu benar-benar telah terjadi ditempat tsb hampir tidak dapat dibayangkan bahwa tidak ada dari tiga Injil-injil yang lebih awal menyebutkan peristiwa tsb.” (The Paganism in Our Christianity, Arthur Weigall, 1928, hal. 62)
Tidak ada sensus Romawi kala Yesus
lahir
Sub bab ini akan mudah dipahami jika
Anda telah membaca artikel:
Kelahiran Yesus dan Sensus
Quiriniusrecommended Kapan Yesus lahir Menurut Lukas, itu terjadi selama
pemerintahan Gubernur Romawi Quirinius, pada saat itu sebuah sensus
diperintahkan oleh Augustus keseluruh dunia,
(9). Menurut Lukas dan Matius
kelahiran Yesus terjadi ketika masa pemerintahan raja Herodes Yang Agung.
(10) Masalahnya adalah Herodes mati
pada tahun 4 SM, dan ini 10 tahun sebelum sensusnya Quirinius. Selain itu, pada
saat masa pemerintahan Herodes, tidak ada sensus Romawi yang terjadi
diwilayahnya, yang meliputi baik Yudaea dan Galilee, tempat Bethelem dan
Nazareth.
(11)Herodes akan telah memungut pajaknya sendiri, dan memberikan upeti kepada Romawi. Terakhir, eksistensi dari sebuah sensus diseluruh [wilayah] kekaisaran adalah bertentangan dengan kebiasaan Romawi, yang mengumpulkan pajak provinsi demi provinsi.
(11)Herodes akan telah memungut pajaknya sendiri, dan memberikan upeti kepada Romawi. Terakhir, eksistensi dari sebuah sensus diseluruh [wilayah] kekaisaran adalah bertentangan dengan kebiasaan Romawi, yang mengumpulkan pajak provinsi demi provinsi.
(http://www.infidels.org/library/modern/larry_taylor/messiahgate.html)
Meskipun Lukas 1:5 menyatakan kelahiran Yesus di “masa Herodes, Raja Yudea,” yang mati pada tahun 4 SM, ia membutuhkan perjalanan jauh dari Galilee ke Bethlehem agar terjadi sebagai respon untuk satu sensus yang diperintahkan ketika “Quirinius adalah gubernur Syria.”
Meskipun Lukas 1:5 menyatakan kelahiran Yesus di “masa Herodes, Raja Yudea,” yang mati pada tahun 4 SM, ia membutuhkan perjalanan jauh dari Galilee ke Bethlehem agar terjadi sebagai respon untuk satu sensus yang diperintahkan ketika “Quirinius adalah gubernur Syria.”
Karena sejarawan mengetahui,
“satu-satunya sensus yang diatur ketika Quirinius menjadi wali di Syria hanya
mempengaruhi Yudaea, bukan Galilee, dan terjadi pada tahun 6-7 M, sepuluh tahun
pasca kematian Herodes Yang Agung.” Dalam kekhawatirannya untuk menghubungkan
asuhan orang Galilee yang dianggap kelahiran Bethlehem, Lukas telah keliru
dalam fakta-faktanya. Sesungguhnya, kekhawatiran Lukas telah melingkupinya
dalam beberapa hal yang sebenarnya tidak masuk akal, seperti tidak perlu
berjalan sembilan puluh mil seorang wanita di hari-hari terakhir kehamilannya-
sebagaimana itu adalah Yusuf keturunan Daud yang dianggap telah didaftarkan
dalam kampung leluhur, bukan Maria orang Lewi.
Tapi jeleknya, Lukas telah dipaksa
untuk membuat sebuah dislokasi universal untuk sebuah registrasi pajak yang
sederhana: yang dapat membayangkan orang-orang Romawi mewajibkan jutaan [orang]
dalam [wilayah] kekaisaran untuk perjalanan jauh dua puluh dari ratusan mil ke
desa-desamillenium – leluhur hanya untuk menandatangi satu pajak. Tidak perlu
dikatakan, tidak ada peristiwa seperti ini terjadi dalam sejarah kekaisaran Romawi,
tetapi Mikha 5:2 harus digenapi. (Randel Helms, Gospel Fictions, pp. 59-60).
Error, sejauh ini, mungkin kelihatan
agak marginal. Injil ketiga telah keliru mengenai sebuah sensus lokal di Yudaea
dengan satu dekrit dari Augustus; Injil Lukas telah mencoba untuk mencatat
tanggal cerita Quirinius, dimanapun, seperti yang dimiliki Matius, ceritanya
terjadi ketika Herodes Yang Agung. Pada faktanya, akan menjadi sulit.
Disini ada satu kontradiksi pada cerita Lukas: Jika Quirinius adalah gubernur, sensus Romawi adalah kredibel tetapi Herodes adalah satu kesalahan. Ada juga satu kontradiksi dengan cerita Matius: Jika Quirinius atau sensus Romawi adalah benar, Herodes adalah bukan raja dan cerita Matius dari Orang Bijak, pembantaian anak kecil yang tidak berdosa dan pelarian ke Mesir maka berdasarkan kronologis adalah tidak mungkin.
Jika Herodes adalah raja, disana tak ada sensus menurut Caesar Augustus. Meskipun jika disana telah ada sebuah sensus, pandangan Injil ketiga ini akan menghadapi masalah-masalah berikutnya. (Robin Lane Fox, The Unauthorized Version: Truth and Fiction In The Bible (Penguin Books Ltd, 1991), pp. 30-31).
Meskipun registrasi seluruh warga
negara Romawi dibuktikan pada tahun 28 SM, 8 SM, dan 14 M dan pendaftaran di
provinsi-provinsi individual dari registrasi sensus untuk yang adalah bukan
warga negara Romawi adalah juga dibuktikan, nyatanya sebuah sensus di seluruh
Romawi dibawah Caesar Augustus adalah tidak diketahui berdasarkan sumber-sumber
non-Perjanjian Baru.
Dan lagi, ada permasalahan historis
terkenal terkait dengan penanggalan sensus versi Lukas ketika Quirinius adalah
gubernur Syria, dan berbagai upaya untuk memecahkan kesulitan ini telah
terbukti tidak berhasil. P. Sulpicius Quirinius menjadi wali dari provinsi
Syria pada tahun 6-7 M ketika Yudea dianeksasi kedalam provinsi Syria. Pada
saat itu, sebuah sensus provinsi Yudea digelar.
Jika Quirinius telah menjadi wali
Syria sebelumnya, maka itu harus terjadi sebelum tahun 10 SM karena banyak wali
Syria dari tahun 10 SM hingga 4 SM (kematian Herodes) yang telah diketahui, dan
sebuah tanggal bagi sebuah sensus lebih awal dibawah Quirinius akan menciptakan
masalah tambahan bagi penanggalan awal dariministry Yesus (Luke 3:1, 23).
Satu legateship sebelumnya yaitu setelah tahun 4 SM (dan sebelum tahun 6 SM) tidak akan cocok dengan penanggalan kelahiran Yesus dizaman Herodes (Lukas 1:5; Matius 2:1).
Lukas mungkin secara sederhana
mengkombinasikan kelahiran Yesus di Bethelehm dengan kesamaran dari sebuah
sensus dibawah Quirinius (lihat juga Acts 5:37) untuk menekankan signifikansi
dari kelahiran ini bagi dunia Romawi secara keseluruhan: melalui anak yang
lahir di Bethlehem maka damai sejahtera dan penyelamatan datang kekekaisaran.
(http://www.nccbuscc.org/nab/bible/luke/luke2.htm)
“…Lukas memberitahu bagaimana sebuah dekrit keluar dari Augustus bahwa “seluruh dunia akan diregistrasi”. Masalahnya adalah bahwa secara historis ini tidak bisa ditelusuri….Sederhananya Yusuf dan Maria ke Bethelem demi alasan teologis. Mesias akan berasal dari keturunan Daud, dan jadi dari Bethlehem. Lukas mengatakan kelahiran Yesus terjadi ketika Quirinius adalah gubernur Syria.
“…Lukas memberitahu bagaimana sebuah dekrit keluar dari Augustus bahwa “seluruh dunia akan diregistrasi”. Masalahnya adalah bahwa secara historis ini tidak bisa ditelusuri….Sederhananya Yusuf dan Maria ke Bethelem demi alasan teologis. Mesias akan berasal dari keturunan Daud, dan jadi dari Bethlehem. Lukas mengatakan kelahiran Yesus terjadi ketika Quirinius adalah gubernur Syria.
Artinya adalah bahwa ini tidak
terjadi sebelum tahun 6 SM, tahun yangmana kita tahu tatkala ia mengambil
kantor [masuk kantor untuk pertama kalinya, ed].
Pada waktu yang sama, Matius
mengatakan Yesus dipahami ketika Herodes Yang Agung adalah penguasa di
Yudea.
Tetapi Herodes mati ditahun 4 SM!
Pengarang misteri Yesus ini menyatakan bahwa keajaiban rillnya Maria, jika
kedua referensi diambil dengan sungguh-sungguh, adalah “10 tahun
kehamilan”.
Bagi Matius, kampung halaman Yesus
adalah Bethlehem. Bagi Lukas, kampung halaman Yesus adalah Nazareth. (Tom
Harper, The Pagan Christ, pp. 125-126)
“Meskipun narasi kelahiran Yesus
dalam Matius dan Lukas memberikan kesepakatan diam-diam untuk yang tradisi
Nazareth. Matius harus membangun satu alasan sehingga keluarga suci kembali ke
Nazareth dari rumah Bethlehem dan tempat berkumpul orang Mesir, karena Matius
tidak menyangkal asal usul Yesus Nazareth (Matt. 2:21ff).
Lukas, yang mengasumsikan kebenaran
dari sebuah rumah Nazareth bagi Yesus meskipun dalam kanak-kanaknya, harus
mengembangkan sebuah narasi sehingga ibunya Yesus keluar dari Nazareth
sekurang-kurangnya pada momentum kelahirannya yang benar.
Jadi di Injil kita membaca sebuah
pajak atau pendaftaran terjadi ketika Quirinius adalah gubernur Syria.
Sekarang tidak ada literal dari
sensus itu yang hampir secara universal ditolak karena berbagai alasan, tidak
sekurang-kurangnya karena Quirinius tidak menjadi gubernur Syria, menurut catatan
sekuler, hingga tahun 6-7M, yang mana Yesus akan berusia sekitar 10
tahun.
Kedua, tidak ada catatan yang
berasal dari sumber sekuler yang akan menunjukkan bahwa kembali ke tempat asal
usul leluhur diwajibkan di setiap sensus atau untuk setiap bentuk perpajakan.
(John Shelby Spong, Resurrection: Myth of Reality hal. 172)
Ujian terhadap Yesus di puncak
gunung oleh Iblis adalah cerita bohong
Cerita bahwa Iblis menguji Yesus dengan membawanya ke puncak gunung tertinggi sehingga ia dapat melihat semua kerajaan dunia dari puncak gunung (lihat Matius 4:7-8), adalah sangat tidak logis.
Cerita bahwa Iblis menguji Yesus dengan membawanya ke puncak gunung tertinggi sehingga ia dapat melihat semua kerajaan dunia dari puncak gunung (lihat Matius 4:7-8), adalah sangat tidak logis.
Omong kosong! Karena bagaimana
mungkin kita dapat melihat seluruh dunia dari puncak gunung, meskipun itu
adalah gunung tertinggi diseluruh dunia. Ingatlah bumi adalah bulat seperti
telur, bukan datar.
Jadi meskipun kita pergi ke puncak gunung tertinggi dunia di Himalaya, kita tidak dapat melihat seluruh bentuk permukaan bumi.
Jadi meskipun kita pergi ke puncak gunung tertinggi dunia di Himalaya, kita tidak dapat melihat seluruh bentuk permukaan bumi.
Tidak Ada Penyaliban Yesus
Orang-orang Yahudi berkata kepada
Yesus (lihat Yoh 8:57, ed): “Umurmu belum sampai lima puluh tahun dan engkau
telah melihat Abraham” Seandainya Yesus masih berusia tiga belas tahun,
orang-orang Yahudi akan berkata: “Umurmu belum sampai empat belas tahun,” dan
tidak akan berkata: “Umurmu belum sampai lima puluh tahun,”….; jadi, seandainya
Yesus disalib ketika itu pastilah ia berusia sekitar lima puluh tahun, tetapi,
sebagaimana kita kemukakan ditempat lain… tidak ada bukti apapun, dalam buku,
inskripsi, atau monumen, bahwa Yesus dari Nazareth dicambuk atau disalib
dizaman Pontius Pilatus. Josephus, Tacitus, Pliny, Philo, tidak juga dari
mereka, yang menyatakan fakta adanya penyaliban ini. (T.W. Doane, Bible Myths
and their Parallels in other Religions, hal. 516)
Pada abad ke sembilan belas seorang sarjana terkenal, Rabbi Wise, meneliti catatan-catatan dari pengadilan Pilatus, masih terdapat, bagi bukti dari trial ini. Ia tak menemukan apapun. (Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the Bible, p. 343)
Tidak ada verifikasi dari
tulisan-tulisan sejarawan menyangkut penyaliban Yesus seperti Philo, Tacitus,
Pliny, Suetonius, Epictectus, Cluvius Rufus, Quintus, Curtis Rufus, Josephus.
“Penyembahan dewa-dewa yang
menderita ditemukan disemua sisi, dan kepercayaan pada penyiksaan korban di
ritus pengorbanan manusia untuk penebusan dosa adalah sangat umum.
Dewa-dewa Osiris, Attis, Adonis,
Dionysos, Herakles, Prometheus, dan yang lainnya, telah menderita demi umat
manusia; dengan demikian Hamba Yahweh juga dipahami harus disakiti demi
dosa-dosa manusia.
Tetapi sebagaimana Saya katakan, konsepsi ini telah menerobos kedalam background di hari-hari Yesus” (The Paganism in Our Christianity, Arthur Weigall, 1928, hal. 106)
Tidak mungkin Yesus mati dihari
jumat atau malam Sabtu
“Tidakkah aneh bahwa penyaliban seharusnya terjadi selama Paskah Diantara orang-orang Yahudi, ini adalah peristiwa paling sakral. Bagi mereka untuk menyalibkan siapapun orangnya pada waktu ini, mereka akan melanggar sekurang-kurangnya tujuh dari hukum agama mereka. Mengapa mereka kemudian melanggar kesucian dengan menjadi pembunuh” (Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the Bible, hal. 345)
“Kesulitan terbesar dari sudut pandang dari prosedur Yahudi berkenaan dengan menghukum adalah hari dan waktu eksekusi tsb. Menurut Injil-injil tsb, Yesus mati pada hari jumat, malam Sabbath. Namun pada hari itu, dalam pandangan dari pendekatan Sabbath (atau hari libur), eksekusi-eksekusi terakhir hingga paling akhir pada sore adalah hampir tidak mungkin (Sifre, ii. 221; Sanh. 35b; Mekilta to Wayaḳhel). (Jewish Encyclopedia Online)
Apakah Yesus benar-benar mati
disalib
Penyaliban adalah sebuah proses
pembunuhan yang lamban. Kematian biasanya memakan waktu beberapa hari. Kematian
dimulai dari kehausan, ketidakmampuan untuk bernafas sebagai hasil dari posisi
tegak atau diserang oleh binatang liar. Mengapa Yesus, yang sedang fit dan
sehat berjalan ke desa yang berjarak jauh, kematian begitu cepat hanya menunggu
beberapa jam saja
Pada tahun 297 M, atas perintah
Kaisar Maximian, tujuh orang Kristen di Samosata disiksa dan kemudian disalib.
Menurut Alban Butler, (5) di
Hipparchus [satu dari mereka], seorang tua yang dihormati, mati disalib dalam waktu pendek.
Hipparchus [satu dari mereka], seorang tua yang dihormati, mati disalib dalam waktu pendek.
James, Romanus, dan Lollianus, mati
dihari berikutnya ditikam oleh tentara-tentara sambil digantung disalib-salib
mereka.
Philotheus, Habibus dan Paragrus
diambil dari salib-salib mereka ketika mereka masih hidup. Kaisar diberi
informasi bahwa mereka masih hidup, memerintahkan paku-paku besar untuk
diarahkan ketangan…
Ada sejumlah kasus yang mana orang disiksa secara kejam, kemudian disalib dengan posisi kepala dibawah, namun survive selama 24 jam atau lebih. http://custance.org/old/incarnation/7ch2.html
Ada sejumlah kasus yang mana orang disiksa secara kejam, kemudian disalib dengan posisi kepala dibawah, namun survive selama 24 jam atau lebih. http://custance.org/old/incarnation/7ch2.html
Benarkah cuka membuat orang lekas mati
Cuka (vinegar) mempunyai sebuah efek
stimulus, tetapi mengapa setelah Yesus makan cuka, justru membuat ia lekas
mati, padahal sebelum ia makan cuka, kondisi tubuhnya masih fit(Lihat Yohanes
19:29)
Rekayasa sosok Pilatus
Injil-injil menggambarkan Pontius
Pilatus sebagai orang yang baik hati dan segan untuk penyaliban Yesus. Tetapi
sejarah menceritakan gambaran yang berbeda tentang dirinya. Ia adalah seorang
dikuasakan atas wilayah Yudea dari tahun 26-36 M, dan ia adalah orang yang
kejam dan korup. Mengapa tidak ada kritik baginya dalam Injil-injil.
Sebaliknya, ditampilkan oleh Philo
dan Josephus, Pilatus “adalah subyek dari tradisi negatif lebih daripada kepala
daerah lainnya dan procurator-procurator (orang-orang yang dikuasakan),” jadi
pencipta-pencipta dari narasi penderitaan [Yesus] orisinil tidak mempunyai
alasan untuk tidak menyebut Pilatus melalui nama dan untuk mencelanya. Situasi
ini diubah pada periode setelah revolusi orang-orang Yahudi pertama dalam
tulisan-tulisan Matius dan Lukas, yangmana Pilatus dibebaskan dari tuduhan dan
pendeta tertinggi dinamai tanpa keragu-raguan.
Jadi kita dapat ketahui bahwa Injil-injil kanonik telah memalsukan sejarah karena mereka menggambarkan Pilatus sebagai seorang baik hati padahal sejarah menggambarkannya sebagai orang jahat. Namun Gereja koptik di Ethiopia justru menyatakan Pilatus sebagai orang kudus.
Kebiasaan Romawi tidak mengenal
pembebasan narapidana
Cerita mengenai Barabbas yang
dibebaskan sebagai bentuk pertukaran bagi Yesus adalah diduga fiksi.
Injil-injil menggambarkan sebuah kebiasaan Romawi untuk membebaskan seorang
narapidana selama perayaan Paskah, tetapi sejarah Romawi tidak mencatat adanya
kebijakan seperti ini.
Di semua riwayat Perjanjian Baru,
Pilatus ragu-ragu untuk menghukum Yesus hingga kerumunan Yahudi menyatakan
tegas. Beberapa kalangan telah menyarankan bahwa ini mungkin satu upaya oleh
percekcokan orang-orang Kristen awal untuk menjilat pantat dengan Roma melalui
penempatan menyalahkan bagi eksekusi Yesus pada Yahudi, dan bahwa itu adalah
bagian dari proses oleh yangmana Kristen Paulinistik marginalis masih
memperhatikan Yahudi Kristen dari orang yang mengelak (orang-orang Ebion)
(http://www.answers.com/Pontius%20Pilate)
Cerita Barabbas mempunyai signifikansi sosial yang spesial, karena cerita ini telah sering digunakan untuk menimpakan kesalahan Penyaliban pada orang-orang Yahudi dan membenarkan paham anti-Semit. Sebanding, signifikansi sosial dari cerita ini untuk para pendengar awal adalah bahwa cerita ini membersihkan kesalahan yang melekat pada kekaisaran Romawi, menghapus satu hambatan sehingga agama Kristen secara resmi diterima. (http://en.wikipedia.org/wiki/Barabbas)
**Jadi, cerita mengenai Barabbas sengaja dibuat untuk membebaskan tuduhan yang melekat pada orang-orang Romawi dan menyerahkan beban kesalahan hanya kepada orang-orang Yahudi.
**Problem yang dihadapi oleh
Injil-injil kanonik tidak hanya mengenai masalah kepengarangan yang anonim,
Injil-injil ini nyatanya bukanlah disusun oleh para pengikut Yesus. Bahasa asli
Injil-injil kanonik ini adalah Yunani, bukan bahasa Ibrani dan Aramaik, dan
diproduksi di kota-kota tempat kediaman bangsa non-Yahudi seperti Roma dan
Smyrna.
Tiga injil sinoptik menyatakan Yesus ditahan dan dijatuhi hukuman oleh Sanhedrin pada malam Paskah. Ini bukanlah sejarah riil karena Sanhedrin, berdasarkan hukum Yahudi, dilarang untuk bertemu over paskah, Injil-injil ini menyatakan bahwa penahanan dan trial terjadi pada malam, tetapi Sanhedrin “dilarang untuk bertemu pada malam, di rumah-rumah pribadi, atau dimanapun diluar batas kuil.” (Holy Blood, Holy Grail 349).
Ketidaklogisan historis lainnya dalam cerita penyaliban Yesus adalah memindahkan tubuh Yesus dari salib. Menurut hukum Romawi pada waktu itu, seorang pria/wanita yang disalib tidak boleh dikubur. Orang tsb ditinggalkan untuk burung-burung, dan binatang-binatang, sebagai bentuk penghinaan atas eksekusi ini.
Hukuman bagi pencuri adalah bukan
disalib. Riwayat Perjanjian Baru mengenai penyaliban menyatakan dua orang
pencuri disalib dengan Yesus. Penyaliban tidak pernah dijatuhi kepada pencuri.
Sekarang mengapa Yesus harus dilahirkan di Bethlehem Apakah ini juga untuk menggenapi sebuah ramalan sebelumnya, atau hanya karena untuk sebuah dekrit pajak kedua-duanya tidak; Yesus sedang lahir di Bethelem untuk alasan sama [dimana] Yusuf dan Daud disana dilahirkan.
Bethelehem adalah “rumah roti”
mistik, sumber dari planetary substance. Jadi tempat terjadinya peristiwa ini
adalah tidak historis melainkan dirancang. Dan sedemikian rupa adalah
keseluruhan cerita.
Ketika kita melihat dari sisi
historis, ini menjadi jelas. Menurut riwayat, Herodes adalah raja pada the
alleged time, 1 Masehi, tetapi menurut pengetahuan ilmiah sekarang, Herodes
mati sekurang-kurangnya empat tahun sebelum [peristiwa] ini.
Menurut Lukas, Cyrenius adalah gubernur
Syria selanjutnya, tetapi Menurut catatan orang-orang Syria bukan dia. Ada,
tetapi, seorang Quirinius, yang memerintah dari tahun 13-11 SM. Jadi, kedua
kalender atau Injil-injil adalah salah, beberapa kalangan mengatakan sebanyak
dua puluh tahun.
Kekacauan mengenai penanggalan
mengimplikasikan ketidakpastian kepengarangan yang jauh sesudahnya, yang
mengkonfirmasi pernyataan kita bahwa Injil-injil ini tidak ditulis sampai
dengan abad kedua atau ketiga. (Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the
Bible, hal. 306)
“Penginjil tidak punyai andil bagi penelitian historis karena kita tahu itu” (Tom Harper, The Pagan Christ, hal. 153)
Dan hebatnya hampir semua kristen
menutup mata dengan semua kebohongan yang dalam injil tersebut dan mencontoh
prinsip dari paulus akan selalu bersuka cita dengan kebohongan injil :
"Tetapi tidak mengapa, sebab
bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan MAKSUD PALSU maupun dengan
jujur. Tentang hal itu aku BERSUKACITA. Dan aku akan tetap BERSUKACITA,"
Filipi 1:18
“Apa yang aku (Paulus) katakan, aku mengatakannya bukan sebagai orang yang berkata menurut firman tuhan, melainkan sebagai orang BODOH yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah sedikit”. (II Korintus 11 : 17).
“Tetapi jika kebenaran Allah oleh DUSTAKU semakin melimpah bagi kemuliaannya, mengapa aku masih dihakimi sebagai orang yang berdosa?” (Roma 3 : 7)
“Apa yang aku (Paulus) katakan, aku mengatakannya bukan sebagai orang yang berkata menurut firman tuhan, melainkan sebagai orang BODOH yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah sedikit”. (II Korintus 11 : 17).
“Tetapi jika kebenaran Allah oleh DUSTAKU semakin melimpah bagi kemuliaannya, mengapa aku masih dihakimi sebagai orang yang berdosa?” (Roma 3 : 7)
“Baiklah, aku sendiri bukan
merupakan beban bagi kamu, tetapi dalam KELICIKANKU aku telah menjerat kamu
dengan TIPU DAYA”.(2 korintus 12 : 16)
Silahkan baca buku dibawah ini :
- Historical Errors in the Gospels
- The Date of Jesus Crucifixion
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.